bc

Destiny of Choice

book_age16+
779
FOLLOW
3.2K
READ
time-travel
arrogant
goodgirl
prince
student
drama
sweet
another world
superpower
supernatural
like
intro-logo
Blurb

Tap love dulu sebelum baca ?

Lin Jin Xia seorang gadis yang berasal dari keluarga miskin. Demi melunasi biaya kuliah terpaksa menyetujui permintaan Kakek Lu untuk membantu cucu laki-lakinya, Lu Yi. Tugas ini bukan tugas sederhana juga bukan dilaksanakan di dunia Lin Jin Xia dan masa sekarang, tapi di dunia lain dan masa lalu. Dapatkah Lin Jin Xia menyelesaikan semua tugas? Seiring waktu tumbuh rasa cinta di antara Lin Jin Xia dan Lu Yi yang membumbui kisah kehidupan keduanya. Beberapa fakta baru yang membuat kepala pusing sembilan keliling. Kisah persahabatan juga ikut mewarnai. Berbagai konflik silih berganti bagai roda yang terus berputar tanpa henti. Darah, air mata, dan cinta yang mana yang lebih kuat? Bisakah jiwa dan fisik terus bertahan menghadapi?

chap-preview
Free preview
Chapter 1 - Sahabat Yang Sebenarnya
“Bangun tidur kuterus mandi tidak lupa menggosok gigi habis mandi kutolong ibu membersihkan tempat tidurku.” Senandung lagu di pagi hari dinyanyikan Lin Jin Xia sambil membereskan selimut, bantal-bantal yang berserakan ke tempat yang seharusnya. Kicauan burung-burung kecil ikut bernyanyi bersama Lin Jin Xia. “Akhirnya, beres juga.” Dia bernapas lega. Lin Jin Xia sudah siap dengan seragam kuliahnya serba putih, tas hitam disampirkan di pundak. Gadis itu melangkah ke luar kamar, lalu menuju ke dapur. “Selamat pagi, Ma!” sapa Lin Jin Xia tersenyum lembut mendudukkan diri di kursi memakan sarapannya. “Selamat pagi juga, Jin Xia!” sapa Lin Ling tersenyum, lalu mengalihkan pandangan melanjutkan sarapan pagi yang baru dimakan setengah. “Oh, ya, Jin Xia sahabatmu Haruka sudah menunggu di depan rumah. Ayo cepat habiskan sarapanmu." “Benarkah itu?” Jin Xia menatap wanita di hadapannya yang sedang memotong irisan daging sapi dengan raut wajah tidak percaya. Lin Ling mengangguk mengiakan. "Baiklah." Dia menyuapkan nasi dan potongan tahu goreng berbalut tepung lebih cepat ke dalam mulut dan menyesap segelas air putih. Jin Xia mencium tangan ibunya pamit dan sempat bercanda sebelum berjalan menghampiri sahabatnya yang sudah menunggu. Lin Ling hanya menggeleng geli sembari membereskan piring-piring kotor untuk dicuci di wastafel. Haruka Nakagawa sedang duduk nyaman sembari bermain dengan smartphonenya memainkan game cacing saat Jin Xia mengagetkan gadis berdarah Jepang itu. "Wah, pagi-pagi sudah main cacing kecil!" Naka terkejut dan tanpa sengaja membuat cacing maya itu menabrak pemain lain sehingga permainan berakhir. "Jadi kalah aku," sungutnya menyerucutkan bibirnya lucu. "Sudahlah, Naka ayo!" ajaknya menaiki sepeda motor model terbaru yang terpakir di depan rumah sembari menyalakan mesin kendaraan roda dua. Gadis berdarah Jepang itu memasukkan smartphonenya ke dalam tas sebelum naik ke atas motor dengan hati-hati. Motor melaju dengan kecepatan sedang bersama pengendara lain di jalan raya. Hanya ada beberapa anak sekolah yang terlihat membawa motor, sedangkan yang lain kebanyakan wanita dan pria yang menuju ke tempat kerja. Rasa sejuk menyentuh kulit ketika bersentuhan dengan udara dingin. Jarak rumah Jin Xia dengan kampus Apikes Bintang Terang tidak terlalu jauh hanya sekitar tiga kilometer. Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan sampai Jin Xia memarkirkan motor di halaman parkir kampus. Kedua gadis itu berjalan bersisian di koridor kelas. Di sisi kiri dan kanan pot-pot bunga menghiasi. Aroma harum bunga menguar di udara. Perjalanan menuju ke kelas bertemu beberapa orang teman yang berlalu lalang saling bertegur sapa. Kelas sudah ramai oleh mahasiswa dan mahasiswi. Lin Jin Xia dan Haruka Nakagawa memilih duduk di kursi urutan ketiga dari depan, tidak terlalu depan dan tidak terlalu belakang alias posisi yang nyaman. Jika mereka main smartphone tentu tidak akan ketahuan, tepat di depan ada dua orang mahasiswa kembar yang berbadan lebar. "Jin Xia, kamu sudah belum mencatat catatan kodefikasi penyakit?" Naka bertanya sambil fokus mencatat di binder. "Aku sudah mencatatnya, kamu belum mencatatnya?" Ada nada tidak percaya saat gadis itu menoleh dan mendapati sahabatnya itu sedang mencatat. Naka nyegir kuda mengangguk mengiakan, dia mengusap rambut belakangnya pelan. "Padahal aku telah mengingatkanmu semalam, kalau menulis catatan itu di rumah bukan di kampus." Ada nada gemas saat terselip dalam suara Jin Xia Jin Xia saat mengucapkannya. "Aku semalam sibuk menonton AKB48 yang menayangkan lagu terbarunya Rapsodi sampai jam satu dini hari. Kau tahu penampilan AKB48 sangat memukau, pakaian yang dikenakan mereka juga sangat bagus." Kedua netra mata Naka berbinar dan begitu semangat saat mengatakannya. Hal yang berkaitan dengan grup AKB48 asal Jepang itu, Haruka tidak akan ketinggalan. "Baiklah, aku tahu jika penampilan group band kesukaanmu itu menarik. Aku akan berdoa agar Pak Shou Shan tidak memeriksa catatan kita hari ini," sahut Jin Xia. Dia membaca catatan tentang sistem tulang. "Aku mengharapkan itu Jin Xia, ya semoga saja." Bersamaan dengan langkah teratur seorang dosen, mahasiswa dan mahasiswi serempak menutup mulut, duduk di bangku masing-masing. Catatan sistem muskulosketal Naka masih jauh dari kata selesai. Masih banyak catatan yang harus ditulis. "Selamat pagi mahasiswa dan mahasiswi yang Bapak sayangi," sapa Pak Shou Shan. Mahasiswa dan mahasiswi bisa mencium aroma parfum khas Pak Shou. "Selamat pagi, Pak!" Satu kelas menjawab dengan kompak. "Setelah mata kuliah di pagi yang cerah ini, Bapak akan memeriksa catatan kalian satu per satu sesuai yang kita sepakati minggu lalu. Bila catatan kalian lengkap Bapak akan memberikan satu buah bintang yang bernilai lima poin yang nantinya di akhir semester bisa ditukar dengan hadiah-hadiah yang tentunya menarik." Beberapa mahasiswa dan mahasiswi bersorak senang dalam hati mendengar kata hadiah. Shou Shan menarik napas sebelum melanjutkan kalimatnya dengan penuh penekanan. "Jika catatan kalian tidak lengkap maka dengan berat hati Bapak harus menghukum kalian membersihkan perpustakaan atau membersihkan semua kamar mandi kampus." Pak Shou Shan melanjutkan menjelaskan materi kuliah pengantar kodefikasi dan kodefikasi terkait sistem muskuloskeletal dengan menayangkan power point. "Jin Xia, kamu tidak bilang jika catatan sistem muskuloskeletal sangat banyak," keluh Naka pelan. Tangannya sudah pegal, tapi catatan belum juga selesai. Detak jantung berdetak lebih kencang membayangkan hukuman yang akan dia terima nanti. "Catatlah lebih cepat jika kau tidak ingin Pak Shou Shan menghukummu," ujar Jin Xia tanpa menoleh. Mata dan telinganya fokus mendengarkan penjelasan dari dosennya tersebut. ****************************************** Di sinilah Haruka Nakagawa dan Lin Jin Xia di dalam perpustakaan sepulang dari kuliah. Naka dihukum Pak Shou Shan karena catatannya yang tidak lengkap. Jin Xia tidak mungkin membiarkan sahabatnya membersihkan perpustakaan sebesar ini sendirian. "Jin Xia, terima kasih karena kau tidak meninggalkanku sendirian di saat seperti ini." Naka mencelupkan alat pengepel ke dalam ember berisi air bersih dan pembersih lantai. "Santai Naka, kita ini adalah sepasang sahabat jadi kita harus saling membantu." Jin Xia mengelap rak-rak buku yang berdebu dan kotor. Ucapan gadis berzodiak gemini itu membuat gadis berdarah Jepang itu terharu. Jin Xia melirik sekilas jam yang ditempel di dinding. "Hari sudah mulai sore kita harus lebih cepat membersihkannya." Naka mengangguk, dia mempercepat mengelap lantai marmer kuning perpustakaan. Perpustakaan ini sangat luas berbagai macam buku ada. Jin Xia sedang mengelap rak buku saat tidak sengaja melihat seseorang berjalan di depan rak. Dia memberengutkan dahi. "Siapa dia? Apa dia penjaga perpustakaan, tapi penjaga perpustakaan 'kan sudah pulang?" tuturnya pelan sembari meneruskan pekerjaan. Jeritan Naka memecahkan keheningan yang sempat tercipta beberapa saat. "Jin Xia! Aku sudah membersihkan semuanya! Kita bisa pulang sekarang!" Suara teriakan Naka membuatnya harus menyimpan rasa penasarannya itu. "Iya, Naka aku juga sudah selesai," sahut Jin Xia. Dia meletakkan kembali lap ke tempatnya semula. Jin Xia mengambil tas dan melangkah keluar ke perpustakaan bersama Naka usai menutup pintu kembar perpustakaan secara otomatis. Di perjalanan pulang Naka yang menyetir motor. Semburat cahaya kuning menghiasi langit sore, burung-burung terbang melintasi langit untuk pulang ke sarang menghangatkan diri. Jalanan yang sesak dipadati kendaraan roda dua, roda empat, bus umum, dan mobil yang membawa barang bukanlah hal baru. Naka mengeluh kesal. "Jika saja Pak Shou Shan tidak menghukum tadi, kita pasti sudah pulang dan beristirahat." Jin Xia tersenyum mendengarnya. "Jin Xia, mulai minggu depan jika aku tidak lupa aku akan mencatat semua materi Pak Shou Shan," ujar Naka pandangannya lurus ke depan menyetir. "Aku berharap kau benar-benar melakukannya." Harap Jin Xia. Perlahan-lahan mobil dan motor berjalan di jalan raya. Suara klakson memenuhi indra pendengaran. *** Lin Ling meninggalkan cucian ketika indra pendengarannya mendengar suara mesin khas sepeda motor milik Haruka. Wanita itu menghampiri dua orang gadis remaja yang baru saja sampai. "Mengapa kalian berdua baru pulang?" Ada nada khawatir yang terkandung dalam suara Lin Ling saat mengutarakannya. Naka berinisiatif untuk menjawab. "Maaf Bibi Lin, semua ini salah Naka. Naka tadi dihukum Pak Shou Shan membersihkan perpustakaan. Jin Xia dengan baik hati membantu Naka menyelesaikan hukuman itu. Oleh karena itu, kami jadi pulangnya telat." "Aku hanya takut terjadi sesuatu kepada kalian. Kalian baik-baik saja aku sudah tenang." Naka mendongak ke atas, langit sudah berwarna kemerahan-merahan. Kawanan burung terbang melintas. Dia membungkuk hormat pamit sebelum naik mengendai motor meninggalkan halaman pekarangan rumah. Setelah itu kedua wanita berbeda usia itu melangkah masuk ke dalam rumah sederhana. Di teras rumah pot-pot bunga mawar menghiasi dan tampak serasi dengan cat biru dinding bangunan sederhana tersebut. "Mandilah Jin Xia, seragam sekolahmu mau Mama cuci." Lin Ling sedang duduk menunggu cucian yang dicuci di mesin cuci ketika putri semata wayangnya lewat. Jin Xia mengangguk pelan, badannya terasa lengket dan keringat. Dia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. ★ ★ ★

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
288.2K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.5K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

HOT NIGHT

read
605.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook