bc

Nikah Muda

book_age12+
detail_authorizedAUTHORIZED
788
FOLLOW
3.6K
READ
billionaire
like
intro-logo
Blurb

"Gue kira, gue yang bakal nahlukin lo dengan keseksian gue apalagi gue idola Aruma, tapi ternyata lo yang ngga ngelakuin apa apa yang romantis bisa buat gue tahluk ~~ Elsa Arqanaya.

Gue bingung sama perasaan gue, susah rasanya buat jatuh cinta sama cewek yang penampilannya nakal kayak lo~~ Alvian Guivanno"

chap-preview
Free preview
1
1√ Cover by : azhstories_ Alvian Guivanno Elsa Arqanaya  ***********  Alvian Guivanno. Biasanya dipanggil dengan nama Al atau Vian. Pria berumur 17 tahun itu sedari tadi tak hentinya mempertahankan keinginanya. Kekeuh pada kemauannya yang tak ingin di nikahkan dengan gadis paling di minati di sekolahnya.  Elsa Arqanaya. Gadis berumur 17 tahun yang sering membuat para cowok beranjak dewasa paling tidak menoleh dua kali padanya ketika berpapasan.  "Pa, Al tau Elsa itu siapa. Dia itu cewek paling nakal di sekolah Al" jelasnya entah sudah yang keberapa kalinya pada Ari. Ia menatap mamanya berharap wanita itu mengerti kemauannya.  "Justru itu sayang, Om Ruel mau kamu merubah sikap putrinya." ujar Sanya, mama Vian.  "Lah, yang papanya sebenarnya siapa sih? Om Ruel-nya aja sendiri yang ngerubah sikap anaknya" dengusnya.  "Sayang, kasian papa. Papa udah terlanjur janji mau jodohin kamu sama putri Om Ruel. Kamu kan tau sendiri, kita banyak utang budi sama Om kamu itu"  "Oke Al mau, tapi 5 tahun lagi"  "Astaga Al. Om Ruel itu nikahin kamu sama Elsa supaya Elsa ngga rusak karena pergaulan"  "Alvian yang rusak dong, nikah sama orang rusak"  "Alviannnn" bentak mamanya.  "Iya iya mama sayang, Al kepaksa" pasrah Vian mencium pipi Sanya, supaya mama-nya itu tidak merajuk.  Diam-diam Ari-papa Vian, menggelengkan kepalanya sambil menyeringai melihat aksi istrinya yang tak pernah gagal memaksa Vian menuruti segala keinginanya.  Putra satu-satunya itu memang selalu tak bisa menolak segala keinginan mamanya. Bila Sanya sudah merajuk maka Vian tak akan memaksakan kehendaknya lagi.  Semudah itu Sanya membuat Vian patuh, berbeda dengan Ari. Apapun yang di katakannya, Vian yang selalu saja menang.  ***  Vian memainkan ponselnya sambil sesekali ikut nimbrung dengan percakapan teman-teman dekatnya.  "Gue masih setia dah nunggu si bohay Livi" ujar Vino sambil senyum-senyum menjijikkan di hadapan teman-temannya.  "Gue mah lebih baik bossnya, si Elsa. Udah bohay, cantik, sombong, elegant dan yang terutama dia berrrrr... seksiiiiihh" ujar Kevin lebih menjijikkan dari Vino.  "Bener banget kata Kevin, walaupun si Livi termasuk geng-nya si Elsa tapi yang paling bikin errrr itu yah bossnya" tambah Rendy mendukung.  "Ya Tuhan, gue punya kawan demen amat ya bahas begituan" cibir Vian menggelengkan kepalanya.  "Eh Alvian-ku sayang, kita ini wajar tau bahas yang begituan. Lagi masa puber tingkat tinggi. Lah elo, lirik cewek aja kayaknya ngga pernah" Vian menatap tajam Vino.  Ditengah percakapan mereka, tiga orang cewek datang dengan dua kancing baju teratas terbuka, rok jauh diatas lutut dan rambut tergerai indah. Pinggul mereka yang bergerak menantang menambah kesan seksi.  "Oh my god, bidadari kita datang Vin" mata Kevin langsung tertuju ke arah kedatangan cewek-cewek itu karena ucapan Rendy.  Tak berbeda dengan Vino yang matanya juga tak bisa lepas dari dua cewek lainnya. Ketiganya bersusah payah menelan salivanya karena langkah tiga gadis remaja itu semakin dekat.  Sedangkan Vian masih tetap memainkan ponselnya meski dia menyadari kedatangan Elsa and the geng.  "H...hai" Kevin melambaikan tangannya dengan tampang super bodoh di depan Elsa.  "Livi" Vino sangat antusias langsung menghampiri Livi yang berdiri di belakang Elsa bersebelahan dengan Rebecca.  Mata Kevin dan Rendy tak lepas dari langkah Elsa yang mendekati Vian. Meskipun cowok itu sengaja menundukkan kepalanya namun dia menyadari kedatangan gadis nakal yang di jodohkan dengannya itu, mendekatinya.  "Gue mau ngomong" ujar Elsa tanpa basa basi.  Vian menengadahkan kepalanya, mengangkat alisnya bingung menatap cewek di sampingnya berdiri dengan kaki diangkat, berpijak pada penyangga kursi dan tangan berlipat di depan d**a.      Melihat hal itu membuat Vian dengan refleks menurunkan kaki Elsa. Kelima orang yang menyaksikan hal itu, merasa sulit mengerti dengan keadaan di depan mereka.  "Cewek itu berdirinya sopan" sindir Vian membuat Elsa merengutkan wajahnya sinis.  "Bodo" balasnya tak acuh, kini malah duduk di pangkuan Vian.  Kevin melotot melihat hal itu, sedangkan Vino dan Rendy refleks membuka mulut mereka lebar, tak menyangka Vian bisa mendapat rejeki semanis itu.  "Lo ngga bisa lihat keberadaan kita dimana?" tanya Vian terkejut sambil melihat ke sekelilingnya.  "Dikantin bukan sih?" tanya Elsa, tangannya mencomot kentang goreng milik Vian.  Vian mengacak rambutnya, tak mengerti dengan sikap Elsa yang diluar nalar "Lo ngerti kalo kita di kantin, bisa jaga sikap ngga sih?"  "Ngapain? sepi kok"  "Lo sadar ngga sih, duduk dimana?"  "Sadar. Di pangkuan calon suami bukan?"  "HA" ketiga teman Vian tampaknya sangat kaget dengan penuturan Elsa. Mereka benar-benar tidak tau-menau jika Elsa adalah calon istri Vian.  "TERNYATA SELAMA INI LO NGGA IKUT NIMBRUNG TIAP KITA NGOMONGIN ELSA, KARENA LO CALON SUAMINYA?"  "TEGA LO AL"  "IYA, GUE KIRA LO NGGA NAFSU SAMA ELSA"  "YA AMPUN AL, LO NGGA KASIAN LIAT NOH KEVIN SAMA RENDY MAKIN GILAK"  "UNTUNG AJA BUKAN SI LIVI YANG JADI CALON BINIKNYA LO"  Ketiga sahabat Vian heboh dengan kabar Vian yang merupakan calon suami Elsa, cewek idaman mereka, cewek yang di gila-gilai mereka.  Vian sendiri terkekeh melihat wajah wajah dramatis teman-temannya.  "Nanti gue jelasin"  Vian kembali menatap Elsa yang masih nyaman dengan posisi duduknya diatas pangkuan Vian.      "Lo mau ngomong apa?"  "Gue ngga mau nikah sama lo, orang gue masih bahagia dengan pacar gonta ganti gue"  "Bagus deh kalau gitu. Lo bujuk papa lo supaya kita ngga bakal nikah. Gue ngga suka cewek nakal kayak lo"  "Gue ngga butuh pendapat lo."  Elsa meninggalkan Vian setelah dengan nekadnya ia mencium bibir cowok itu. Vian sempat terdiam, belum bisa mencerna maksud Elsa mencium bibirnya.  "Sumpah sumpah... Tadi itu Alvisn di cium Elsa. Pengeeeenn" Kevin yang kelewat tak percaya, menepuk-nepuk wajah Vino.  "Sabar Kevin" Rendy mengusap-usap punggung Kevin.  "Perasaan gue yang di pukul" desis Vino menggaruk kepalanya. Mengapa Rendy malah mengucapkan sabar pada Kevin yang memukul wajahnya. Bukannya padanya yang kesakitan karena menjadi korban.  Sesampainya di kelas, setelah tadi mereka dikeluarkan karena tidak mengerjakan PR. Kini ke empat cowok tampan itu kembali menduduki kursinya masing-masing yang memang sengaja berdekatan.  "Gue males Fisika nih" Vino menyembunyikan wajahnya di balik lipatan kedua tangannya diatas meja.  "Bener, bikin ngantuk" tambah Kevin  "Woi, lo di sekolahin tuh buat belajar bukan tidur" cibir Rendy yang memang sangat suka pelajaran Fisika.  "Gue aja di sekolahin biar kuliah, di kuliahin biar kerja" ucapan Vino menjadi lelucon bagi teman-temannya.  "Lo mah enak, ngerti Fisika. Lah gue? Dari seni budaya sampe prakarya, ngga nangkep otak gue" ujar Vino.  "Banyakan nonton film bokep sih lo" cibir Vian membuat ketiga temannya sontak menatapnya.        "Lo tau bokep juga? Gue kira lo alim banget"  "Apaan sih lo, kalau kayak gitu juga siapa aja tau" dengus Vian.  Yang benar saja. Ia juga kan remaja baru dewasa, sama seperti teman-temannya. Jadi, bagaimana mungkin ia tidak mengetahui itu.  "Ooh, atau jangan jangan lo malah udah praktek?"  "Ya Tuhan, lo pikir gue seburuk itu"  "Ya siapa tau lo diam-diam simpanan tante-tante"  "Anjirrr....ngga banget gue milih sama tante-tante" Vian bergidik ngeri membayangkannya. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Takdirku Menjadi Lelaki Kaya

read
4.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

TAKDIR KEDUA

read
25.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook