CAHAYA HIDUPKU

THOMAS POV Aku di lahirkan dari keluarga berada. Ayahku seorang pengusaha garmen terkenal di Jakarta dan kami memiliki pabrik di beberapa daerah. Aku tidak memiliki saudara sehingga usaha ayahku jatuh ke tanganku dan aku melanjutkan bisnis keluarga kami. Sejak kecil aku hidup serba berkecukupan dan aku tidak pernah merasakan kehidupan susah karena aku di fasilitasi oleh orang tuaku. Suatu hari aku tidak sengaja bertemu dengan seorang wanita bernama Claire di sebuah acara penggalangan dana. Saat itu aku terpesona oleh kecantikannya dan kebaikan hatinya sehingga aku mengajaknya berkenalan hingga hubungan kami berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Setelah setahun kami berkenalan, akhirnya kami memutuskan untuk menikah dan rasanya saat itu kami sangat bahagia dan kami tidak sabar ingin segera memiliki seorang anak. Satu bulan kemudian, Claire di nyatakan sedang mengandung dan rasanya saat itu aku sangat bahagia karena tidak lama lagi aku akan menjadi seorang ayah. Waktu itu aku berusaha menjadi suami yang terbaik untuk Claire sampai akhirnya Claire melahirkan anak kami. Saat itu aku sangat terkejut mendengar kenyataan bahwa Claire meninggal setelah melahirkan anak kami. Saat itu aku merasa hidupku sangat hancur dan aku menyalahkan anak kandungku sebagai penyebab kematian Claire sehingga aku memutuskan untuk membuang anak itu di depan rumah yang sangat sederhana dan aku berpikir jika tidak ada lagi yang akan mengingatkanku dengan kematian Claire. " Ayah harus melakukan ini agar kau tidak mengingatkanku dengan kematian Claire." Kataku sambil menaruh anak kandungku di depan teras rumah yang sangat sederhana. Saat itu aku pergi meninggalkan anak itu dan berusaha melupakan kejadian itu dan menganggap tidak pernah terjadi apapun. Setelah kejadian itu, aku berusaha melanjutkan hidupku dengan menjalankan bisnis. Sampai suatu hari aku tidak sengaja bertemu dengan seorang wanita bernama Diana dan ia menjadi rekan bisnisku. Waktu itu aku merasa Diana menyukai dengan ia menunjukkan rasa ketertarikannya padaku tetapi aku bersikap biasa padanya karena aku masih berduka atas kematian Claire. Sampai beberapa bulan kemudian hubunganku dengan Diana semakin dekat. Awalnya dari hubungan bisnis sampai berlanjut ke hubungan yang lebih intim. Ku akui Diana seorang wanita yang pantang menyerah hingga akhirnya ia berhasil membuatku jatuh di dalam pesonanya hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri masa kesendirianku dengan menikahinya. Rasanya aku sangat bersyukur mendapatkan wanita sebaik dirinya dan dari awal ia tidak tau jika aku seorang duda karena aku tidak pernah bercerita tentang masa laluku. Aku berpikir jika masa lalu tidak terlalu penting untuk ku ceritakan kepada Diana karena aku tidak ingin masa laluku menghancurkan kehidupan pernikahanku bersama Diana. Sebulan setelah menikah, Diana di nyatakan sedang mengandung dan saat itu ada ketakutan di dalam hatiku mengingat Claire yang dulu meninggal karena melahirkan anak kami. " Thomas, kenapa kau terlihat tidak bahagia mendengar kehamilanku? apa kau tidak ingin memiliki anak?" Tanya Diana dengan raut wajah yang penasaran. " Tentu saja aku sangat bahagia mendengar kau sedang mengandung. Lagipula aku sangat menginginkan anak darimu." Kataku sambil berbohong padanya karena aku tidak ingin mengecewakannya. Saat itu Diana memelukku sangat erat sambil ia mengucapkan terima kasih padaku. Rasanya saat itu aku berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikan rasa ketakutanku dan aku berusaha berpikir positif jika semuanya akan baik - baik saja. **** Beberapa bulan kemudian, Diana melahirkan anak kami dengan selamat dan rasanya saat itu aku tidak menyangka jika proses persalinan berjalan dengan lancar. Diana melahirkan seorang anak laki - laki yang sangat tampan dan sekilas aku teringat dengan anakku yang dulu ku buang begitu saja. Entah kenapa perasaan bersalah terus saja menghantuiku dan aku berusaha untuk melupakan anak itu karena aku tidak ingin terhubung dengannya apalagi mengingat Claire yang meninggal setelah melahirkan anak itu. Aku dan Diana sepakat menamai anak kami dengan nama Felix. Aku berharap Felix bisa meneruskan bisnisku karena hanya ia yang pantas menjadi pewarisku. Saat itu Diana sangat bahagia menjadi seorang ibu dan aku berjanji di dalam hati akan membahagiakannya dan tidak mengecewakannya. Beberapa hari kemudian, Diana di perbolehkan pulang oleh dokter dan aku menyuruhnya untuk beristirahat di rumah dan tidak memperbolehkannya untuk masuk ke kantor selama beberapa bulan. " Diana, aku ingin kau beristirahat di rumah dan tidak melakukan aktivitas yang berat seperti mengurus perusahaanmu karena aku sudah membereskan semua urusan di kantormu jadi kau hanya merawat anak kita di rumah." Kataku sambil memberitahunya. " Baiklah kalau begitu. Aku berjanji akan merawat anak kita jadi kau tenang saja." Kata Diana sambil menggendong Felix yang sedang tertidur di pangkuannya. Aku memperkerjakan dua pembantu untuk mengurus urusan rumah sekaligus melayani Diana jika ia membutuhkan sesuatu. Rasanya aku sangat bahagia dengan kehidupanku yang sekarang dengan adanya kehadiran anak di keluarga kami. Entah kenapa aku ada keinginan untuk menjenguk anak yang dulu pernah ku buang sehingga aku memutuskan untuk mendatangi rumah itu. Saat aku tiba di sana, aku melihat seorang wanita sedang bermain dengan anak laki - laki yang ku duga adalah anakku bersama Claire. Aku melihat mereka dari kejauhan dan aku bersyukur karena anak itu tumbuh sehat bersama orang yang menyayanginya. Rasanya aku sangat ingin memeluknya tetapi aku mengingat saat Claire meninggal membuatku mengurungkan niat untuk mendekati anak itu. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan berkumpul bersama istri dan anakku yang sedang menungguku di rumah. Seandainya Claire masih hidup, mungkin kami akan menjadi keluarga yang bahagia tetapi semua itu hanyalah masa lalu dan hanya akan menjadi memori di ingatanku. Tidak beberapa lama aku tiba di rumah dan melihat Diana yang sedang menggendong Felix di pangkuannya. Saat itu aku mencium pipi Diana dan pipi Felix yang sangat lembut. Lalu Diana mengajakku untuk makan malam bersama karena ia sudah lapar dan sedari tadi ia menunggu kedatanganku. " Maaf membuatmu menunggu lama. Aku tadi ada urusan dengan klien." Kataku sambil berbohong padanya dan Diana terlihat percaya dengan perkataanku. " Saatnya kita makan malam." Kata Diana sambil menyerahkan Felix ke pembantu kami. dan mengajakku makan malam bersama. Lalu kami makan malam bersama dan rasanya malam ini terasa sangat berbeda karena Diana terlihat sangat cantik dengan senyumannya yang membuatku hidupku berwarna. Setelah makan malam, kami menghabiskan waktu berbincang di ruang keluarga sambil menonton televisi. Diana menanyakan pekerjaanku di kantor dan aku memberitahunya jika semuanya berjalan dengan lancar. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan saatnya kami untuk beristirahat karena besok pagi aku ada pertemuan dengan pemegang saham sehingga aku harus tidur lebih awal. Saat itu aku berharap semoga pernikahan kami berjalan dengan lancar dan aku tidak ingin terpisah dengan istri dan anakku karena aku sangat menyayangi mereka. Aku akan melakukan apapun untuk membahagiakan mereka karena mereka sangat berharga bagiku.