bc

FAITH HOPE LOVE

book_age18+
495
FOLLOW
2.0K
READ
others
school
like
intro-logo
Blurb

Cinta beda agama saat seorang gadis beragama islam yang bernama Yuri mencintai pemuda katolik yaitu Frengky, dimana mereka memiliki batasan serta rintangan yang harus mereka lewati. Benih cinta yang telah tumbuh diantara mereka akan membuat satu sama lain semakin tersiksa, karena perbedaan yang mereka miliki membuat keterbatasan itu semakin nyata.

akankah mereka bersama?

chap-preview
Free preview
EPISODE 1
Keributan dalam keramaian terdengar dimana-mana, sebuah sekolah yang serba biru itu sebut saja SMK Panca Karsa dengan bangunan tingkat dua yang memiliki ciri khas nuansa biru, tidak lupa dengan tiga pondopo putih sederhana yang tersusun rapi serta pernak pernik riasan pohon taman yang indah. Tepat di depan pondopo terdapat lapangan badminton. Yaaa, sekolah ku di fasilitasi nuansa taman layaknya suasana cafe dengan bangunan yang menyerupai mall tanpa lift dengan pintu kaca, serta dinding area pagar dengan lukisan pemandangan indah. Tidak heran jika sekolah ku selalu menjadi tempat sasaran para pemuda pemudi sekolah lain saat libur tiba untuk mengambil jepretan foto hitz pada masanya sebagai media pemandangan yang sedikit menarik itu. Sekolah ku dikategorikan sekolah yang indah, meski hanya terdapat dua lapangan depan dan belakang kami sangat puas dan nyaman atas fasilitas yang telah di berikan, bahkan di setiap ruangan memiliki AC serta dua buah kipas menjadi pelengkap. Bagian kelas yang dengan bangunan atas campuran semen serta pasir membuat bangunan itu menjadi kokoh, tidak lupa dengan warna ciri khasnya. Aku yang kini menginjak bangku sekolah kelas dua belas, dan menjadi salah satu OSIS di bagian keagamaan dimana aku akan bermulanya kisah ku. Tentu saja, sebagai salah satu dari mereka tugas kami membimbing siswa dan siswi baru yaitu MPLS (Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah), tidak cukup berat kegiatan itu di putuskan berlangsung selama tiga hari, dimana kami bermain game dan menyampaikan mars Panca Karsa, visi misi, serta materi kejuruan dan juga pengalaman kami. Hari pertama MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) aku membimbing siswa dan siswi grup C. Grup di bagi menjadi lima ruang dengan kategori alfabeth. Dalam setiap grup hanya ada tiga OSIS pembimbing yang akan membimbing mereka. Awalnya aku banyak berdiam dan membiarkan temanku yang berbicara untuk menjelaskan materi, karena aku orangnya tidak suka banyak bicara karena dulunya sifatku sangat dingin. Aku di kenal pembimbing yang judes namun berwibawa, dan suka menjebak. Sikapku itu membuat banyak yang takut serta tidak suka juga, terutama bagi siswa siswi yang terbilang tidak menurut atau nakal, namun aku tidak memikirkan ke sana karena aku orangnya tidak mau mencari musuh dan tetap pada tugas yang di berikan kepada mereka. Tatkala teman yang merupakan adik kelas ku kewalahan saat berbicara karena tidak di dengar siswa siswi baru, di ejek bahkan berani memotong pembicaraan mereka, hal itu membuat ku mengeluarkan suara yang lantang dengan amarah hingga membuat suasana hening. "tolong sopan santunnya, hargai kami yang berbicara! Jika tidak ingin mendengarkan sebaiknya keluar dari ruangan!" ujar ku begitu lantang dengan ekspresi kemarahan ku. Ucapan ku membuat ruangan itu hening seketika, dan di lanjutkan dengan teman ku yang berbicara menjelaskan ini dan itu. Usai tenaganya yang kelelahan mereka berdua menyerahkannya kepada ku untuk mengatur siswa siswi baru yang terbilang bandel, karena mereka juga lelah mengatur siswa siswi yang bandel. Aku memang sedikit keras dan judes, tapi aku tidak membuat suasana menjadi tegang selamanya. Sembari menghilangkan bosan, aku mengajak mereka untuk bermain games. Tiga puluh lebih siswa siswi yang kami hadapi, sungguh bingung untuk mencari games apa yang seru. Hingga pada akhirnya, aku memutuskan games instruksi semacam "kepala... Pundak... Lutut... Kaki" hahaaaaa siapa yang tidak kenal dengan games itu. Barang siapa yang salah maka mereka akan di tarik kedepan dan di hukum. Permainan di mulai, ketika aku memberikan aba-aba. Sorakan mereka mulai terdengar dengan rasa semangat yang menggebu-gebu, karena bila hanya menyampaikan materi saja tentu mereka semua akan merasa bosan, apa lagi kami tentunya. Langkah kami mulai berjalan, aku di bagian tengah, Rahmat di bagian kiri, dan Febri (Febri dia wanita ya, jangan salah sangka) dia di bagian kanan. Mata kami mulai melirik dengan teliti pada akhirnya aku mendapatkan beberapa siswa siswi yang salah sebayak lima orang, terdiri dari tiga gadis dan dua pemuda. Tugas kami tidak berhenti sampai di sana, mereka di tarik ke depan sembari mencari hukuman apa yang akan di berikan. Hingga aku mendapatkan ide, agar mereka menyanyikan lagu kebangsaan. Satu persatu mulai bernyanyi, namun aku mendapatkan kejanggalan dimana siswa yang bernama Billy tidak hafal lagu kebangsaan. Bagaimana bisa dia tidak hafal, sementara dia sudah menginjak kelas sepuluh. Hukuman untuk Billy menjadi lebih berat dimana dia harus menghafalkan lagu kebangsaan Indonesia, dengan bibir yang bergerak-gerak serta jemari yang mulai bergerak terlihat jelas dia berusaha untuk menghafalkan lagu itu meski puluhan tertawa mengarah padanya. Usai games itu berlalu, lelah pun melanda. Penantian bell untuk berbunyi pun tiba, hingga kami menyuruh mereka untuk menyanyikan mars Panca karsa yang sudah kami tuliskan ke papan tulis, agar mereka cepat mengetahui mars sekolah yang mereka masuki sekarang ini. Berhubung perutku yang mulai keroncongan, sesekali aku mengistirahatkan kaki ku sejenak agar tidak banyak terkuras tenaga. Penantian yang cukup terbilang lama ketika dalam keadaan cacing perut yang berdemo, aku pun keluar menemui sahabat-sahabatku yaitu Diah, Novia, Elsa dan Sesilia. Jumlah sahabatku ada tujuh terhitung aku, namun dua di antara mereka masih melanjutkan liburan. Salah satu diantara mereka yaitu sesilia yang biasa aku panggil Sesil, dia baru saja pulang dari Jakarta dan membawakan ku ole-ole, berhubungan aku senang menulis dia membawakanku sebuah buku bersampul coklat dan sebuah baju dengan warna favoritku yaitu hijau. Tidak cukup lama menghabiskan waktu bersama kamipun berpisah karena bell yang terlalu cepat berbunyi hingga menarik kami pada perpisahan. Salam perpisahan pun bermacam gaya telah di ungkapkan dan berpisah. Lagi-lagi aku masuk ke ruangan yang sumpek itu, namun terjadi pengacakan dimana kami harus bergilir menjadi pembimbing grup lainnya. Sembari menunggu yang lain masuk, aku duduk di kursi dan tanpa sengaja melihat siswa siswi yang melanggar aturan membuat mood ku jadi kacau. Huft haruskah aku marah lagi keluhku yang sedang menjerit dalam hati meronta-ronta ingin keluar dengan ribuan kata. Yaaaa begitulah aku, memarahi mereka dan menghukum mereka. Aku jengkel iya aku jengkel, agar moodku kembali happy aku menghukum yang bersangkutan agar mereka kembalikan tawaku. Sifatku yaaaa berimbang, beda di ruangan beda juga ke tempat umum. Aku membedakan di mana tempat serius dan bercanda. Di waktu luar aku ramah kepada siapapun, tapi ingat jangan membuat moodku be-ran-ta-kan! Menghukum siswa siswi dengan berjoget, menyanyi dan semacamnya membuat sedikit hiburan bagi ku saat di terpa angin kebosanan yang pernah ada. Please aku benci suasana yang membosankan. Hukuman itu tidaklah melakukan, ataupun memberatkan bagi si penerima karena mereka juga menikmati hukuman itu sembari berbicara. Usai waktu yang berputar begitu cepat, bell pulangpun berbunyi, eiitss lupa. Salah satu diantara siswa iswi baru ada adik perempuanku bernama Lala, setidaknya aku memiliki teman pulang dengan berjalan kaki di tengah teriknya matahari yang mungkin berniat membakar kulit ku hingga membuatnya semakin gosong. Sepanjang jalan, adikku menceritakan suasana ruangannya yang di awasi salah satu sahabatku yaitu Diah dan yang lainnya. Fiks, adikku di jaili karena mereka tau bahwa Lala adalah adiknya Yunia Safitri. Saat itu, kuku adikku panjang hingga membuat pembimbingnya marah dan menyuruhnya untuk memotong kuku saat itu juga. Tau apa yang terjadi? Adikku membantah karena salah satu di antara mereka berkuku panjang. Please pengawas macam apa itu ujarku jengkel. Didikanku tidak memilah entah itu siapa, yang menurutku nakal ya dia yang aku marahi dan menegur mereka ketika melakukan kesalahan. Sebelum pulang, kami berencana untuk bersantai di pondopo putih yang sederhana itu, saling berbagi kisah liburan yang menyenangkan meski liburan ku hanya aku habiskan di rumah saja tanpa berjalan-jalan. Saling curhat dan bertukar pikiran. Kalian tau? Jika kami sudah berkumpul maka keributanpun akan terjadi, tidak peduli apa yang terjadi di sekeliling, kami tetap fokus pada tertawa gila kami. Panas terik hingga bayanganpun tidak lagi ada karena matahari telah berada tepat di tengah-tengah, padahal posisiku saat itu masih jauh dari rumah. Hal yang tidak membuat kami bosan sepanjang jalan adalah, cerita lucu yang di ceritakan adikku saat di dalam ruangannya. Bermain games, dan menghukumi anak pendek dengan tebiat yang lucu. Bukan hanya dia, aku juga menceritakan apa yang terjadi selama aku mengawas. Tak jauh dari hukuman hingga aku lelah dan menyerah. Tentu saja tidak ada tindakan kekerasan dalam kegiatan ini. Hufft baru teringat aku sudah kelas XII, semuanya pun hanya tinggal kenangan bersama derasnya udara yang berhembus, padahal serasa baru saja kemarin aku masuk di Panca Karsa dengan wajah lugu, tidak banyak bicara, yang pastinya sifat aroganku masih ada, bahkan aku sering memarahi mereka yang menggangguku. Ayolah, aku serasa sangat jahat saat itu, bukan jahat si tapi aku berusaha menjadi gadis yang tegas dan di segani siapa saja, karena aku baru saja meninggalkan masa tomboy ku. Hmmm lupakan semua itu, sekarang aku sudah mencapai puncak sekolah, dan bercita-cita menjadi penulis terkenal. Cita-citaku ada tiga sebenarnya, ingin jadi produser, jika tidak bisa yaaa aku jadi sutradara, jika itu juga tidak, setidaknya aku bisa menjadi seorang penulis yang terkenal. Ckckckckckck tinggi sekali cita-cita yang aku miliki, tapi jika tidak tiga-tiganya yaaaaa sudahlah tapi aku akan mengembangkan bakatku untuk membuat cerita dengan imajinasiku. Daaan lupakan itu juga, sejak tadi aku hanya menceritakan sekolah dan imajinasiku yang tidak masuk akal itu. Tepat di rumah, tubuhku terasa lemas, dan ku rebahkan dengan seksama di tempat tidur yang empuk hingga memanjakan tubuhku yang lelah ini. Lagi-lagi suasana rumahku menjadi suasana sekolah, karena adik ku Lala terus saja menceritakan apa yang terjadi di sekolah kepada orang tua ku. Ya tentu saja di hari pertamanya sekolah menjadi pengalamannya yang sedikit menyenangkan. Tubuhku yang siap pada posisinya, sambil merenggangkan badanku untuk melupakan lelah hari ini yang terbilang sedikit menyenangkan dan menghibur. Percayalah pada saat itu mataku terasa sangat berat dan cepat sekali tidurnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.4K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

HYPER!

read
556.3K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.1K
bc

Broken

read
6.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook