bc

The Eagle

book_age18+
31
FOLLOW
1K
READ
warrior
heavy
genius
icy
expert
male lead
swordsman/swordswoman
realistic earth
slice of life
like
intro-logo
Blurb

Ahmad Margomedov adalah seorang petarung MMA yang sangat dikagumi oleh banyak orang di dunia. Kemampuannya dalam membuat lawannya tersungkur di alas oktagon, membuat dirinya selalu dijuluki sebagai The Eagle oleh para pendukungnya.

Ahmad berasal dari Dagestan, Rusia.

Terjebak oleh cinta dengan Zulaikha. Atlit panahan dari Turki yang menjadi mahasiswi di Amerika. Bagaimana perjuangan Ahmad Margomendov mempertahankan kekasih hatinya dari ancaman petarung yang lain?

chap-preview
Free preview
Pertarungan The Eagle
Flashback OnDagestan Rusia Seorang anak kecil berusaha melepaskan kaitan tangan seekor beruang madu yang mencengkeram tubuhnya. Sangat kuat dan seperti sulit untuk melepaskan kaitan tangan beruang yang besarnya dua kali lipat dari tubuhnya. Kaitan itu hampir membuatnya pingsan dan kehilangan banyak napas, namun suara penyemangat dari seorang laki-laki di seberang membuat tekadnya kembali bulat. “Kamu bisa melakukannya Ahmad. Berusahalah lebih kuat!” ujar laki-laki di samping pagar tinggi menjulang. Sejak lima belas menit yang lalu. Laki-laki yang masih mengenakan seragam tentara itu membiarkan Ahmad dihujani serangan oleh beruang madu yang menyatroni rumahnya. Bukan tanpa alasan, ayah Ahmad saat ini sedang melatih anaknya untuk bisa kuat dalam segala hal. Di antara guyuran salju tebal dengan suhu mencapai minus delapan celcius itu. Orang-orang akan lebih memilih duduk di depan bara api yang hangat sembari menikmati secangkir the atau kopi hangat. Bukan bertarung dengan beruang madu yang bisa saja membuat nyawa seseorang melayang. “Jika kau tidak bisa melakukan sesuatu, ingatlah Allah. Dia yang akan membuat hatimu lebih tenang, tidak tersulut oleh api emosi. Kau akan jauh lebih baik!” teriak ayahnya lagi. Hati Ahmad langsung merespon apa yang dikatakan oleh ayahnya. Bagaimana pun juga, dirinya merasa tidak akan berdaya jika melawan beruang itu sendirian. Matanya ditutup, lalu hatinya melirihkan ungkapan permohonan kekuatan. ‘Laa haula walaa quwwata illaa billah!’ (Tiada kuasa bagi hamba untuk menolak kejelekan dan tidak ada kekuatan untuk meraih kebaikan kebaikan selain dengan kuasa Allah) Ahmad lalu menatap mata beruang itu. Menghujaninya dengan berbagai pukulan. Satu smash dari genggaman tangannya mengenai pelipis kiri beruang madu itu. Membuatnya tersungkur. Ahmad tersenyum, bisa mengalahkan beruang itu. Melihat dengan bangga kepada ayahnya. “Kau tak boleh sombong Nak, beruang itu masih berada di belakangmu!” pekik ayahnya kembali. Membuat Ahmad sadar jika diam-diam beruang itu mendekatinya. Ahmad melepaskan sarung tangannya. Membuangnya ke samping. Siap menerima serangan dari beruang yang saat ini menatap dengan penuh amarah ke arah Ahmad. Bukkkk Ahmad berhasil menghindar. Beruang itu menyerunduk batang pohon cemara. Daun-daun yang terkena salju itu pun sedikit bergoyang, dan membuat beberapa salju di atasnya jatuh. Beruang itu terkapar. Ahmad berhasil memenankan pertandingan. “Kamu hebat Ahmad, kamu adalah anak yang berbakat,” lirih ayahnya yang langsung menggendong Ahmad agar masuk ke area rumahnya kembali. “Ayah, tapi bagaimana dengan pelipis beruang itu, aku melihatnya berdarah tadi,” ujar Ahmad merasa bersalah saat melihat sekilas darah yang itu semua karenanya di pelipis beruang itu. “Kau masuk, ambil obat, obatilah beruang itu. Agama kita memerintahkan untuk bertindak baik kepada semua hewan dan tumbuhan. Panggillah Ami mu,” ujar ayah Ahmad. Ahmad langsung merosot dari gendongan sang ayah. Berlari menuju halaman belakang. Membuka pintu dengan perasaan yang tak sabaran. Lalu mengambil kotak obat yang ada di atas lemari. “Apa yang kau lakukan Ahmad?” tanya Ami nya yang sedang memasak. Ami adalah sebutan untuk memanggil Ibunya. “Tak banyak, setelah aku bertarung dengan kawanku di jalan, aku mendapatkan hukuman untuk melawan beruang,” jawab Ahmad enteng. Ibunda Ahmad memberhentikan gerakan tangannya yang sedang mengiris wortel. Langsung berjongkok di depan anaknya yang baru berusia tujuh tahun itu. Membelai wajah anaknya yang sedikit terluka. Di bagian pipi kanan, lalu beralih ke area pelipisnya yang mengeluarkan darah. “Kau menang atau kalah saat melawan temanmu Nak?” Ayal-ayal bertanya tentang kondisinya, Ami nya akan selalu bertanya menang atau kalahnya seorang Ahmad saat bertarung di jalan. Ahmad langsung tersenyum sekilas. “Seperti biasa, aku akan menang melawan temanku, dan hari ini aku juga menang melawan beruang,” jawab Ahmad dengan nada riangnya. Ibunda Ahmad lalu tersenyum. Mengusap rambut Ahmad yang tanpa pelindung sama sekali itu. Lalu memeluk anak itu dengan erat. “Mengapa kau sangat senang membuat orang lain terluka? Tidak kah kau capek dengan semua itu Nak? Hmm?” “Aku bertanding bukan karena aku ingin diakui hebat. Aku selalu teringat dengan kata Papa, seorang yang sombong, harus dilawan dengan sebuah kesombongan pula. Aku hanya mengamalkan itu Ami. Tidak lebih. Kuharap Ami bisa mengerti,” ujarnya dengan kecakapan bahasa yang sangat luar biasa “Kekuatan yang abadi, hanyalah ada pada Allah, bukan manusia,” ujar Aminya. New York city, Amerika “Kekuatan yang abadi, hanyalah ada pada Allah, bukan manusia.” Kalimat itu berputar-putar di dalam otak Ahmad. Mengiring perlahan dalam sanubari hatinya. Ahmad Normagomedov. Atlet UFC yang sedang naik panggung. Namanya melambung tinggi dengan segudang prestasi di atas lantai oktagon. Kemenangan yang cemerlang. 28-0 prestasi di kelas UFC ringan. Dirinya adalah The Eighler yang belum pernah dikalahkan oleh musuhnya, sejak 2012 lalu menandatangani kontrak dengan UFC. Kepiawaiannya dalam membaca serangan musuh, dan kemampuan bertahannya dengan kuncian super mematikannya itu membuat semua orang terpesona. Riuh suara sambutan namanya telah terdengar sejak tadi. Semenjak dirinya datang di salah satu gedung yang dipadati oleh orang-orang. Malam ini adalah malam untuk dirinya menimbang berat badan. Sebelum besok melakukan pertandingan dalam mempertahankan posisi juaranya sebagai atlet UFC kelas ringan. “Apa kau ragu Nak?” sebuah suara bariton dengan serak membuat Ahmad mendongakkan kepalanya. Rasa gugupnya tidak bisa disembunyikan dari siapa pun. Termasuk oleh laki-laki yang namanya sudah tidak asing lagi di dunia tinju kelas berat. Mike Mohede yang memiliki nama Islami Abdul Azis setelah dirinya masuk Islam dan menjadi muallaf sejak tiga puluh tahun yang lalu. Laki-laki dengan postur tubuh padat yang berisi di usianya yang menginjak delapan puluh tahun itu, masih tetap terlihat segar dengan kepala plontosnya. “Masya Allah. Hei Mike. How are you?” tanya Ahmad beranjak dan memeluk seniornya itu dengan erat. Lalu saling menepuk punggung satu dengan yang lain, berulah mereka bisa duduk di kursi yang sama. “Alhamdulillah. Aku dalam keadaan yang baik. Aku turut berbela sungkawa atas kematian ayahmu. Semoga dirinya tenang di surga.” Ujar Mike selanjutnya dengan nada yang sangat rendah. Benar, ini adalah pertarungan terakhir sekaligus pertarungan pertama bagi Ahmad Normagomedov yang tanpa ayahnya. Satu bulan yang lalu ayahnya pergi untuk selama-lamanya. Meski Anunya sempat melarang pertandingan ini, karena bagaimana pun juga Ahmad harus pensiun ketika pelatih terbaik sepanjang masanya telah tiada, dirinya harus menepati janji kepada Dana White dalam pertandingan ini. Tidak ada alasan untuk mengatakan pembatalan atas kontrak yang dua bulan lalu telah ditandatangani. Meski dalam keadaan duka yang begitu mendalam. Ahmad tahu gelora emosinya tidak tertahan saat ini. Pertarungan terakhir untuk ayahnya. “Kau tak melihat bagaimana aku sangat siap dalam pengecekan berat badan?” ujar Ahmad dengan seulas senyum. Setidaknya dirinya harus menyembunyikan luka kepada semua orang. “Kau akan memenangkannya. Kau adalah petarung UFC terbaik sepanjang masa. Percayalah,” Mike menenangkan hati Ahmad kembali. “Dana White telah menunggumu. Cepatlah bersiap,” titah Mike dengan memukul bahu Ahmad. “Thanks Brother,” ujarnya kemudian.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
622.0K
bc

PLAYDATE

read
118.6K
bc

Marriage Aggreement

read
80.0K
bc

Menantu Dewa Naga

read
176.3K
bc

Scandal Para Ipar

read
692.4K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
858.8K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook