bc

Jaga Dia Untukku

book_age16+
869
FOLLOW
4.5K
READ
second chance
drama
tragedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Ziya adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat mencintai keluarganya. Dia rela melakukan apa pun demi anak dan suami. Pernikahan Ziya diuji ketika Atha, sang suami, mengalami kerugian finansial sehingga dia memiliki banyak utang. Meski Ziya berusaha membantu Atha, tetapi bantuan itu tidak pernah dihargai.

Ini kisah perjuangan Ziya yang ingin mempertahankan rumah tangga bersama Atha. Sebuah usaha yang sulit diterima oleh Atha karena merasa sang istri lebih unggul. Kehidupan mereka menjadi semakin dingin.

Sayangnya, usaha Ziya harus terhalang ketika dia mengalami kecelakaan dan koma. Akankah Atha menyadari kesalahannya? Masih sempatkan dia memperbaiki sikap buruknya pada Ziya?

Cover by: Lina Rahayu

Edited by: Canva

chap-preview
Free preview
Prolog: Hati yang Terluka
Ziya “Aku, kan, sudah bilang sama Mas buat antar kami ke desa sebelah hari ini,” ucapku ketika Mas Atha bersiap di atas motor. “Tapi Mas sudah ada janji, Zi. Kamu bisa bareng sama Tami. Ya?” Tami adalah tetangga kami. Anak kami memang sekelas. Hari ini, ada lomba mewarnai antar taman kanak-kanak di desa tetangga. Sebelumnya, aku sudah mengatakan pada Mas Atha. Saat itu, dia memang tidak menanggapi perkataanku, tetapi dia mengangguk. Jadi, aku merasa dia sudah menyetujui permintaanku. Aku cukup terkejut saat Mas Atha ternyata tidak mengetahui mengenai lomba hari ini, bahkan memiliki janji lain. Padahal hanya ada satu motor. Kalau dia pergi, tentu saja aku tidak memiliki kendaraan lain. Aku hidup di sebuah desa yang cukup jauh dari kota, jadi tidak ada kendaraan umum di sini. Jika tidak memiliki kendaraan pribadi, maka harus berjalan atau menumpang. Kalau saja lokasi lombanya dekat, aku akan memilih untuk jalan kaki. Tapi, di desa tetangga? Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk sampai dengan menaiki motor. Bayangkan saja berapa waktu yang dibutuhkan seandainya aku menggunakan kedua kakiku? Anggaplah aku sanggup. Bagaimana dengan kedua anakku. Cuaca yang cukup panas akhir-akhir ini membuat semua orang cepat lelah. Anak pertamaku baru berusia lima tahun. Sementara yang kedua satu tahun. Kasihan kalau membawa mereka pergi dengan berjalan kaki di kondisi begini. Tadinya, aku pikir Mas Atha sudah bersedia mengantar, jadi tidak sempat menanyai wali murid yang lain, apa mereka bisa memberiku tumpangan. Kalau aku meminta bantuan Tami secara mendadak, apa dia bisa? Aku tidak tahu apakah dia pergi sendiri atau sudah ada yang menumpang. Bagaimana kalau aku tidak bisa pergi? Pasti Yazid, anak pertamaku, akan kecewa. Menggambar adalah hal yang sangat disukai oleh Yazid. Dia sudah menyiapkan perlombaan ini jauh-jauh hari. Aku bahkan membelikan peralatan baru, khusus untuk hari ini. Mana bisa aku membiarkan Yazid merasa kecewa hanya karena ayahnya tidak bisa mengantarkan kami. Biasanya, aku juga tidak terlalu memedulikan hal ini. Maksudku, mengenai Mas Atha yang tidak mau mengantar. Kalau Tami tidak bisa memberi tumpangan, aku bisa meminjam motor adikku. Tapi, entah mengapa, aku sangat ingin diantar oleh Mas Atha. Hatiku sedikit sakit saat mendengar dia lebih mementingkan janjinya ketimbang mengantarku dan anak-anak. “Nanti Mas yang jemput,” ujar Mas Atha, mencoba merayu. “Enggak bisa antar dulu? Kan, sebentar saja.” Aku masih berkeras. Mas Atha menghela napas. “Kenapa kamu jadi agak manja hari ini? Mas sudah telat. Kamu pergi sama Tami saja. Assalamualaikum.” “Waalaikumsalam.” Pandanganku tidak beralih sampai motor Mas Atha menghilang di pertigaan jalan. Aku menoleh pada Yazid yang sudah menenteng tas dan meja lipat, lalu tersenyum. Di belakangnya, ada sang adik yang sudah mulai lancar berjalan. Tanganku terentang untuk menyambut anak bungsuku. “Ayah enggak jadi antar, Bu?” tanya Yazid. “Enggak, Sayang. Kita pergi sama ibunya Sandy, ya.” Yazid mengangguk. Aku mengusap kepalanya penuh kasih. *** “Ya, ampun! Aku lupa bawa pewarna Sandy,” kata Tami setengah berteriak. “Kok, bisa barang sepenting itu tertinggal.” “Kebiasaan, sih, Zi. Pelupanya enggak sembuh-sembuh.” “Makanya, siapkan semua dari jauh hari,” ucapku mengingatkan. “Iya, iya.” Tami tersenyum. “Aku beli di toko sana saja, ya.” Dia menunjuk sebuah toko di seberang jalan. “Aku saja yang beli. Sekalian mau beli camilan.” “Wah, kamu memang pengertian.” Tami memainkan sebelah mata. Aku tertawa pelan. “Si Gendut biar sama aku saja,” ujarnya sambil mengambil alih Dania, anak keduaku. “Ya, sudah. Aku pergi sebentar. Jaga anak-anakku, ya.” “Pasti.” Tidak ada yang menduga kalau itu menjadi kalimat terakhirku. Setelah hari ini, aku tidak bisa lagi memeluk kedua anakku. Kejadiannya begitu tiba-tiba sampai aku juga tidak menyadari. Aku masih ingat saat hendak menyeberang jalan. Suasana pagi di depan sekolah tempat lomba diadakan cukup ramai. Bisa kulihat beberapa orang tua yang baru datang bersama putra putri mereka. Sebagian lagi, berbincang di warung-warung yang ada di sekitar sekolah. Aku tidak merasakan firasat apa pun ketika melewati jalan beraspal itu. Lalu, entah dari mana, sebuah truk melaju dengan kencang dan menyambar tubuhku. Hal terakhir yang aku dengar adalah teriakan orang-orang. Sekujur tubuhku mendadak tidak bisa digerakkan. Aku bahkan tidak bisa melihat sinar matahari dengan jelas, hanya samar-samar. Mulutku ingin sekali berteriak dan memanggil nama Yazid dan Dania, tetapi tidak ada suara yang keluar. Hari itu akan selalu aku ingat. Hatiku nyeri luar biasa. Aku mengingat kebersamaanku dengan Mas Atha. Bayangan tawa Yazid dan Dania perlahan hilang seiring dengan tertutupnya mataku. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain mengucap istigfar dan memohon pertolongan dari Sang Pencipta. Ya, Allah. Jaga orang-orang yang aku cintai untukku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Long Road

read
118.3K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

True Love Agas Milly

read
197.7K
bc

Wedding Organizer

read
46.7K
bc

Rujuk

read
909.0K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
256.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook