bc

Sepertiga Malam

book_age12+
208
FOLLOW
1.6K
READ
possessive
playboy
arrogant
badboy
goodgirl
sensitive
sweet
Writing Academy
spiritual
Supreme Me Fiction Writing Contest
like
intro-logo
Blurb

Keinginan Raina hanya satu, memiliki suami yang baik agamanya dan bertanggung jawab. Namun impian itu kandas saat seorang laki-laki membelinya dari meja perjudian. Raina harus meninggalkan lelaki yang dia cintai dan menjadi p*****r halal Yusuf Mandala Putra.

Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Awal Berjumpa
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Termasuk setiap pertemuan dan perpisahan. Agar tidak mengenal kesakitan, manusia seharusnya belajar ramah dan mengikhlaskan. *** Cowok galak dan cuek itu cool, katanya. Namun, tidak dengan Yusuf Mandala Putra. Dulu, orangtuanya menamainya Yusuf dengan harapan anaknya kelak dapat memiliki akhlak seperti Nabi Allah SWT. Sayangnya, harapan itu tinggallah harapan melihat kelakuan Yusuf saat ini. Dalam waktu satu minggu, Yusuf bisa memecat sepuluh orang karyawan, dengan alasan tidak profesional saat bekerja. Dia memiliki prinsip, saat seseorang mendaftar sebagai karyawan di perusahaannya, berarti orang itu sanggup menerima segala peraturan yang ada. Berani melanggar peraturan, berani menerima segala konsekuensi. Termasuk diberikan uang pesangon mendadak. Bagi Yusuf, tidak ada kata maaf. Maaf berarti komitmen tidak akan mengulangi, tetapi kebanyakan orang akan mengulangi kesalahannya lagi. Pria itu juga paling berat untuk menyebutkan tiga kata yang kata orang berdampak dahsyat: maaf, tolong, dan terima kasih. Yusuf melirik jam branded berlapis emas yang melingkari tangannya. Benda itu menunjukkan pukul sembilan pagi. Setelah meletakkan buku, dia beralih memandang jendela cukup lama, melihat pemandangan apik yang setiap saat bisa dia rasakan hanya dari tempat kerjanya. Cahaya dari luar membuat siluet tubuh Yusuf terlihat begitu indah. Pahatan yang sempurna. Bahkan, di usianya yang sudah menginjak tiga puluh tahun, dia sudah bisa menggengam tiga hal: tahta, harta, dan wanita. Yusuf melangkah menuju parkiran ke arah mobil mewahnya. Wanita yang dia kencani sudah menunggu di sana, sementara sang sopir baru keluar dari toilet. Sopir itu berlari kencang, agar tidak terkena semprot sang bos. Dia masih punya tanggung jawab menghidupi tiga anak perempuan yang masih sekolah. Di-PHK mendadak akan membuat keluarganya sengsara. Beruntung sang sopir berhasil sampai beberapa detik sebelum Yusuf memasuki mobil. Kini mobil yang dinaiki Yusuf memasuki jalan raya. Wanita berpakaian seksi berkulit kuning langsat itu seperti permen karet, tidak mau berjarak dengannya. "Minggir. Gue mau baca buku," usir Yusuf dengan tatapan sekilas yang menghunus. Wanita itu langsung menjauhkan diri. Tatapan Yusuf begitu tajam layaknya tatapan iblis di film-film Hollywood. Selang beberapa menit, tiba-tiba mobil berwarna putih yang ada di depan mobilnya berhenti mendadak. Wajah Yusuf hampir mencium kursi sopir. Bukunya pun terjauh dan menjadi kotor karena debu. "s**l!" Dia memukul kursi depan seraya mengumpat. Siapa yang mengusik waktunya untuk membaca buku, sama dengan masuk kandang singa. "Maaf, Pak. Mobil di depan berhenti mendadak," ucap sopir seraya menekan klakson berkali-kali. Si pemilik mobil keluar, lalu mengambil sebuah kertas kecil yang tadi tidak sengaja dia buang bersama tisu. Yusuf membuka kaca mobil. "Lo buta?" Dia menunjuk rambu-rambu dilarang berhenti. "Jangan nyetir! Cewek t***l," sumpah serapah Yusuf dari dalam mobil. Suara Yusuf yang keras membuat wanita berjilbab cokelat itu tersentak. Setelah mengambil kertas, matanya melirik sekilas ke arah Yusuf. Dia berdecak tidak suka dan ingin membalas hinaan, tetapi bagaimanapun dia memang salah. Ini karena keteledorannya. Tidak ingin membuat kemacetan, dia segera membawa mobilnya berjalan lagi. Mobil Yusuf sudah melaju. Meski begitu, wanita berjilbab coklat dengan celana kulot tadi berhasil menarik perhatiannya. "Cantik, tapi kayak tempe. Kebungkus." Tidak biasanya, dia memuji paras wanita berhijab. Yusuf memang, jika melihat yang bercadar. Hatinya langsung waswas jikalau ada bom tersembunyi. "Cantikan juga aku, Sayang," kata wanita di sampingnya yang dia anggap seperti nyamuk. Sopir memberikan pembelaan. "Yang ketutup itu mahal, Pak." Yusuf mengalihkan pembicaraan, malas menanggapi lagi. "Kita ke Bandung. Survei kebun bunga. Sekalian turunin cewek ini di depan." "Loh, kok gitu? Ya gak bisa seenaknya gini dong, Sayang!" Tangan Yusuf mengambil uang raturan ribu. "Tuh, ongkos lo. Lo cuma butuh duit, kan?" Wanita itu marah saat turun dari mobil. Namun, Yusuf tidak peduli. *** Seorang wanita keluar dari rumah berwarna putih dengan senyum indah menyambut senja di Bandung. Suasana meneduhkan yang sudah lama tidak dia rasakan. Dia menghampiri wanita paruh baya yang tengah menyiram bunga. "Sore, Nek," sapa Raina dengan senyum merekah. Dia memeluk erat seraya memejamkan mata. Aroma sang nenek sudah lama tidak tercium. "Sore, cucuku tercinta, Raina Mentari Atama." Raina memeluk neneknya manja persis bocah berusia tujuh tahun. "Raina kangeeeen..., sama Nenek." "Nenek juga," jawabnya sambil meletakkan wadah penyiram bunga di rerumputan. Hobi Nenek Karla adalah menanam dan merawat bunga. Dia juga memiliki usaha kebun bunga sendiri di depan dan samping rumah. Tidak jarang para pengusaha tanaman hias datang ke rumahnya untuk membeli bunga-bunga dagangannya. Beberapa waktu lalu, kebunnya sempat viral karena selebgram yang mengambil foto di kebunnya dan melampirkan alamat lengkap di caption-nya. Nenek Karla juga sering mendapat pesanan buket untuk hotel ataupun restoran terdekat dari tempat tinggalnya. Raina suka sekali menginap di rumah sang nenek. Sayangnya, sejak profesinya menjadi pramugari dan mendapat jadwal penerbangan ke Eropa, dia jarang ada waktu untuk berkunjung. Dia kadang hanya bisa berkunjung setahun sekali saja. Itu pun tidak sempat menginap. Sekarang Raina sudah resign dari pekerjaan itu. Perlahan, dia ingin berhijrah. Dia sadar, saat Allah memberi waktu kepada manusia untuk bernapas, itu tandanya Allah memberi kesempatan agar makluk-Nya menjadi jiwa yang lebih baik dari sebelumnya. Kita tidak pernah tahu kapan, jam berapa, atau hari apa malaikat maut datang menjemput. Raina tak ingin menunda-nunda lagi. Dia tinggalkan semuanya yang bersifat dunia untuk mendapatkan akhirat yang lebih baik. Perlu digarisbawahi, bukan pekerjaan menjadi pramugari tidak baik, hanya saja beberapa SOP di penerbangan tidak menganjurkan mengenakan hijab. Salah satunya, maskapai tempatnya bekerja. Banyak saudara maupun tetangga Raina yang menyayangkan keputusannya ini karena dianggap menyia-nyiakan kesempatan emas. Bekerja di maskapai penerbangan ternama mempunyai prestige tersendiri di mata orang lain. Gaji melimpah dan kehidupan yang serba terjamin. Jadi, wajar saja jika keputusan Raina untuk resign mengundang banyak kontra di sekitarnya. "Ngomong-ngomong, kapan kita ke makam Kakek?" Raina begitu merindukan sosok lelaki yang menggantikan peran ayah semasa kecilnya. "Bagaimana kalau nanti sore?" usul Nenek. "Raina setuju," ucap Raina diakhiri tepuk tangan kecil. Kini, kedua wanita itu memutuskan untuk masuk rumah setelah dipastikan semua tanaman telah disirami. Baru menginjakkan kaki di lantai teras, deruan mobil berhenti di halaman rumah Nenek Karla. Keduanya membalikkan badan untuk melihat siapa pemilik mobil tersebut. "Permisi." Pria berjas hitam menunduk hormat setelah keluar dari mobilnya yang berwarna hitam. "Saya Yusuf, CEO Mandala Grup. Sekretaris lama saya sempat berkunjung kemari." "Selamat datang," jawab Nenek Karla dengan ramah. "Silakan masuk dulu." Yusuf cukup terkejut begitu melihat wanita yang berada di samping nenek itu, sedangkan sang wanita hanya bersikap biasa saja. Mungkinkah wanita itu lupa dengannya? Nenek Karla mempersilakan Yusuf untuk salat asar terlebih dahulu jika belum. Namun, Yusuf menjawab bahwa dia tidak menunaikan ibadah salat. Saat Raina ke belakang menyiapkan minuman, pria itu menunjukkan dokumen baru sesuai dengan keinginan Nenek Karla. Ikatan kerja sama untuk memasok bunga di hotel milik Yusuf. Nenek memembaca perjanjian itu menggunakan kacamata. "Karyawan saya sudah pulang. Saya sudah tua, jadi butuh waktu lama untuk membaca. Sambil menunggu, bagaimana kalau Nak Yusuf melihat kebun? Biar ditemani cucu saya." "Boleh, Nek." Raina yang mendapat tugas dari sang nenek pun menerima dengan sukarela, sudah lama dia tidak membantunya. Soal menawarkan produk, dia sangat terampil. Dari usia remaja, dia melayani pengunjung yang berakhir menjadi pelanggan sampai sekarang. "Mari, Pak." Raina meminta Yusuf mengikutinya. "Toko bunga Nenek menjadi salah satu toko tertua di wilayah ini. Warisan dari ibunya Nenek. Lahan ini bukan satu-satunya, masih ada satu hektar lagi. Kurang lebih lokasinya satu kilometer dari sini." Yusuf mengambil sebatang rokok lalu mengisapnya sambil membuntuti gadis itu. Asap itu berhasil membuat Raina terbatuk. Sadar mengganggu, Yusuf langsung menginjak puntungnya dan membuangnya ke tong sampah. "Maaf, saya alergi dengan asap rokok. Pasti langsung batuk-batuk." Yusuf hanya menggangguk lalu berjalan mendahului Raina. Beruntung wanita itu tidak ingat kepadanya. Kalau sampai ingat, bisa minus nilainya di depan vendor. Mata Yusuf mengamati setiap kotak bunga. Ada yang kosong, ada yang belum berbunga, dan ada juga yang tinggal panen. Di pojok kebun, banyak muda-mudi mengambil foto, mungkin itu yang dimaksud Nenek Raina tempatnya cukup viral. "Ke sini aja, Pak. Di sana banyak orang hunting foto." Raina pun dengan semangat mulai menjelaskan setiap bunga yang ada di sana. "Ini Mawar Iceberg pertama yang dibudidaya di Jerman, kalau gak salah tahun 1958. Aromanya gak kalah kuat sama yang di sana tadi. Diameter bunganya rata-rata lima sentimeter. Ini satu minggu lagi panen." Tempat yang akan Raina tunjukkan selanjutnya ada di belakang rumah. Di sana terdapat gundukan tanah, dari posisi itu akan tampak pemandangan elok. "Hati-hati, Pak. Jalannya agak susah, kayak hidup hehe." Walaupun tidak pernah ditanggapi, Raina tetap mengoceh. Dia juga tidak peduli guyonannya barusan tidak lucu. Langkah Raina menaiki jalan susah itu dengan lincah, sampai-sampai terpeleset. Beruntung Yusuf langsung membantunya. "Dasar! Ceroboh!" Raina diam beberapa detik. Dia tidak asing dengan suara itu. "Mau berapa lama pegang tangan saya?" "Eh, maaf." Raina bangkit dan melanjutkan jalan. Sampailah mereka di tempat itu. Yusuf menyukai tempat ini. Dia bisa melihat warna oranye menghiasi langit sekaligus bunga berwarna-warni. Bunga matahari paling menarik perhatiannya. "Cantik." Deg. Raina yang tersenyum mendadak menyipitkan mata. Apa pria itu baru saja memujinya? "Pemandangannya," lanjut Yusuf sambil memainkan daun telinga. Mulut gadis itu menganga. "AAA..., ya..., hehe pemandangan paling cantik di sini." Ini sedikit gila, Yusuf sempat kehilangan kendali. Sejak kapan pria paling sulit memberikan pujian tersanjung dengan senyum gadis yang baru ditemuinya? Beruntung dia pandai berkilah. Tidak lama kemudian, Nenek Karla muncul. Dia mengatakan sudah selesai membaca perjanjian, tetapi belum berani memberikan keputusan karena kontrak yang diajukan Yusuf berlaku terlalu lama. Saat Yusuf pamit, Raina sudah sibuk dengan teleponnya. "Kebetulan yang menarik, bukan? Saya bertemu dengan wanita berhijab itu lagi," kata Yusuf kepada sang sopir. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Noda Masa Lalu

read
183.6K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.5K
bc

Switch Love

read
112.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook