bc

Kedua

book_age18+
1.6K
FOLLOW
13.1K
READ
second chance
drama
tragedy
humorous
straight
bold
brilliant
witty
others
poor to rich
like
intro-logo
Blurb

Menjadi janda bukan sebuah tujuan, jika takdir telah tertulis kita bisa apa?

Dipaksa berhenti berharap dengan cinta pertama, dihancurkan keluarganya. Gadis desa Tata beruntung bisa menjadi 'Entrepreneur' sukses dalam perjalanan perih nan terjal. 

Menikah dengan seorang pesohor yang jauh dari dunianya bukan cita-citanya. Ini adalah sebuah kisah betapa gadis desa itu menderita dengan traumatik atas peristiwa yang memukul jiwanya bergantian.

Bagaimana dirinya bisa terlepas dari bayangan hitam yang merobek kewarasannya?

Bisakah dirinya bertahan dengan aktor terkenal yang menjadi suaminya dengan kekurangannya itu? Temukan perjuangannya mencari sebuah kesembuhan jiwa yang damai.

chap-preview
Free preview
Awan Hitam
Prakkk Pyarr Suara piring gelas juga barang-barang di rumah dihancurkan. Sedetik semua berhamburan berantakan. Sore itu menjadi peristiwa kelam bagi keluarga gadis manis yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. "DASAR KELUARGA SIAL KALIAN! KALIAN PEMBAWA PETAKA DI DESA INI!" Seru seseorang yang memimpin massa. Mereka marah, membabi buta menghancurkan apapun yang mereka temui di rumah sederhana itu. "DI MANA IKHSAN! ITU DIA! CEPAT BAWA DIA!" Seru pria dengan kumis tebal itu menyuruh temannya menyeret pemuda itu. Pasrah, pemuda itu ikut namun sang adik bernama Triyono melawan hingga terjatuh karena kalah tenaga. Mereka membawa pemuda bernama Ikhsan itu untuk di hajar ramai-ramai. Tetangga dekat dengan rumah sederhana tersebut ketakutan bersembunyi di rumah mereka masing-masing. Tidak ada yang berani, terlebih massa itu membawa senjata tajam. Mereka lekas menolong keluarga itu ketika massa sudah meninggalkan rumah yang telah hancur berantakan. Kaca rumah, barang-barang di rumah tak tersisa, hancur lebur. Ada apa? Sedang di kebun yang berjarak lima ratus meter dari rumah itu Tata bersama sang ibu beserta kedua kakak perempuannya bersembunyi. Gadis bermata sayu, dengan rambutnya yang berantakan sedang ketakutan. Air matanya berjatuhan, dia memandang sang ibu dan kedua kakaknya yang juga menangis tersedu. Sedang sang ayah berada di kantor polisi. Segerombolan massa yang marah mengepung rumah. Untung saja mereka dapat keluar melalui pintu belakang rumah. Peristiwa ini sungguh membekas, terlebih semua kekacauan ini disebabkan hubungan yang masih kuncup di antara Tata dan pemuda yang dia sayangi. Sehingga membuatnya merasa amat bersalah. "Jangan! Berhenti! Tolong jangan rusak rumah kami! Tidak!" Teriak Tata dalam tidurnya. Bertahun-tahun peristiwa itu berlalu. Peristiwa memilukan itu selalu menjadi mimpi buruk bagi Tata. Peluh bercucuran, seakan kejadian itu nyata selalu hadir di setiap mimpinya. Sang gadis polos tersebut kini beranjak dewasa namun kenangan kala itu seperti bayangan hitam yang selalu hadir dalam mimpi malamnya. Ketakutan, merasa bersalah dan peristiwa tragis tersebut semacam sebuah cerita buruk yang senantiasa menghantuinya. Hingga dirinya beranjak dewasa memiliki suami, namun trauma itu menimbulkan gangguan psikologis yang harus dirinya lawan. *** Di sudut rumah sederhana dengan halaman luas, pohon mangga menjulang tinggi sejuk menenangkan. Di ujung taman kecil, duduk dengan tatapan kosong seorang perempuan berwajah sendu. Wajahnya tak berseri, lingkar hitam terlihat jelas, kelopak mata yang membengkak, netranya tak bersinar seperti biasa. Dia adalah Tata, Tata Dayuning tyas namanya. Perempuan manis periang, pemberani telah lunglai kehilangan belahan jiwanya. Delapan tahun ia rajut cinta dalam perkawinan namun kandas oleh maut yang memaksanya merelakan kepergian sang suami. "Nduk makan dulu." Suara lembut memecah hening, suara milik perempuan dengan baju daster duduk di sebelahnya. Dia adalah sang ibu mencoba membujuk wanita yang masih berkabung. Tata hanya diam, tak jarang menangis mengingat sang suami dalam setiap kenangan. Tata bergeming hanya menoleh, memandang dengan tatapan kosong sepiring makan siang yang dibawa ibunya itu tanpa minat. Makanan itu membawanya kembali pada kenangan bersama suaminya yang telah pergi, cairan bening yang mengumpul di matanya kini menetes di pipi. Mata lelahnya seolah tak mampu menahan air mata kesedihannya. Berhari-hari mata sayunya tak mampu terpejam, terpejam pun itu hanya sesaat. Belum lagi kondisi ini menambah gangguan psikologis yang dirinya derita. Ia dibawa sementara ke kampung halaman sejenak untuk membantunya melupakan segala kenangan-kenangan semasa ia bersama ayah dari anak-anaknya. Tujuh hari berlalu, sejak suami Tata pulang tanpa nafas akibat kecelakaan sewaktu pulang bekerja. Ia meninggalkan wanita ini dengan kedua anaknya bernama Banyu berusia 7 tahun dan adiknya Embun yang berusia 4 tahun. Hari-hari terasa berat dirinya lalui. Dukungan semangat dari keluarganya membuat wanita itu pulih lebih cepat. Terlebih dirinya merasa bersalah pada kedua anaknya jika terus larut dalam kesedihan. Satu bulan berlalu Tata kini mulai menata hidupnya. Lebih tepatnya meneruskan kewajibannya menafkahi anak-anaknya yang telah yatim, ia kembali ke rumahnya sendiri yang berada di kota berjarak 3 jam dari kota asalnya ditemani ibu bapaknya. Tata diperkenankan bekerja di perusahaan suami untuk menggantikan sang suami sebagai staf Public Relation. Sebagai apresiasi almarhum suaminya, meskipun bukan menggantikan posisi suaminya dulu, karena sesuai pengalaman bekerja Tata semasa bekerja. 'Asian logistik' adalah perusahaan bergerak di bidang logistik transportasi dimana sang suami dulu menjabat sebagai Manager Regional. Tata begitu beruntung bisa dengan mudah bergabung di perusahaan itu. Pekerjaan wanita itu adalah meng-handle client dari berbagai sektor perusahaan, dimana mereka membutuhkan layanan perusahaannya, hal itu memaksanya sering keluar kota dan meninggalkan anaknya di Surabaya. Karena inilah hal yang bisa membuat dirinya sejenak mengobati luka kehilangan. Sebuah bentuk usaha menghibur hatinya membantunya melupakan dukanya. Setidaknya sebentar saja. "Merekalah kekuatanku, semangat ku, alasan ku untuk bertahan, Aku berjanji Sayang akan menjaganya segenap jiwa raga ku, kamu tenang di sana, ku ikhlaskan dirimu meninggalkan kami." Suara lirih Tata bersimpuh memeluk nisan bertuliskan nama pria yang paling dicintai nya. Ia tabur bunga segar yang dibawanya, serpihan-serpihan kenangan yang hadir ingin ia letakkan bersamaan taburan bunga di pusara sang suami. Ziarah kali ini tanpa tangisan berlebih seperti hari-hari berat sebelumnya. Hari dimana awan hitam memayunginya sepanjang langkahnya. Hari dimana ia pingsan berkali-kali. Duka yang tak bisa digambarkan dengan kata. Air mata terkuras kesedihan. Jiwa yang melayang terombang-ambing dengan rasa tak terima. Rasa ketidakadilan. Kini semua itu harus ia letakkan di pusara pria yang selama ini menjadi sahabat dalam harinya. Kini keikhlasan adalah satu-satunya jalan untuk melangkah melanjutkan perjalanan hidupnya. *** Tata perempuan manis, dengan bibir sedikit tebal, mata sayu tinggi semampai. Ia wanita yang supel, rambutnya tergerai sebahu, sedikit coklat.Bulu mata tegas dengan hidung mancung. Sangat cocok baginya menjabat sebagai Public Relation (PR). Ia sangat lincah, tanpa bersusah payah bekerja, seharusnya lebih dari cukup dengan bisnisnya sendiri yang dirinya bangun semasa sang suami masih ada. Namun ia menerima tawaran dari perusahaan suaminya sebagai bentuk penghargaan karena suaminya dulu termasuk orang penting di perusahaan tersebut. Tak dipungkiri juga, sebuah caranya menyembuhkan dukanya. Selain itu hasilnya untuk menambah tabungan anak-anaknya nanti. Begitulah kira-kira tujuannya. "Buk Tata berangkat ke bandara dulu yah, nitip Banyu sama Embun," sambil mencium punggung tangan ibunya. "Iya hati-hati nduk diparingi perlindungan Gusti Allah. Diberikan perlindungan Allah selamat sampai tujuan jangan lupa sholatnya ya nduk." Mata sendu teduh itu melihat anak bungsunya berangsur kembali seperti gadis kecilnya dulu, senyum syukur karena dukanya telah pergi. Tangan kuning Langsat nya mengusap lembut rambut putri kecilnya itu. "Nggih buk." Iya buk, jawab Tata penuh rasa hormat pada bidadari dunia baginya. Entah tanpa sang ibu apa jadinya dirinya kini. "Sampaikan pamit ku ke bapak ya Buk." Mengurai pelukan damainya dengan ibu, seraya bergegas masuk dan mengendarai mobilnya. Sebetulnya luka batinnya menimbulkan keadaan lain. Dimana dirinya sering tiba-tiba bangun berteriak. Terjaga ketika malam. Namun Tata tetap dalam keadaan prima ketika bekerja. Namun dia sesekali mengunjungi psikiater untuk menjalani terapi. Perjalanan 2 jam ditambah delay pesawat yang ia tumpangi membuatnya sangat letih. Dia menghempaskan tubuhnya yang kini kehilangan berat badannya drastis ke sofa empuk depan televisi yang dinyalakan sesaat ketika ia masuk. Kebiasaannya untuk mengusir keheningan. Tak lupa dia membasuh badannya yang lengket karen perjalanan yang melelahkan. Di Jakarta Tata memiliki apartemen yang bisa dikatakan mewah, ini adalah buah dari kerja kerasnya. Usaha kecilnya yang beberapa tahun ini mengalami perkembangan sehingga, membuat dirinya menjadi entrepreneur yang diperhitungkan di Surabaya. Letaknya juga dekat dengan kantornya jadi ia tak perlu menyewa hotel untuknya beristirahat jika dinas di kantor pusat ini. Tata mengeluarkan barang-barang bawaannya dari koper kemudian ia rapikan di lemari apartemennya. Sempat mbak Yuli asisten rumah tangganya bermaksud membantu namun Tata menyuruhnya pulang sebab jam kerjanya sudah habis. Walaupun jarang digunakan apartemen ini sangat terawat karena mbak Yuli yang rajin datang pagi dan pulang sore bertugas menjaga kebersihan apartemennya selama ini. Pagi segar menyapanya adzan berkumandang memaksanya membuka mata. Wanita itu bergegas sholat subuh, walaupun dia merasakan sebuah gangguan malas luar biasa penyakit setiap manusia. "Tak terasa delapan bulan sudah mas kamu pergi, aku kangen," Selaput bening yang sedari tadi membuat buram penglihatan kini telah meluncur bebas di pipi. Dengan menengadah seusai sholat subuhnya pagi ini ia panjatkan dan sampaikan segala keluh kesahnya pada Allah Sang pemilik alam semesta. Tak lupa ia kirimkan doa untuk suaminya yang dahulu pergi ke sisi-Nya. Fajar bersambut Tata dengan tas selempang juga tote bag besar berisi berkas dari cabang Surabaya di bawa sedianya untuk di sampaikan ke kantor. Tata sampai kantornya yang masih sepi gedung tinggi letak ruangannya ada di lantai 11. Dia masuk ke kotak besi berwarna silver, menekan tombol angka 11 dan menutupnya dengan tombol di sampingnya pula. Tring... Tak lama kotak terbuka dan dirinya kini berada di lantai 11. Kaki jenjangnya melangkah dengan sepatu berhak tinggi. Wanita itu tampak berhenti di meja kerjanya yang disekat kubikel. Tata membersihkan mejanya dari debu, sesaat sampai karena sudah dua bulan ia tidak bertugas di kantor ini. "Halo Ta," sambil menepuk pundak Tata. "Astaghfirullahaladziim kaget ih Vina," keluh Tata sambil memeluk Vina dengan tangannya mencubit kecil perut Vina. "Eh maaf, kamu apa kabar say, kapan sampek gak ngabarin sih?" Sambil meringis menahan tawa dan sakit karena cubitan Tata. "Semalem sampek Vin, aku tidur langsung, capek banget delay pesawatnya kemarin," Jawab Tata masih dengan telaten membersihkan mejanya. Vina adalah teman sekaligus sahabatnya selama enam bulan ini, selain partner kerja Vina tipe teman yg asyik, dia sangat cocok dengan Tata , Vina pun sering berkunjung ke Surabaya jika ada kesempatan. "Ohya Ta' besok aku cuti satu bulanan ada client tolong handle yah, aku uda buatin bahan presentasi tar aku email." Sambil menyalakan laptopnya Vina dengan penuh harap Tata menolongnya. "Dih dadakan banget sih Vin-" Belum selesai dengan kalimatnya, Vina memotong kalimatnya begitu saja. "Aduh Ta' please dong, ini tuh client penting, aku udah rencana cuti dari jauh-jauh hari cuman ini client minta dadakan padahal jadwal bulan depan kita presentasi. Tolong yah sahabatku tercinta, aku percaya kamu bisa Ta, secara kamu kan jago merayu. Pasti sukses deh." Jelas Vina sambil memasang wajah melasnya memohon sang sahabat menolongnya. "Iya deh yang mau program bikin anak." Goda Tata. "Ah apaan sih Ta, yah usaha Ta' biar rumah tangga ekew berwarna bosen berdua mulu." "But the way kamu honeymoon kemana Vin?" Tanya Tata, terselip rasa penasaran. "Ah beberapa hari doang Ta' aku sama suami ke Bali, terus sisanya kita mau ke kampung karena udah sedikit lama kita gak pernah punya waktu buat nginep agak.lqma, di sana pas lebaran aja." Jelasnya. "Ohya Ta' berapa lama kamu dinas di sini?" Lanjutnya. "Kalau jadwal sih ada kalo satu bulanan kayaknya lebih, ada beberapa projects yang harus aku selesaikan Vin." "Semoga aja nanti aku masuk kamu masih di sini yah biar kita bisa girls time bareng, ah kamu sih Ta' aku cuti kamu dinas di sini," sambil berdecak kesal wanita bersuara nyaring itu mengeluh. "Aduh lebay deh sekarang kan udah canggih Vin, kita bisa video call kan biasanya juga gitu. Aih, geli aku tuh sama ke-lebayan kamu Vina ditasari." Sambil menggendikan bahunya Tata sedikit risih dengan kata-kata berlebihan Vina tadi. "Gitu yah geli sama aku, awas besok kangen," timpal Vina penuh rasa percaya diri. "Apaan sih." "Pasti telpon-telpon sambil curhat Vin aku bosen deh vin aku ini aku itu bla bla ah kek gak tahu kamu Ta'." Tukas Vina berhasil membuat Tata tak bisa mengelak. Dibalas hanya dengan senyuman oleh wanita dengan kemeja berwarna biru muda itu, karena semua kata-kata sang sahabat memang benar adanya. Obrolan mereka berakhir ketika meeting pagi rutin dimulai. *** Sore ini lelah bergelayut, Tata seakan kehabisan stok energi. "Payah banget sih hari ini," keluhnya mungkin karena harus berkutat dengan dua puluh berkas revisi yang harus dirinya kerjakan seharian. "Duh kerjaan hari ini bikin pegel banget moga mbk Yuli masih di apartemen, mau minta tolong pijit. Capek pakai banget ini mah." Monolognya sendiri sambil menggulir benda pipih di tangannya dan mulai menelepon. "Assalamualaikum mbak Yuli." Sapanya ketika tersambung di nomor yang dituju. "Minta tolong jangan pulang dulu ya Tata gak enak badan mau minta pijit bentar mbk bisa kan?" Terdengar bukan bertanya tapi lebih ke perintah. "Maaf ya mbak Yuli ngrepotin," tukasnya Kemudian kembali memasukkan benda itu di tasnya setelah menutup sambungan telepon. Sesampainya di apartemen tanpa mandi terlebih dahulu Tata langsung menggulingkan badannya di kasur sesaat mbak Yuli memijit hingga dirinya tertidur pulas, mbak Yuli pun pulang sebab Tata sudah berpesan jika mbak Yuli boleh pulang sebelum dirinya benar-benar masuk ke alam mimpi. Tak pernah terbayangkan olehku Kehilangannya begitu cepat Takdir membawa sejuta luka Kuragu apakah aku bisa melanjutkan Hidupku tanpa hadirmu bersamaku °°°Tata Dayuning tyas

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook