bc

Hate To Let You Go

book_age16+
831
FOLLOW
3.8K
READ
possessive
arrogant
CEO
drama
tragedy
bxg
campus
city
office/work place
first love
like
intro-logo
Blurb

Bagi William, mencintai Rahee bukanlah sesuatu yang sulit. Di samping tipe Rahee yang easy going meski terkesan dingin, perempuan 23 tahun itu sudah mencuri perhatiannya sejak namanya disebut oleh salah satu temannya. Dari situ, William tahu bahwa Rahee akan menjadi sumber kelemahannya di kemudian hari. Sedang bagi Rahee, mencintai William adalah kendala terbesar di hidupnya. Sikap William yang sulit di tebak dan cara bicaranya yang arogan. Rahee sudah di pora-porandakan oleh egonya hati yang ingin memiliki.

Tapi keduanya juga sama saja. Punya sisi konyol yang tak bisa di jabarkan oleh nalar. Tindakan keduanya yang terkesan diam, membuat letupan-letupan lain di hari-hari semakin menguatkan satu sama lain.

William yang mencandu Rahee, dan Rahee yang menggantungkan William.

chap-preview
Free preview
BAB 1
Seperti kisah rindu bulan pada matahari, meski dipisahkan semesta dalam jarak yang begitu jauh, namun diujung penantian mereka bisa bertemu kala gerhana. *** "Astaga! Aku ingin mati sekarang juga," desah lelaki itu. Wajahnya terlihat gusar dengan gurat frustrasi. "Serius? Kau melakukan itu?! Kau memecat semua model yang dengan susah payah aku seleksi?" Sekali lagi desahan frustasi diiringi tangan yang berkacak pinggang. "Aku ingin mati sekarang juga. Demi Tuhan, tak dapat di percaya." William Anderson, lelaki tampan dengan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya hanya mengedik acuh. Mata madu bercampur karamel miliknya terfokus dengan laporan-laporan yang memenuhi emailnya sejak pagi tadi. Baginya, apa yang sedang di dengarkannya ini adalah sebuah kolosal lagu yang mengiringi pertunjukan drama menuju malam natal. "Berapa banyak lagi yang harus aku keluarkan untuk semuanya?! Kau pikir, menyeleksi mereka itu semudah mencocokkan celana dalam, hah!" hardiknya keras. "Ya Tuhan Ryan!" pekik satu suara yang menerobos ruang kerja dua lelaki itu. "Jangan katakan kau benar-benar melakukannya," tudingnya dengan mata menyipit. Ryan sontak melempar sepatunya yang tepat mengenai wajah tampan lelaki tak tahu sopan santun itu. "b******n kurang ajar! Pergilahi!" usirnya, "Dan William, bertindaklah!" William mengangkat wajahnya malas. Mengembuskan napasnya kasar dengan pulpen yang terjepit dibibir seksinya. "Aku sudah melakukannya. Dan perjanjiannya usai, agensiku tak menerima mereka yang berleha-leha. Kau tahu, aku terlalu muak dengan mereka yang terus menggodaku." Hebat. Kalimat itu hanya Ryan tunjukkan dengan raut wajah heran dan kagum secara bersamaan. Itu ucapan terpanjang selama sejarah dirinya bersahabat dengan William. Lelaki kaku itu biasanya akan menjawab sepatah dua patah kata. Pengecualian untuk hari ini. "Musim semi masih beberapa minggu lagi kan Chaz?" tanyanya. Lelaki yang sedang mengumpat—karena wajah tampannya terimbas sepatu itu menoleh. Mengerjap-erjapkan matanya guna memperbaiki pendengarannya. "Aku rasa begitu." "Dasar bodoh! t***l, tak berguna!" Ryan kembali melontarkan kalimat-kalimat hinaan yang membuat Chaz memutar matanya jengah. Terkadang, ia pun terheran dengan cara persahabatan ketiganya yang terbilang aneh namun unik. William yang begitu dingin dengan lidah setajam pisau, Ryan yang memiliki hobi berucap kotor, dan dirinya yang menggilai gadis-gadis seksi. Sayang, mereka semua di depak sebelum kadaluwarsa oleh si bos penguasa; William Anderson. Ingatkan Chaz untuk menjitak kepala William sialan itu. "Akan ada mahasiswa yang menjadi asisten barumu. Oh, dia bertubuh seksi dengan d**a kempis dan b****g rata. Selamat menggoda, William sialan!" **** "Aku bisa memotong lidahmu!" Lucas mengembuskan kepulan asap dari rokok yang di hisapnya. Giginya bergesekan menandakan sulutan api amarahnya telah terpancing—tanpa peduli jika lelaki dalam cengkeramannya hampir kehilangan oksigen. Lelaki itu pucat pasi dengan tangan gemetar, walau begitu tak ada sedikit pun niatan Lucas untuk melepasnya. Beberapa pasang mata yang membentuk lingkaran hanya menontonnya tanpa berani untuk menolongnya. Gila saja! Memangnya siapa yang bosan hidup hingga berani menegur aksi seorang Lucas William—kecuali jika kau teramat frustasi dengan kehidupan kampusmu. "Katakan sekali lagi sialan!" gertaknya seraya menginjak puntung rokoknya di lantai. Satu tangannya masih mendominan mencekik leher lelaki itu hingga nyaris wajahnya memerah. "Benar ... Kekasihmu berada di lorong dan b******u dengan Max." Sial! Sontak Lucas segera berlari dan menaiki dua tangga sekaligus. Namun belum sampai kaki rampingnya menginjak di tangga teratas, sebuah tangan menyambar tasnya nyaris membuatnya terjungkal. Umpatan demi u*****n terlontar. Kepalanya tertarik ke belakang dan tepat si gadis menyebalkan itu sedang menatapnya tajam. Sorot mata cokelat kelamnya menembus jantung Lucas, setidaknya kali ini begitu. "Kau berulah lagi dan lagi." Bibir tipisnya bergerak s*****l ketika mengucapkan kalimat itu. "Kau bosan hidup atau memang sengaja ingin melemparkan diri ke dalam penjara?" tanyanya penuh tekanan. Lucas tergelak. Tawanya dengan mata menyipit membuat gadis-gadis di belakangnya mendesah. "Astaga Rahee." Jilatnya pada bibirnya. Ia tahu, berurusan dengan gadis ini membutuhkan tenaga ekstra bahkan melebihi tenaganya untuk b******a. "Dia membicarakan soal kekasihku. Omong kosong macam apa ini—kekasihku b******u di lorong kampus. Bisa kau percaya itu?" Baliknya bertanya. Gadis bernama Rahee itu mengangguk setuju. "Karena memang seperti itu kekasihmu. Kau sehat, kau tampan—maaf hilangkan seringai menjijikkan itu. Tidak seharusnya kenaifanmu tentang cinta membutakan segalanya." Lucas mendengus. Kosa kata yang di ucapkan Rahee bukanlah apa-apa karena ia tahu betul sindiran itu. Bagi sebagian orang enggan berurusan dengan Rahee. Selain pendiam dan bisa—tidak dalam artian yang sebenarnya—mulut pedasnya mampu mengoyak isi perut seekor buaya atau lidah tajamnya mampu untuk sekedar mengiris cabai. "Masuk ke kelasmu Lucas! Aku tak ingin uangmu terbuang percuma karena aku di nilai tak becus membimbingmu. Dan aku masih membutuhkan bea siswa di kampus ini ngomong-ngomong. Jadi, hargai keputusanku." See! Lucas mendecak sekali. Telinganya tiba-tiba tuli mendengar kalimat sepanjang gerbong kereta yang Rahee ucapkan. Ini pertama kalinya gadis itu berucap panjang. "Aku sangat ingin memasukkan sesuatu ke dalam mulut seksimu itu Rahee. Aku bersumpah." **** "Ayolah William sayang. Kita harus bersenang-senang lagi." William hanya diam. Kedua tangannya mengetikkan rangkaian kalimat di atas keyboard laptopnya setelah melirik gadis di hadapannya sekilas. Ia frustasi jika gadis ini terus berkeliaran di ruangannya. Fokusnya terpecah meski telah susah payah membangun konsentrasi setinggi benteng tembok berlin. Ia tak pernah nyaman pekerjaannya terganggu seperti ini. Pintu ruangan terbuka. Meloloskan satu desahan lega dari mulut William. Kenapa lama sekali, batinnya. "Ya Tuhan, aku ingin muntah melihat wajah wanita ini." Chaz mempraktekkan ekspresi wajahnya yang ingin mengeluarkan sesuatu. "Sialan!" Gadis itu melempar sepatunya membuat Chaz segera menghindar. Lidahnya terjulur penuh ejekan. "Keluarlah! Allinson menunggumu untuk bersiap." "Siapa kau berani memerintahku. William ... Sayang," adunya sembari menggelayut manja di lengan William. "Aku ingin bersamamu dan ke studio bersamamu." William menyentak tangan gadis itu kasar. "Aku sibuk." "Pergilah! Kau tak di inginkan di sini." Chaz mengudarakan tangannya tanda mengusir yang terbilang menyakitkan. Alih-alih menurut, gadis itu menunduk dan membisikkan sesuatu di telinga Sehun di iringi jilatan yang terespon penuh jijikan oleh Chaz. "Nanti malam, oke." Dan hal itu pun masih terabaikan oleh William. Fokus matanya tertuju pada setiap kalimat yang di rangkainya. "Aku lega sekarang." Chaz mengipasi wajahnya yang kepanasan. "Kau memang bos sialan yang pernah aku miliki Will." "Kita berteman jika kau lupa." "Aku ganti, teman sialanku. Kabar baiknya adalah gadis itu akan datang. Bersikap sopanlah, nak! Kau sudah terlampau tua untuk bersikap dingin. Mahasiswa semester akhir tak akan menyusahkanmu, bukan?" celoteh Chaz yang di tatap jengah oleh William. "Oke aku diam." Tangannya membungkam mulutnya. Namun di detik berikutnya. "Urusan ranjang aku tahu. Kau harus membuatnya mendesah seksi." ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
623.8K
bc

PLAYDATE

read
118.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
202.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
10.8K
bc

My Secret Little Wife

read
91.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook