bc

Status Gantung [Bahasa Indonesia]

book_age16+
2.2K
FOLLOW
27.9K
READ
family
badgirl
boss
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Pembaca diharap bijak!

Yuka Sierra si belia anaknya Buk Siyah menyandang status janda di satu bulan pernikahannya dengan Dovan Elrangga. Pascaperceraian itu, Yuka merantau ke Jakarta untuk kuliah menyambi bekerja. Tahu-tahu nasib apes (atau untung?) mempertemukannya kembali dengan Elrangga. Cinta Yuka yang belum pergi ke mana-mana itu butuh disalurkan lagi ke orangnya. Kini Yuka bertekad akan membuat Elrangga jatuh cinta kepadanya. Tidak seperti malam pertama nan gagal yang mengakibatkan Yuka si janda perawan diceraikan, sekarang Yuka telah siap ’mendaki gunung turuni bukit’ bersama Om El kesayangan. Karena misi Yuka kini ialah, ditolak satu kali maju tujuh ribu kali. Elrangga harus bisa Yuka taklukkan apa pun caranya.

Inilah kisah si Jakula-Janda Kurang Belaian.

chap-preview
Free preview
Jakula
Jakula ”Idih buru-buru banget sih!” Suara perempuan terdengar dari sebuah kamar dengan pintu tidak dikunci. Beberapa detik kemudian, perempuan itu berbicara lagi, ”Wow wow! Sabar, Bang!” Dia menggertakkan giginya. ”Suara kalian ganggu banget.” Yuka, perempuan yang berbicara sendiri itu,  memperpendek jarak wajahnya dari layar laptop. ”Oou, gitu ya.” Dia mengangguk-angguk paham. ”Haaaaah!! Kalian bikin gue iri aja deh!” Yuka menggigit jari telunjuknya gemas saat adegan semakin seru. ”Woy, cewek! Enggak sakit, ya?” Dia hampir saja membuat telunjuknya berdarah kalau enggak segera dilepaskan dari pagutan giginya. ”Sumpah gue panas... panassss.” Yuka mengusap pelipisnya yang basah oleh keringat. Duduknya mulai gelisah. Ia mengubah posisi menjadi menelungkup di atas tempat tidur. Misi si Abang dalam video itu sebentar lagi tercapai. Ia mulai menerobos ’palang’. Melihat adegan itu, Yuka menelan ludah. Bibirnya terbuka. Ia bersiap untuk adegan yang ditunggu-tunggu. Si Abang mengayuh lebih kuat. Sementara itu, Yuka menghitung dalam hati dengan mata enggak beranjak dari monitor. Satu... Dua... Ti... ”Aaaaaaaaaah!!!! Aduuuh, sakit b**o!!” Sebuah jeweran membuat kepala Yuka tertarik. Telinga gadis itu terasa akan putus. Kalau ada yang bertanya, ”Eh, cewek enggak punya telinga itu namanya siapa?” ’kan enggak lucu banget! Apalagi, nama Yukalah yang disebut, iyuuh banget gitu. Napas Yuka naik turun seperti habis mengangkat kasur ibuk untuk dijemur saat cuaca panas. Dadanya berisik banget. Keringat Yuka  enggak kalah banyak sampai membuat rambut pendeknya bagai habis nyebur di empang Abah Aji waktu pulang sekolah naik sepeda mini. ”Janda kurang belaian lo!” Kushi, sahabat Yuka, duduk di kasur sebelah Yuka. Waktu masuk kamar Yuka tadi, Kushi melihat posisi Yuka yang ’enggak banget’ itu sedang memelototi laptop. Yuka menggoyang-goyangkan perutnya seperti orang menahan pip*s. Kedua kakinya rapat mengapit si ’empunya’ yang terasa geli. Dengan niat yang baik, Kushi menjewer telinga Yuka hingga wanita berperawakan kecil itu mengumpatinya. Ia juga memukul pinggul gadis itu. ”Parah lo, emang enggak bisa lihat orang senang!” Yuka bersungut kemudian duduk sambil mengusap bokongnya. Ia menyingkirkan laptopnya yang dimatikan secara paksa. ”Gila, atas banjir bawah gimana?” Kushi melirik dahi Yuka yang berkeringat. Matanya turun ke mangkuk kembar gadis itu. ”Untung ya gue datang, kalau enggak pasti lo udah main colok-colokan sama ini nih.” Kushi mengangkat jari tangan Yuka ke wajah gadis itu. Maksudnya, kalau saja Kushi enggak masuk ke kamar, mungkin Yuka akan melakukan hal tidak senonoh sendirian. Dasar, janda kurang belaian! ”Main apa dah?! Gue lagi emosi, jangan ganggu gue deh!” Yuka mengancingkan bajunya yang lepas satu. Sampai sempit gini kemeja gue, pikirnya. ”Kawin lagi makanya, baru minta ajarin sama laki lo!” Yuka cemberut. Wajahnya jelek banget. Yuka Sierra anak Pak Apan dan Buk Siyah frustasi karena perkawinannya yang bertahan satu bulan kandas di tengah jalan. Dengan izin kedua orang tuanya di Riau, Yuka merantau ke Ibu Kota untuk mengubah nasib dan kisah asmaranya. Siapa tahu ia dapat CEO Kang Cilok. ”Lo beneran masih perawan?” Kushi menyeletuk. Yuka bersiap menaikkan rok pendeknya untuk menunjukkan keperawanannya. Perawan Yuka tersegel rapi euy, kardus mie saja kalah. Kushi segera mengeblok Yuka, mendorong gadis itu hingga telentang. ”Sinting lo! Benar-benar janda kurang belaian!” Kushi menjauh dari Yuka yang hari ini bertambah satu senti kegilaannya. Kushi ngeri, takut Yuka akan minta dinanain. Kushi memeluk bantal supaya lebih nyaman. ”Ngapain aja sih lo selama sebulan menikah?” tanyanya. Kushi sudah dengar cerita masa lalu Yuka tapi belum dipahaminya benar. Kushi ini sahabat macam apa?! Yuka membantin. Ia kelihatan fokus waktu Yuka bercerita. Ternyata, Kushi enggak beda dengan tekukur, bisanya angguk-angguk doang. Ternyata gadis itu gagal paham. ”Yah gitu....” Yuka mengembuskan napas. ”Yah gitu, apaan? Kalau lihat elo yang sekarang, gue nggak yakin tuh laki masih utuh di tangan lo. Lonya aja beringas gini.” ”Sialan!” Yuka melempar charger laptop ke arah Kushi. ”Gue dulu masih kecil, jadi nggak sanggup begituan.” Kushi mencebik. ”Kalau tahu masih kecil, terus yang suruh lo kawin muda siapa?” Yuka membuang napasnya. Ia menatap plafon yang catnya hampir luntur. Ia giring memorinya saat berusia lima belas tahun. Waktu SMP, Yuka tergila-gila kepada mahasiswa tingkat akhir yang ngekos di rumah Pak Apan. Yuka kelas sembilan waktu itu. Ia merasakan fall in love kepada Om El. Yuka akan dandan yang cantik terus ngapel ke rumah Om El yang ditinggali bersama dua temannya. Yuka enggak peduli biarpun Om El telah memiliki pacar. Selama janur kuning belum melengkung, kesempatan Yuka masih ada. Contohnya, Om El menjadikan ia pendamping wisuda. Padahal, teman-teman Om El membawa pacar mereka. Yuka mengikuti Om El ke Batam. Mereka meninggalkan Kota Pekanbaru; Om EL bekerja dan Yuka bersekolah. Yuka menyewa indekos di sebelah kontrakan Om El. Ia mendekati cowok itu dengan gencar. Cowok itu pun membolehkan Yuka ke kontrakannya kapan saja. Batu yang sering ditetesi  air hujan akan rapuh juga. Perjuangan Yuka enggak sia-sia. Tanpa pacaran, Om El candu berciuman dengan Yuka. Iya, mereka sudah sejauh itu. ”Pelakor sih, makanya kisah cinta lo ngadat!” Kushi membuyarkan kenangan Yuka. Yuka maklum. Dia PHO, perusak hubungan orang. Karena itu, kisah cintanya tidak seperti bekas cacar di d**a kirinya—tak abadi. ”Om El bilang, kalau dia udah berhasil, dia akan menikahi pacarnya,” kenang Yuka. “Waktu itu gue masih sekolah, Kus. Yaudah gue mulai ngatur strategi dulu.” ”Trus?” ”Lulus SMK, gue susul dia ke Padang. Om El lagi pulang ke rumah mamanya waktu itu. Kayaknya dia mau ngelamar pacarnya deh. Gue pura-pura takut tidur di hotel, gue butuh teman. Tahu nggak lo, Om kesayangan gue itu selalu datang kalo gue minta.” ”Terus lo merayu Om El habis-habisan. Om El yang laki-laki biasa pun takhluk sama b*******a!” tembak Kushi yang diangguki Yuka. Iya, benda keramat Yuka itu sudah diperawani Om El sejak usia tujuh belas tahun! Hanya sebatas itu saja, enggak lebih. Yuka menambahkan, ”Kata Om El dia enggak akan macem-macemin bagian bawah gue karena gue masih SMK. Waktu tamat SMK, Om El yang kasihan dong. Om El sudah enggak tahan sama rayuan gue waktu itu, terus gue tolak dengan alasan kita belum menikah. Akhirnya, Om El mau dong nikahin gue. Penasaran kali ya sama palang gue,” ujar Yuka dengan bangganya. ”Kalau sampai sekarang lo masih perawan, terus habis nikah kalian ngapain aja?” Waktu Om El akan menerobos palang, Yuka pun duduk. ”Gue bilang begini, ’Om, tunda dulu, ya. Yuka belum sanggup.’” Yuka memasang atribut—sepotong daster yang penting menutupi tubuhnya—dan berlari keluar kamar. Dia tidur dengan Buk Siyah. Akibatnya, Pak Apan tidur di luar. Begitu terus setiap Om El mengajak Yuka nananana. Jadi, selama satu bulan, Om El dan Pak Apan tidur sendirian. Kushi tertawa kejang. ”Udah masuk terus keluar lagi?” Ia tersengal dan Yuka mengangguk. ”Pantesan dicerai lo!” sambungnya. ”Bukan karena itu kok. Ya lo, gue ’kan takut. Sumpah ya, sakitnya itu sama kayak di artikel yang gue baca. Nggak enak, gue paling enggak bisa nahan sakit di tubuh gue, apalagi... Hiiiii,” Yuka bergidik membayangkan peristiwa itu. ”Jiah nggak ngaku. Lo bikin dia menginginkan elo sejak lama. Pas udah sah, nggak ada lagi halangan, eh elonya yang banyak alasan, suruh dia nunggu segala. Siapa juga yang tahan di-PHP-in?” ”Sakit, b**o! Kita cerai juga bukan karena itu, tapi karena dia ingat mantan. Eh belum mantan sih. Masih pacarnya waktu itu.” ”Terus dia balik lagi sama ceweknya?” Yuka mengangkat bahu tak tahu. ”Kasihan amat dah nasib lo, Jakula. Janda Kurang Belaian.” Kushi terpingkal-pingkal dengan istilah itu. Yuka marah banget dibilang janda. Kenyataan enggak bisa diubah ’kan? Sekali janda tetap janda, hidup janda! Kushi tertawa semakin keras.   ***   ”Yang benar aja, saya dipindahkan Pak?” Yuka menggebrak meja atasannya. Setelah itu, ia menunduk. Mati gue. ”Ini adalah perintah dari kantor pusat, Yuk.” Yuka paling benci dengan pemotongan namanya yang enggak tepat itu. Dia lebih suka dipanggil Ka dari pada Yuk—kedengarannya seperti ayuk-ayuk berjualan sayur di Pasar Senen. ”Kampus saya Pak.” Yuka memohon dengan sepasang mata kucing minta kepala ikan. Dia bisa mati kalau dipindahkan ke tempat yang jauh banget dari rumah dan kampusnya. Yuka kuliah sepulang kerja—malam. Pukul berapa dia  sampai di rumah? Kapan lagi dia santai menonton nananana? Yuka punya misi untuk menghilangkan alerginya terhadap rasa sakit dengan banyak menonton video tersebut. Dia berjanji kalau ada yang menikahinya, enggak akan menunda malam pertama seperti dulu. Dia melihat di film-film ’Sakitnya di awal doang, habis itu ceweknya ikutan naik turun.’ Aduh, kenapa gue jadi mikir kesana coba? ”Pak, tolonglah! Kampus saya jauh Pak. Saya masih ingin jadi sarjana, Pak.” Kalau tempat kerja dan kampus jauh, Yuka harus memilih salah satu dong? Jika dia berhenti kerja, dengan apa dia  hidup enak di Ibu Kota ini? Jika cuti kuliah, kapan dia pakai toga? Pak Handi enggak peduli. Dia menggetok penanya di atas keybord sambil berpikir. ”Coba dulu selama seminggu. Kalau tidak sanggup, kamu boleh kembali kerja di sini.” ”Siapa tahu di tempat baru bertemu dengan abang-abang pake jas hitam.” Yuka berkata dalam hati. Ia mengangguk setuju. ”Kamu tahu pembalap?” Pak Handi melontarkan pertanyaan aneh. Yuka berkonsentrasi supaya enggak gagal paham seperti biasanya. ”Valentino Rossi, Rio Haryanto? Kalau begitu, tirulah mereka yang gesit dan cepat. Kamu tidak akan terlambat bersama MasRiomu.” MasRio adalah pelesetan dari sepeda motor matic merah milik Yuka. Setuju! Jawaban menggebu dilontarkan Yuka dalam hati. “Gue harus dapat pengganti Om di sana.”   ***   Pagi pertama di kantor barunya, Yuka menggerutu. ”Suwer, pokoknya gue enggak sanggup kerja di sini. Pinggul gue gemetaran kelamaan naik motor.” Ia baru tiba di gedung itu lalu duduk di depan konter resepsionis. Sedetik pinggulnya menyentuh bangku, direbahkannya tubuhnya. Kursi yang empuk terasa bagaikan surga. Yuka seperti kuli bangunan dapat jatah istirahat. Yuka bingung mau kemana. Dia pun malas bertanya. Prinsipnya, sebelum ada yang menanyakan tujuannya ke kantor ini, dia memilih istirahat sambil melihati orang lalu lalang. Pukul delapan teng, suasana lantai satu menjadi sepi. Para karyawan mulai mengerjakan tanggung jawab masing-masing.  Gedung berlantai tiga ini layaknya kuburan malam Jumat yang lengang. Padahal, matahari baru bersinar di langit timur. Meskipun begitu, enggak ada yang bikin ngeri di tempat ini. Mata Yuka membeliak saat melihat makhluk tampan berdiri di pintu masuk. Yuka mengangkat badannya untuk duduk. Dia mengucek-ucek matanya memastikan penglihatan. Fix, sosok itu enggak berubah jadi buih atau debu. Justru ia melihat  Yuka tanpa raut kaget. Yuka membekap mulutnya dengan telapak tangan, menurunkannya, dan memamerkan gigi gingsulnya lebar-lebar. Cewek enggak tahu malu itu berteriak seperti fans fanatik Oppa Korea saat melihat idolanya lewat. ”YA AMPUN LAKI GUE, HIYAAAA!!”   ***  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERSESAT RINDU

read
333.1K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Long Road

read
118.3K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.0K
bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook