bc

My Sugar Daddy (Bahasa Indonesia)

book_age18+
7.1K
FOLLOW
123.5K
READ
others
dark
age gap
arrogant
CEO
boss
drama
tragedy
twisted
sweet
like
intro-logo
Blurb

Jatuh cinta pada Sugar Daddy adalah kesalahan terbesar yang Bintang lakukan. Ia harus mengalami banyak hal yang menyakitkan sebagai wanita simpanan. namun, kebahagiaan menanti setelah sekian lama ia bersabar.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Dua gadis muda berjalan beriringan menelusuri trotoar.Keduanya mengenakan celemek khas sebuah coffe shop.  Wajah mereka dipoles make up natural, hal itu membuat keduanya semakin terlihat cantik. Mereka baru saja membeli makan siang di seberang jalan, lalu kembali lagi ke coffe shop. "Thanks, Man,udah bantu jagain,"kata Bintang pada Arman, salah satu rekan kerjanya di sana. "Oke. Pesananku ada kan?"tanya pria itu. "Nih!" Bella menunjukkan bungkusan pesanan Arman. "Thanks, aku makan dulu." Arman pergi. Bella dan Bintang kembali fokus pada pekerjaan mereka masing-masing. Mumpung sepi, keduanya pun makan siang dengan cepat. "Bella, itu jam tangan baru?"tanya Bintang. Bella melihat jam tangannya, kemudian meringis. "Iya. Dari Daddy aku." "Daddy? Bukannya orangtuamu udah meninggal ya?" Bella tertawa geli, ia melanjutkan suapannya, mengunyahnya sampai habis."Sugar Daddy." "Apa?" pekik Bintang. Bella menempelkan jari telunjuknya ke bibir. "Jangan berisik, nanti didengar orang. Bahaya tahu!" "Kamu...Sugar Baby?"bisik Bintang tak percaya. Bella mengangguk."Iya. Udah lumayan lama sih sekitaran enam bulan begitu. Lumayan sih, Bin,buat biaya hidup. Kamu tahu sendiri aku nggak punya siapa-siapa. Hidupku susah. Gaji dari sini juga nggak cukup kan." Bintang merenung beberapa detik. Ia setuju dengan ucapan Bella tentang gajinya dari sini itu tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan. Bintang sendiri harus benar-benar berhemat untuk makan, itu pun pas-pasan sampai akhir bulan. Tentu saja dengan gaji yang kecil itu ia tidak pernah punya tabungan. Belum lagi biaya di luar dugaan saat kuliah. Bintang sedang menempuh pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi swasta di kota ini. Ia bisa kuliah karena mendapatkan beasiswa. Tapi, sekarang kuliahnya sedikit terhambat karena ia sudah sampai pada tahap skripsi. Banyak sekali biaya tak terduga yang harus Bintang keluarkan. Sementara, uang beasiswanya sudah diberikan di awal tahun dan sekarang sudah habis. Ia sudah tidak akan mendapat jatah uang beasiswa lagi karena ini adalah tahun terakhir ia ada di kampus itu. Sebagai mahasiswa penerima beasiswa, Bintang diharuskan lulus tepat waktu. Jika lewat dari itu, pihak kampus tidak akan menanggung biayanya lagi. Tentu itu akan membuat Bintang kesulitan. Biaya per semesternya begitu mahal, ia tidak akan sanggup membayar. Ditambah lagi masalah yang menimpa keluarganya saat ini. Mama dan Papanya bercerai karena kondisi perekonomian mereka. Bintang tinggal bersama sang Mama yang kini sudah menikah lagi. Tapi, Mamanya menikah bukan dengan orang kaya. Kehidupan mereka juga biasa-biasa saja, harus berhemat, dan bekerja keras jika memang ingin terus hidup. Akhirnya Bintang memilih kuliah sambil bekerja. Ia juga tinggal sendirian karena tidak nyaman satu rumah dengan Papa tirinya. Semakin hari, kehidupan Bintang terasa semakin berat. Terkadang malam hari, dadanya terasa begitu sesak mengingat semuanya yang sudah terjadi. Ia rindu sang Papa yang sekarang tak tahu dimana timbanya. Ia rindu segala tentang kedua orangtuanya saat bersama. "Bin,kok ngelamun? Ada masalah?" Bella menyentuh tangan Bintang. "Eh..." Bintang tersenyum malu karena kepergok sedang melamun."Nggak...cuma inget orangtuaku aja." Bella memang tahu tentang segala kehidupan Bintang. Ia lah yang menjadi tempat mencurahkan isi hati Bintang. "Iya...kamu yang kuat ya. Semua pasti bisa teratasi. Kuliah kamu baik-baik aja kan?" Bintang mengangguk."Iya. Aku lagi skripsi, Bella. Harus kuselesaikan kalau nggak, nanti aku nggak akan dapat beasiswa lagi." Bella mengangguk-angguk, mengusap pundak Bintang."Aku yakin, kalau kamu sudah sarjana...kamu pasti bisa sukses. Kamu bisa dapat pekerjaan bagus. Kalau butuh uang untuk skripsi, kamu bilang aja sama aku." Bintang tersenyum lirih."Kamu udah banyak banget bantuin aku, Bella, udah berapa uang kamu yang aku pakai." "Ya ampun,Bin,itulah gunanya teman. Aku nggak apa-apa, uang yang dikasih Daddy itu banyak kok." "Tapi, itu kan uang hasil kerja keras kamu. Aku nggak enak sama kamu terus-terusan begini. Aku juga pengen sih punya uang banyak kayak kamu. Jadinya aku nggak nyusahin." Bella menarik napas panjang, ia begitu kasihan melihat Bintang. Ia tahu bagaimana rasanya tidak punya uang dan terus-terusan meminjam dari orang lain. Meskipun orang itu sangat baik, tapi tentu akan lebih nyaman jika kita memiliki uang sendiri."Jadi, apa yang bisa aku bantu, Bin." "Nggak ada, Bella, kamu sudah kasih aku yang terbaik. Sangat baik." Pintu terbuka, ada pembeli yang datang. Bintang meletakkan makanannya di lemari paling bawah, membasuh tangannya dengan tisu basah, lalu menyambut tamu yang datang. "Selamat datang, Pak." Pria itu tersenyum."Saya mau cheese cake dua." "Baik, Pak."Dengan cekatan Bintang membungkus pesanan pria itu. Pria itu memperhatikan Bintang dengan intens. "Ada tambahan lagi, Pak?"tanya Bintang dengan lembut. Pria itu menggeleng."Tidak, itu saja." Bintang menyerahkan bungkusan pada Bella untuk dihitung."Silahkan ke kasir untuk pembayaran ya, Pak. Terima kasih." Pria itu mengangguk saja, kemudian bergeser ke kasir untuk membayar. Beberapa menit kemudian pria itu pergi dan Bella mendekati Bintang. "Nih,"katanya sambil menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan. "Loh, kan kamu kasirnya. Ya disimpan dong!"balas Bintang seraya menutup etalase setelah ia merapikan susunan roti di dalamnya. "Ini tips dari Bapak yang tadi, khusus untuk kamu katanya,"kata Bella terkekeh. "Jangan sembarangan kamu, Bell. Memangnya aku ngapain sampai dikasih tips segala. Kan kamu juga kasirnya." Bintang merasa ngeri dengan pemberian uang dari orang yang tak dikenal itu. Bella meletakkan uang tersebut di tangan Bintang dengan paksa."Ini rejeki kamu, nggak boleh ditolak, Bintang." Bintang tercengang menatap uang yang kini sudah berada di genggamannya. Lampu coffe shop itu meredup bersamaan dengan keluarnya Bella dan Bintang dari sana. Mereka sudah memakai pakaian biasa. Di dalam sana masih ada Arman yang tadi mematikan lampu sekaligus bertanggung jawab mengunci coffe shop tersebut. Bella dan Bintang berjalan menelusuri trotoar. Kost mereka memang tidak jauh dari tempat kerja. Dulunya bertujuan supaya merek tidak mengeluarkan biaya besar untuk membayar angkutan umum. Tapi, bagi Bella, uang bukanlah sesuatu yang sulit sekarang. Ia bisa mendapatkannya kapan saja dan berapa pun jumlah yang ia mau. Berbeda halnya dengan Bintang yang kini harus setengah mati berhemat karena ia harus membagi uang gajinya untuk urusan perut, kebutuhan sehari-hari dan juga Kuliah. Bintang juga tidak yakin setelah ini ia bisa menyelesaikan studinya. Biaya hidup yang semakin besar karena semua harga melonjak membuatnya harus mengikat dompetnya kencang-kencang. Bintang menghela napas dengan berat, membuang pandangannya ke arah langit malam yang tampak cerah. "Eh kita mampir ke super market dulu ya,"tunjuk Bella ke super market yang masih lima puluh meter di depan mereka. "Mau beli apa? Perasaan kemarin baru belanja deh kamu,"kata Bintang. "Mau beli cemilan buat kita, sama itu...bahan-bahan di kulkas udah habis,"jawab Bella. "Iya. Kamu beli secukupnya aja buat kamu, Bella."  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I Love You Dad

read
282.4K
bc

Hubungan Terlarang

read
500.2K
bc

Papah Mertua

read
526.1K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
50.6K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

Turun Ranjang

read
578.5K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook