bc

My CEO My Wife

book_age16+
1.3K
FOLLOW
9.1K
READ
second chance
CEO
comedy
bxg
witty
office/work place
lies
sassy
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

"Ayah meninggal, Dit. Aku punya istri tapi seperti duda."

Sedangkan wanita yang berada dibelahan bumi lain pun, terdiam, nafasnya terdengar memburu, seiring dengan air mata yang jatuh menetes.

"A-ayah kamu meninggal, Mas?"

"Hahahaha ... Kamu istri aku bukan, sih? Kamu terlalu asik di dunia kamu sendiri, sampai lupa ada aku dan anak-anak, kalau terus begini, apa kita bisa bangun impian bareng?"

Sebuah pernikahan yang Krisis akan komunikasi dan saling mementingkan ego masing-masing.

chap-preview
Free preview
Aji Dan Tingkahnya
"Cicicuit.... Neng manis, mau kemana?" ucapan penuh nada yang menggoda itu, membuat karyawan lainnya tersenyum geli, namun berusaha menutupi kegelian tersebut, karena saat ini yang digoda adalah atasan mereka. Sedangkan wanita yang mengenakan blouse berwarna krem tersebut langsung menghentikan langkahnya, ia berbalik dan menatap pelaku yang menggoda nya tadi. "Kamu! " Serunya kencang, dengan mata melotot andalannya. Sedangkan Aji yang menjadi tersangka pun hanya tertawa geli, sambil mengedipkan matanya manja, membuat wanita itu meradang seketika, ia langsung melemparkan sepatu high heels yang ia pakai tanpa pikir panjang. "Wuzzttt..... Gak kena, meleset, Bu? Gimana dong?" Sekali lagi, pegawai yang ada disana tertawa geli, bahkan ada yang sampai tertawa ngakak, yang dihadiahi sebuah potongan tajam. "Aji Pamungkas, sini kamu. Sambil bawa sepatu saya." "Kalau saya bawa, saya dapat apa, Bu?" jawab laki-laki yang sering dipanggil Aji itu dengan wajah polos, membuat siapapun yang melihatnya merasa dongkol seketika, polos-polos ngeselin. "Saya potong gaji kamu, yah." Ancaman ini membuat semua yang ada di lantai 3 tersebut meneguk ludah kasar, potong gaji adalah bencana besar bagi mereka, tapi tidak bagi Aji, baginya tidak masalah potong gaji, toh ia masih ada penghasilan dari restoran nya, ia berjalan santai sambil menendang sepatu high heels atasannya dengan wajah tenang. "Potong gaji saya? Jangan harap ada jatah sebulan, " ucap Aji dengan wajah penuh kemenangan, namun wajah itu tidak bertahan lama, setelah atasannya yang sekaligus menjabat sebagai istri nya ini mengucapkan kalimat sakral. "Oke! Gak ada jatah sebulan, dan kamu..... Siap-siap tidur di luar." Aji langsung meneguk ludahnya kasar, alamat, senjata makan tuan ini mah, maksud hati ingin menantang sang istri malah dia yang kena batunya, nasib-nasib. "Eh.... Eh... Bukan itu maksudnya." "Terus, apa?" "Yah,, em-mmm, udah deh, dihapus aja itu perjanjian, gak seru banget." Wanita yang bernama lengkap Anandita Pamungkas itupun menggeleng pelan, suaminya ini sangat menyebalkan, tiada hari tanpa membuat ia emosi di kantor, sedangkan di rumah, Aji termasuk dalam future husband. Entah apa alasan suaminya ini, yang jelas, ia sangat kesal sekarang, bagaimana tidak, suaminya meninggalkan ia sendiri di dalam rumah tadi malam, sedangkan Aji beserta kedua anaknya pergi ke rumah sang mertua. Dan kejengkelan itu bertahan sampai sekarang, ketika melihat wajah Aji tadi pagi, ingin rasanya ia mencakar dan juga menjambak rambut ikal itu, apalagi kumis tipis yang bergerak seiring dengan kekehan gelinya, membuat tangan Dita tanpa sadar sudah meremas wajah Aji dengan brutal. "Aduh... Duh. Kamu apa-apaan sih? Ini muka, woy! Bukan kain jemuran yang di peras. " Seketika Dita langsung tersadar, dan meringis melihat penampilan suaminya yang acak-acakan, rambut yang semula rapi kini berdiri seperti habis tersetrum, kemeja dan dasi yang kusut, dan jangan lupakan beberapa goresan tampak di wajah tampannya itu. "Kamu ini apa-apaan coba? Marah karena aku tinggal semalam? Dan gak dapet jatah, kan? Tapi gak gini juga, ini masih pagi, masa aku harus berpenampilan seperti ini, jangan ganas-ganas, ganasnya di ranjang aja." Apa Dita bilang? Suaminya ini sangat menguji emosi, ia baru saja ingin meminta maaf, tapi mendengar ucapan terakhir suaminya, ia malah makin ingin menjambak rambut laki-laki itu lagi, hasrat menjambak itu timbul lagi ketika melihat sang suami menatapnya dengan pandangan remeh. "Heh, heh, tangannya itu makin hari makin pengen tak iket neng kasur, men mantep." Ucapan ambigu itu membuat orang disekitar mereka berdua tertawa lagi, sepertinya Aji mendapat pahala banyak lagi hari ini, karena telah membuat mereka bahagia. Dita yang mendengar ucapan melantur suaminya pun langsung menarik mulut Aji dengan kuat lalu pergi dari hadapan suami gilanya. Hal itu sontak membuat Aji berteriak kesakitan. "Dasar singa betina, untung cantik, untung manis, untung sayang, untung cinta, untung ibu dari anak-anakku, kalau gak? Udah aku nikahin." Seketika ruangan yang tadi riuh bertambah riuh lagi mendengar ucapan Aji, devisi keuangan menjadi ramai pagi ini, diantaranya juga ada yang merekam aksi konyol Aji barusan. Sedangkan Dita yang mendengar ucapan Aji, hanya bisa tersenyum malu, meski tak banyak yang melihatnya, ia terus saja berjalan dengan tetap mempertahankan wajah datar dan tegasnya. Aji dan Dita merupakan sepasang suami istri yang memiliki hubungan berbeda dengan kebanyakan orang, bayangkan, istrinya sendiri menjadi atasannya di kantor. Setiap hari, baik Aji maupun Dita berperan sebagaimana atasan dengan bawahan, namun ada beberapa hal yang membuat peran itu berganti menjadi seperti kucing dengan tikus, seperti yang barusan terjadi. Aji masih terpingkal tertawa bersama rekan-rekan kerjanya, ia sangat merasa puas, telah membuat istrinya yang sangat di luar itu kesal setengah mati. "Nyari mati emang yah lu, Ji. Siap-siap aja itu junior gak punya sangkar, " ucap salah satu karyawan yang satu devisi bersama Aji menakut-nakuti. "Gampang, gak ada yang bisa menolak pesona seorang Aji Pamungkas, " balas Aji dengan nada sombong. "Lu gak takut sama Dita? serius?" Aji mengangguk mantap, mengapa ia harus takut kepada istrinya? dirinya ini bukan termasuk dari suami takut istri. "Serius, dikira gua suami takut istri. sekali kedip manja istri gua luluh, Bro." Rekan kerja Aji hanya bisa mengangguk pelan, mereka melirik kebelakang Aji dengan raut takut-takut, ada singa yang sedang kelaparan siap menerkam mereka jika salah berbicara. "Sebenarnya gue bisa aja gebet si Clarisa, anak dapartemen keuangan, tapi karena gua sayang bini, yah gak jadi. " "A-aji..." Tegur karyawan wanita yang bernama Ani dengan memanggil Aji penuh takut. "Lu ngapa dah, Ni? bang Roma lu belum ketemu?" Aji ini, bisa-bisanya melawak di saat nyawanya sendiri sudah terancam, coba saja jika ia balik badan, pasti Izrail pun langsung menghampiri dan menarik paksa nyawanya. "Kalian kenapa sih? ada apa? kok jadi patung semua?" Salah satu dari rekannya mengarahkan matanya menunjuk ke arah belakang Aji, Aji yang mengerti akan petunjuk itu pun berbalik dan ... DUAR!!! "ASTAGFIRULLAH! Sejak kapan singa betina ada di belakang gue?" Dita yang dipanggil singa betina pun langsung berang, dia menarik rambut Aji dengan brutal, sambil menendang tulang kering suaminya beberapa kali. "Mau apa? mau ganggu Clarisa? iya?" Aji menggeleng ngeri, melihat mata sang istri yang mungkin jika buatan manusia sudah terlepas dari tempatnya. "Eh, fitnah aja kamu, Yang. Gak ada yang bilang begitu, Ya kan kawan-kawan?" sahut Aji meminta bantuan dari rekan-rekannya, namun karena rekan-rekannya semua tidak punya akhlak, mereka hanya melengos dan pamit undur diri untuk kabur. "Sekarang mau cari dukungan siapa?" "Dikira lagi calon jadi aparat pemerintah apa cari dukungan?" Wajah Dita bertambah merah, ia sadar betul suaminya ini sudah mengerjainya habis-habisan sedari pagi, dan rasanya sangat tidak puas jika tidak mengacak penampilan Aji yang cukup tampan hari ini. "Kami tahu kan, aku lagi sensitif?" Aji mengangguk. " Kamu juga tahu kalau aku marah itu giman" lagi lagi Aji mengangguk. Namun sekarang ia perlahan-lahan mulai mundur teratur, kalau kata orang jaman sekarang mundur alon-alon . "WOAHHH!!!! ADUH... SAKIT BANGET! AMPUN NYAI AMPUN, " teriakan Aji mengundang mata beberapa karyawan yang penasaran. Dita sendiri belum terlalu puas pun menarik dasi suaminya sampai Aji merasa tercekik, sumpah! Istrinya ini kalau sudah ngamuk, singa pun kalah dibuatnya. "Kamu tau gak, hari ini kamu nyebelin banget, banget, banget. Pengen aku botakin, terus aku cat kepala kamu warna mejikuhibiniu, mau?" Aji menggeleng ngeri, seperti apa penampilannya nanti kalau kepalanya berwarna mejikuhibiniu? Sembari Manahan sakit, ia berusaha meraih tubuh sang istri. Happ! Di dalam pelukan Aji, Dita terdiam dengan debaran jantung yang memacu, tangannya masih berada di rambut dan dasi Aji, namun tubuhnya sudah membeku tidak bisa bergerak. "Begini kan, diam. Lebih manis," suara Aji yang nge bas, tepat di samping teelinganya dengan bisikan lirih itu, mampu membuat darah Dita berdesir dan perutnya serasa digelitiki. "Kamu sadar gak sih? Aku geli denger kamu ngomong gitu." "Geli tapi pipinya merah? Bisa diterima alasannya." Dita semakin malu, ia bahkan sudah menyembunyikan wajahnya di d**a Aji, dengan cepat Aji membawa Dita masuk ke dalam ruangan wanita itu menggunakan lift, sepanjang di dalam lift, Dita mulai lagi mengeluarkan taringnya, dan Aji sudah menebalkan telinga dari segala macam kecerewetan sang istri. "Kamu denger aku gak sih?" "Iya, aku sayang kamu juga, " jawab Aji. "Kamu nyebelin." "Love you too." "Kamu jahat, " suara Dita masih menggelegar. "Iya, sayang. Nanti kita honeymoon." "Gak nyambung tau gak." "Di sambung pake cinta kita biar uwu, Yang." "AJI NGESELIN, AKU BENCI KAMU, JANGAN TIDUR BARENG AKU NANTI MALAM, KAM-...." Cup! "Diem, oke? Nanti kamu sakit kalau marah-marah terus, maaf buat kamu kesel dari kemarin, kamu tau kan, gimana sayangnya aku sama kamu? Jadi stop marah-marah." Namanya juga cewek, sekali gombal langsung luluh, begitu pula dengan Dita yang langsung terdiam setelah mendengar ucapan suaminya, mungkin hari ini ia sedikit keterlaluan terhadap Aji, apalagi melihat penampilan suaminya yang jauh dari kata rapi, bahkan terdapat bekas cakaran di pipi dan leher Aji tampak merah akibat dasi yang tadi ditariknya. "Hiks.... Hiks..." Aji langsung melotot kelimpungan, istrinya tiba-tiba menangis, apa tadi ia sudah sangat keterlaluan? Istrinya sampai menangis seperti ini. "Sayang, maaf. Aku keterlaluan yah? Kamu jangan nangis dong, maaf banget." Ting! Pintu lift terbuka, Aji langsung membawa sang istri masuk ke ruangan yang merupakan ruangan CEO di perusahan ia bekerja. "Hiks... Hiks.." "Yang, maaf, aku tadi bercandanya keterlaluan sampai kamu nangis begini." Dita menggeleng pelan, bukan! Seharusnya ia yang meminta maaf kepada Aji, bukan malah Aji. "Hiks.. harusnya aku yang minta maaf ke kamu hiks... Aku keterlaluan, marah-marah gak jelas, sampai kamu luka-luka begini hiks... " Aji melongo? Apa tadi? Istrinya ini mengaku salah? Ini bukan pertanda kiamat kan? Wow, ini pertama kalinya, astaga! Haruskah ia membuat syukuran 7 hari 7 malam? Atau gak, guling-guling di turunan 7 kali? Sumpah, Aji masih tidak percaya. "Coba, Yang. Ulangi." "A-aku yang salah, hiks.... Aku marah-marah terus sama kamu dari kemarin, maaf." Aji langsung lompat dan menjauhi istrinya, dengan wajah yang pucat pasi, dan tubuh bergetar ketakutan. "Yang, kamu siapa? Kamu pasti bukan Dita! " Dahi Dita mengernyit tanda tidak mengerti, ada apa pula dengan suaminya ini. "Kamu pasti bukan Dita, kalau Dita mana mau mengaku salah, dia itu manusia maha benar, jadi kamu pasti bukan Dita. " Dita menghembuskan nafas pelan, ia mengontrol emosinya yang tadi mulai berkurang. Namun tindakan Aji selanjutnya malah membuat ia pusing setengah mati. "SAHA MANING? KELUAR, ALLAHUAKBAR... ALLAHUAKBAR. " Aji dengan sadis menolak-nolakkan kepala Dita seolah diya tengah kerasukan, ia bahkan sudah menyembur wajah Dita dengan air kumur-kumur entah yang keberapa kali, yang jelas, sekarang kepala Dita amat terasa pening dan ingin muntah. Astaga, di mana dulu ia pungut suami seperti Aji ini. Byurr!!! Siraman terakhir Aji dengan air seember yang ia ambil dari kamar mandi, kondisi Dita sudah amburadul, dengan pakaian yang basah, rambut acak-acakan, mata yang merah, serta tangan dan hidung yang terkepal sambil kembang kempis. "AJIIIIIII...." Aji yang tersadar tindakan nya sudah salah pun, akhirnya berlari pontang panting menjauhi singa yang sudah benar-benar ngamuk, tanpa peduli rekan-rekan kerjanya yang sudah menertawakan aksinya di kantor hari ini. "Ya Allah, selamatkan hamba dari malaikat pencabut nyawa mu hari ini, ya Allah."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook