bc

My Adoptive Sister

book_age18+
5.5K
FOLLOW
40.5K
READ
sex
one-night stand
pregnant
badboy
goodgirl
virgin
brothers
like
intro-logo
Blurb

SEKUEL "ISTRI YANG DIJUAL"

Say, minta lovenya ❤ dulu sebelum baca, ya! Update mulai 01 November,

Lyana Aquila adalah putri kandung Erica, seorang p*****r kelas atas yang terkenal. Di usianya yang ketujuh belas, ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis. Ia kemudian diasuh oleh sahabat ibunya, Celline Shancez.

Hanya saja, ada satu hal yang membuat hati Lyana gusar. Steve Shancez, putra utama keluarga tersebut, tak pernah bersikap baik padanya. Lelaki itu dingin, sinis, dan selalu menyudutkan Lyana. Dia monster dan iblis sejati. Menentang Lyana dalam semua sisi.

Hingga akhirnya, terjadi sebuah peristiwa yang tak diharapkan. Steve membawa Lyana ke atas ranjang saat ia mabuk di suatu malam. Dia mengambil mahkota wanita itu yang paling berharga. Bukannya berterus terang, Lyana memilih menyembunyikan kenyataan itu dan bersikap normal, seolah tak terjadi apa-apa.

Namun, bagaimana jika ia tiba-tiba dinyatakan hamil? Seluruh anggota keluarga mulai mencurigai moralnya saat Lyana memilih tak mengatakan siapa ayah dari bayi tersebut.

chap-preview
Free preview
Pertemuan Pertama
Lyana Aquila. Seorang gadis berambut cokelat bata bergelombang dengan mata biru gelap layaknya mutiara duduk meringkuk di kamar panti asuhan. Usianya baru tujuh belas tahun, tetapi keelokan tubuhnya bahkan bisa membuat sekelompok lelaki sujud secara suka rela. Bibir cerinya yang merah tertekuk kecil, seolah-olah ia akan berubah lebih sensual lagi seiring bertambahnya usia. Hidungnya mancung dengan sudut istimewa, menguatkan karakternya. Bentuk wajahnya oval, teksturnya sangat sempurna dengan rahang tinggi yang simetris. Kulitnya selembuat pualam. Tampak murni dan seputih kapas. Sebuah keindahan yang sebentar lagi pasti akan mekar sempurna. Namun, gadis ini tampak tertekan. Tubuhnya yang mulai berisi, tertekuk pasrah di sudut ruangan seperti balita yang ditinggalkan seorang diri. Kedua tangannya gemetar hebat. Keringat mengalir dari pelipisnya tanpa henti. Lyana baru saja ditempatkan di panti asuhan malam ini, tetapi mimpi buruk segera menyerangnya tanpa kenal ampun. Dalam mimpinya, dia melihat ibunya berjuang menyelamatkan dirinya sendiri untuk keluar dari mobil yang telah meledak dan dilalap api. Sekuat apa pun wanita tersebut mencoba, akhirnya ia dikalahkan oleh api. Tubuhnya terbakar perlahan, terjebak dalam badan mobil yang ringsek karena menabrak pembatas jalan. Jeritan ibunya dalam mimpi Lyana seolah nyata. Membuat dirinya terbangun dan dilanda stress berat. Kedua teman barunya yang berada di kamar masih pulas tertidur. Tetapi Lyana justru takut untuk kembali tidur. Khawatir jika ia memejamkan mata, mimpi buruk itu akan kembali berulang. Lyana meremas jari-jemarinya, merasa putus asa. Tempat ini akan menjadi tempat tinggal masa depannya. Panti asuhan. Sungguh ironis. Lyana tak tahu apakah ini merupakan hal yang baik atau tidak. Ibunya adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai wanita bayaran. Dia dilahirkan tanpa status jelas, bahkan tanpa nama ayah di belakangnya. Olok-olok sudah menjadi hal yang tak asing lagi bagi Lyana. Di setiap keadaan dan situasi, mata setiap orang selalu meliriknya dengan penghakiman paling mematikan. Seolah-olah tatapan itu mengatakan betapa rendahnya sebagai anak p*****r. Di sekolah, di lingkungan rumah, maupun di setiap acara sosial. Lyana sudah berteman dengan semua sindiran pedas dan kata-kata tajam. Sekarang, setelah ibunya meninggal beberapa hari yang lalu, secara otomatis ia berada di bawah perlindungan negara. Dia ditempatkan di panti ini, entah untuk berapa lama. Mungkin hingga beberapa tahun ke depan, ia akan terjebak di tempat ini. Saatnya nanti ia cukup umur untuk hidup sendiri, barulah Lyana bisa merdeka tanpa terjebak lingkungan yang tak ia inginkan. Lyana sedikit banyak bisa meraba bagaimana nasib dirinya ke depan. Panti ini pasti tak jauh berbeda dengan lingkingan sekolah. Saat mereka semua tahu latar belakang Lyana, ejekan demi ejekan pasti akan ia dapatkan. Lyana lelah, Lyana muak akan semua itu. Matanya menyorot pedih dengan air bening yang mengalir. Hingga pagi menjelang, Lyana memilih meringkuk di sudut ruangan seorang diri. Dia tak peduli dengan hal-hal lainnya, bahkan ketika teman sekamarnya mengajaknya untuk turun dan sarapan. Jam demi jam berlalu. Waktu yang seharusnya digunakan oleh Lyana untuk mulai mengenal lingkungan barunya, hanya ia habiskan di kamar dalam kesendirian. Dia sama sekali tak tertarik untuk keluar dan bersosialisasi.Baginya, kesendirian adalah teman yang paling setia. Teman yang pastinya tidak akan mengkhianati dan mengolok-oloknya. Saat hari mulai menjelang siang, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Miss Hena, salah satu pengasuh panti datang dengan seorang wanita cantik berusia pertengahan empat puluhan. Kening Lyana berkerut samar. Dia tak asing dengan wanita ini. Jika tidak salah, wanita itu adalah salah satu teman dekat ibunya. Hanya saja, kedudukan mereka jauh berbeda. Yang satu bagaikan dewi, sedangkan yang satu bagaikan w*************a. Seperti warna merah dan putih. Mata remaja Lyana mengerjap pelan. Dia menangkap senyum samar wanita itu yang tampak menawan. Rambut pirang wanita tersebut disanggul tinggi, menonjolkan kulit lehernya yang lembut dan indah. "Lyana, aku membawakan seseorang untukmu. Dia adalah Celline Shancez, teman almarhum ibumu. Kau masih ingat, bukan?" tanya Miss Hena, ramah. Miss Hena menatap Celline dengan mata penuh arti. Seolah-olah mengatakan bahwa gadis remaja ini sangat introvert dan sulit didekati. Dia suka menutup diri, tak membiarkan orang lain mendekat. "Lyana, kau masih ingat aku, bukan?" Celline bertanya dengan nada hangat keibuan. Dia berjalan mendekat, mencoba mendekati Lyana secara perlahan. Gaun Celline yang berwarna pastel lembut, tampak indah membalut tubuhnya. Sepasang anting dari mutiara bergoyang pelan di telinganya. "Ya. Celline. Kau salah satu teman ibuku!" Lyana menjawab lirih. Dia ingat beberapa teman ibunya, dan Celline termasuk teman ibunya yang lurus. Mengingat ibunya lebih sering memiliki teman yang seprofesi dengannya. "Aku ikut bersimpati ketika mendengar ibumu meninggal dalam kecelakaan beberapa waktu yang lalu. Sebagai putrinya, kau harus cukup tabah untuk menerima kenyataan itu. Sayang, kau harus kuat dan bangkit kembali. Usiamu masih muda dan tak seharusnya menyerah!" Celline menepuk punggung tangan Lyana, menguatkan remaja itu. Celline tahu ada kepedihan yang mendalam di mata Lyana. Kepedihan dan keputusasaan yang mampu ia tangkap hanya dari pandangan pertama. Celline ikut sedih dan merasa terpanggil. Bagaimanapun juga, Erica adalah salah satu teman yang paling berharga. Sudah seharusnya ia memperlakukan putri sahabatnya dengan baik. "Terimakasih, Celline!" Lyana menunduk dalam-dalam. Dia menarik nafas panjang, merasa kagum atas sikap Celline. Dari semua teman ibunya, Celline adalah segelintir orang yang masih bersedia bercakap-cakap dengannya. Percakapan yang ramah dan manusiawi. Bukan hanya menghakimi dan mengolok-olok. Kebanyakan dari orang-orang yang Lyana temui, teman-teman ibunya banyak yang diam-diam menatapnya sinis dan membicarakam hal-hal buruk di belakang. "Kau sudah makan? Kudengar dari Miss Hena kau tak keluar sama sekali hari ini dari kamar. Apakah kau memiliki masalah?" Celline berbicara dengan hati-hati. Dia melirik ke Miss Hena, yang ditanggapi dengan senyum kecil. Lyana adalah remaja yang dingin. Sangat tertutup dan sulit bersosialisasi. Miss Hena sudah membujuk Lyana dua kali dari kemarin untuk memunculkan sikap bersahabat dan terbuka, tetapi sia-sia. "Aku belum lapar!" Lyana menjawab kekanakan. Celline mendesah pasrah. Gadis di hadapannya ini telah menginjak usia tujuh belas. Usia remaja di mana pikirannya seharusnya mulai dewasa dan mampu menyikapi situsi buruk dengan pantas. Tetapi, sepertinya Lyana tidak seperti remaja pada umumnya. Sinar matanya menunjukkan kepolosan, kemurnian yang belum pernah tersentuh oleh apa pun juga. Pemikirannya sederhana dan karakternya sangat tertutup. Kehidupan apa yang telah diberikan Erica selama ini pada putri tunggalnya? Sehingga Erica tampak rapuh dan mudah jatuh hanya karena hal-hal kecil. "Sayang, aku ke sini karena memiliki niat khusus seputar tentang dirimu." Celline berdaham, mulai membuka topik yang sebenarnya. Miss Helena yang berdiri tak jauh dari mereka hanya bisa mengangguk, mendukung apa yang akan dikatakan Celline sebentar lagi. "Niat khusus?" tanya Lyana, hati-hati. "Ya. Mengingat aku dan ibumu memiliki ikatan pertemanan yang kuat, aku ingin menawarkan sesuatu padamu. Maukah kau tinggal bersamaku? Aku tertarik untuk mengadopsimu. Aku berjanji akan memberikan kasih sayang yang layak dan memberikan perlindungan paling baik. Kau akan menjadi salah satu putriku yang paling berharga. Bagaimana?" …

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K
bc

A Secret Proposal

read
376.4K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.4K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

Accidentally Married

read
102.7K
bc

PLAYDATE

read
118.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook