bc

Pak Guru & Rahasia

book_age18+
2.7K
FOLLOW
26.1K
READ
BDSM
sex
teacherxstudent
age gap
sadistic
goodgirl
drama
tragedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

[DEWASA] Pak Danendra itu guru fisika dan kesenian baru honorer, penampilannya culun-berkacamata bulat aneh dengan kemeja yang membuatnya seperti orang dari masa lalu-dan giginya tonggos. Sama sekali tak menarik dan membuatnya menjadi bahan gunjingan banyak orang.

Namun, Elora tahu ... rahasia terbesar gurunya itu.

chap-preview
Free preview
Chapter 1 - 3
CHAPTER 1                 “So, gitulah, gue gak suka sama dia lagi jadi gue putusin,” kata gadis berpakaian SMA sambil memainkan rambut hitam panjangnya. Ia mengenakan rok pendek ketat, bajunya tak kalah memeluk badannya hingga terbentuk molek, disertai dua buah kancing terbuka yang membuat dadanya terbuang sia-sia.                   Dua temannya yang berpenampilan hampir mirip, berambut kuncir kuda serta bersurai pirang, menepuk tangani gadis tersebut.                   “Terus, Mona, lo bakalan balikan sama si siapa itu—“                   “Ih, ya enggak, lah, Ivanna!” sahut Mona, si berpakaian ketat dengan jengkel atas pernyataan si pirang, Ivanna. “Kalau udah punya yang baru, ngapain yang seken?” Ketiganya tertawa.                   Di kejauhan, gadis yang tengah membaca buku novel dengan penampilan biasa anak SMA mendengkus pelan. “Bangga bener jadi bitchy, dasar murahan!” umpatnya, sekilas menoleh ke mereka. “Gak tenang gue baca. Gosip terus!”                   “Eh, padahal udah jam masuk, Bu Lempeng mana, ya?” tanya Mona, tepat ketika itu si gadis pembaca novel berdiri dari duduknya.                   “Lo gak tau, ya? Katanya, sih, dia pindah tugas,” jawab si kuncir kuda.                   Mona tertawa. “Gitu, ya, Clar? Bagus, deh, berarti jamkos. Kuy, kita ke kantin!” ajaknya.                   Ketiganya baru keluar dari kelas ketika terpaksa berhenti melihat seorang murid bercakap-cakap dengan pria berpakaian guru yang ketika mereka memandangnya dari atas ke bawah langsung menyernyit jijik. Pria dewasa itu berkacamata bulat bak profesor, giginya berbentuk mengerikan dan seakan tak bisa membuat mulutnya tertutup, tak lupa seragam kasual kuno yang ia kenakan.                   Mereka sejujurnya ingin mengabaikan jika saja tak mendengar ungkapan si murid. “Oh, jadi Bapak guru yang bakal gantiin guru fisika di kelas dua MIA, ya?” Yang membuat ketiganya tampak kesal.                   “Iya, Nak,” jawab sang guru dengan suara mengganjal karena bentuk giginya. “Ini kelas sebelas MIA dua, ‘kan?”                   “I—” Ia tak menyelesaikan kalimatnya karena tangannya yang memegang novel dirampas begitu saja oleh Mona.                   “Eh, gue minjem, ya, Elora!” Mona tersenyum penuh arti sedang si murid, Elora, menatap dengan mata melingkar sempurna. “Eh, Pak, guru baru ya, Pak?”                   Sang guru tersenyum, yang ketiganya berusaha menyembunyikan rasa jijik melihat senyum bercampur gigi keluar itu. “Iya, panggil saja Pak Danendra. Jadi, ini kelas sebelas MIA dua?”                   “Bukan, Pak!” Clarisa tertawa pelan. “Bapak salah kelas, ini MIA tiga.”                   “Oh, salah, ya!” Elora menatap sang guru, Pak Danendra dengan terkejut setelahnya novelnya dengan rasa terancam. CHAPTER 2                 Ingin Elora memberitahukannya pada Pak Danendra namun melihat kondisi novelnya di tangan trio itu membuatnya hanya bisa terdiam.                   “Jadi, kelasnya di mana?” Mona, Ivanna, dan Clarisa kompak menunjuk ke arah belakang mereka. “Ya, sudah, terima kasih, ya!” Dan Elora semakin khawatir ketika Pak Danendra mulai berjalan melewati mereka.                   Nyatanya, Pak Danendra dengan cekatan merampas novel itu dari tangan Mona, kemudian menyerahkannya ke pemiliknya.                   “Jangan berpikir kamu bisa menipu saya, ya, Nak! Sekarang, masuk ke kelas!” Elora terpana karena dalam beberapa detik novelnya sudah kembali ke tangannya, sementara ketiga gadis itu menatap bingung dan terheran.                   Elora, memandang Pak Danendra dan novelnya bergantian, sebelum akhirnya berjalan masuk ke kelas. Sementara si trio, menatap jengkel guru baru mereka setelahnya menyusul. Murid-murid lain pun juga masuk ke kelas hingga semua kursi terisi, Pak Danendra memasuki kelas.                   Pak Danendra berdiri di depan papan tulis. “Pagi, Anak-anak!”                   “Pagi, Pak!” sahut mereka.                   “Nama saya Danendra Wajendra, kalian bisa panggil saya Pak Danendra, saya di sini menjadi guru pengganti guru kalian yang dulu dalam mengajar fisika kelas sebelas dan kesenian kelas sepuluh ....”                   “Awas aja tu guru, bakalan gue lapor sama pacar gue!” Mona berbisik keras, memberitahukannya pada dua sahabatnya di sela-sela Pak Danendra memperkenalkan dirinya.                   Bisikan itu cukup keras, namun bagi Elora yang cukup dekat duduknya dengan mereka tentu mendengar hal tersebut. Ia menatap novelnya yang ada di atas meja, lalu ke Pak Danendra yang masih berbicara di depan kelas. Berpikir sejenak, ia tersenyum lebar.                   Selesai mata pelajaran fisika, Pak Danendra berjalan keluar dari kelas. Elora kembali berlagak membaca bukunya di mana ia diam-diam memperhatikan prilaku Mona, Ivanna, dan Clarisa itu. Tepat ketika tiga gadis itu keluar, Elora membuntuti mereka.                   Mereka nyatanya memasuki kelas dua belas, Elora bersembunyi di kumpulan kakak-kakak kelas perempuan yang sedang merumpi tak jelas dan memasang telinga sebaik mungkin agar fokusnya ke mereka yang menghampiri kumpulan laki-laki yang ada di sana.                   “Sayang, muka kamu kenapa, kok cemberut gitu?” tanya sang laki-laki, menggantungkan lengan ke bahu Mona yang kemudian ditepisnya.                   “Aku lagi kesel, ada guru baru yang berani sama aku. Udah culun, jelek, gigi tonggos, sok iyes lagi!” Ia mendongak menatap intens pemuda itu. “Pokoknya, aku pengen dia bonyok pulang sekolah ini.” CHAPTER 3                 Mata Elora membulat mendengar pernyataan itu, kemudian mengangguk-angguk paham.                   “As you wish, Baby!” Mencium pipi sang gadis, Mona tersenyum puas.                   “Ya udah, aku mau ke kantin!” ujar Mona, kelompok laki-laki dan tiga gadis itu pun melangkah keluar dari kelas.                   Elora memperhatikan mereka sampai sebuah suara menegurnya, “Woi, lo siapa? Adik kelas, ya? Ngapain? Nguping kami?” Elora menoleh, menemukan tatapan tak kesal kakak kelas padanya. Walau kemudian, mereka tersenyum. “Wah, itu novel keren itu, ‘kan? Pinjem, dong!”                   “Iya, Kak! Maaf, Kak, aku gak maksud nguping, kok!” Elora tersenyum seramah mungkin, dengan berat hati menyerahkan novel di tangannya yang bahkan belum habis setengahnya ia baca.                   “Jangan pergi dulu! Sini, baca bareng! Lagian guru pada rapat!” Wajah Elora yang sedih, langsung beralih ke bahagia.                   Jam benar-benar kosong bahkan sampai di mata pelajaran terakhir, sambil menggendong tasnya Elora buru-buru ke tempat parkir khusus guru. Gadis itu memiliki ingatan yang sangat baik hingga ia hafal kendaraan milik tiap guru, dan yang asing di matanya itulah yang ia dekati.                   Menatap sekitar, Elora diam-diam menjongkok dan menuju ke arah motor butut keluaran lama itu. Membuka penutup ban, kemudian mengempeskan kedua ban hingga tak terisi apa pun.                   Selesai itu, dirasa aman, ia bersembunyi di balik tembok yang ada di sana.                   Tak butuh waktu lama, beberapa guru mulai memasuki area parkir, mereka saling sapa menyapa, dan bisa Elora kenali salah satu Pak Danendra. Tebakannya benar, motor vespa butut itu milik guru barunya. Pak Danendra tampak terheran melihat keadaan ban motornya yang tak ada udara.                   “Pak, ada apa?” tanya Elora buru-buru menghampiri gurunya itu.                   “Entahlah, ban sepeda motor Bapak kempes, Elora,” jawab sang guru menghela napas panjang. “Apa di dalam ada pompa? Bengkel terdekat di sini di mana, ya?”                   “Wah, mustahil, Pak, ini cuman kempes biasa, ampe kosong gitu. Lagi, bengkel jauh banget dari sini!” Elora menggeleng sedih. “Bapak mau saya antar aja? Ayah saya montir, biasanya dia jemput saya pake pick up.”                   “Apa ... gak ngerepotin kamu? Memang rumah kamu di mana?”                   “Jalan Mawar Mentari, Pak.” Pak Danendra mengangguk.                   “Ah, searah ternyata.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

LAUT DALAM 21+

read
289.2K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
206.3K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.9K
bc

HYPER!

read
556.8K
bc

Bad Prince

read
508.7K
bc

I Love You Dad

read
282.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook