bc

PENGANTIN TUAN MUDA

book_age16+
4.3K
FOLLOW
33.7K
READ
contract marriage
love after marriage
fated
dominant
drama
twisted
sweet
mystery
first love
self discover
like
intro-logo
Blurb

BLURB

Di usianya yang ke tujuh belas, Bilven di kirim ke rumah besar untuk menjadi istri seorang tuan muda di sana. Bilven adalah gadis kelima yang dikirim ke sana. Walaupun keberatan, ayah Bilven tidak bisa menolak keinginan rumah besar karena perjanjian leluhur desa mereka.

Bilven yang pemberani, berusaha menyelidiki ke mana hilangnya keempat gadis sebelumnya. Selain itu, dia mulai menaruh hati pada Tuan Muda meski Tuan Muda selalu mengenakan topeng tiap kali mereka bertemu.

Bilven juga harus menghadapi rasa tidak suka Nyonya Rosaline dan bersaing dengan Emilia untuk mendekati Tuan Muda.Hingga akhirnya Bilven menyerah dan memilih kabur dari rumah besar itu.

Namun seseorang menemuinya dan memberikan cincin bunga yang membuat Bilven teringat pada masa lalunya. Akankah Bilven kembali pada Tuan Muda setelah ingatan kecilnya kembali? Ke manakah keempat gadis sebelumnya menghilang?

chap-preview
Free preview
TIBA-TIBA MENIKAH
Kamar ini besar dan perabotannya juga besar-besar. Jendelanya tinggi dan lebar dengan tirai-tirai berat dan tebal bergantungan di sana. Bilven memandang berkeliling dan mencoba untuk tidak menangis membayangkan apa yang akan dia hadapi jika pintu besar yang mengarah keluar kamar itu membuka. Hari ini ulang tahun Bilven yang ke tujuh belas dan dia kini menjadi pengantin tuan muda. Begitu tiba di rumah besar, Bilven langsung dibawa ke kamar dan dikunci di dalamnya. Berkali-kali dia menggedor pintu tidak ada seorang pun yang membukanya. Bilven ingat, ketika dia menuju ke rumah ini, jam berdentang sebanyak lima kali. Hari ini dia pulang terlambat karena harus mentraktir teman-teman dekatnya di Mie Ayam Anugerah yang rasanya paling enak sekota. Ketika dia tiba di rumah, papanya menunggu di ruang tamu dan menyuruh Bilven segera bersiap. Papa bilang sebentar lagi mobil yang menjemputnya akan segera tiba. “Papa nggak lagi bercanda, kan?” tanya Bilven tak percaya. Tas sekolah masih tersampir di bahu dan kaos kakinya belum dilepas. Papa menggeleng menjawab pertanyaan Bilven. Dia meneriakkan nama ART mereka dan menyuruhnya mengambil tas yang akan Bilven bawa. Tas yang berisi baju dan peralatan pribadi Bilven. “Untuk apa Bil ke rumah itu, Pa? Kenal saja tidak,” tanya Bilven lagi. Papa masih bungkam. Dia hanya berdiri diam dan memandang anak semata wayangnya dengan mata berkaca. Sejak Mama meninggal ketika Bil berumur lima tahun, Papa sudah berjanji tidak akan menikah lagi dan akan fokus membesarkan Bil saja. Karena janji itu bilang bahwa Bilven akan bersamanya hingga usianya 17 tahun. Dan hari ini Bilven berulang tahun yang ke tujuh belas. “Papa nggak bisa cerita banyak. Nanti kamu akan tahu ketika sudah sampai di rumah besar. Satu yang harus kamu pahami. Papa sayang sama kamu dan tidak menjualmu sama sekali. Ini murni karena perjanjian leluhur kita. Dan demi kebaikan kita semua, Papa harap kamu menurutinya.” Bilven memandang Papa. Masih tak percaya dengan apa yang didengarnya. Sedikit pun dia belum bisa mencerna apa yang dikatakan Papa. Tanpa terasa air mata menetes di pipinya. Dia ingin membantah tapi dia tak bisa membantah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Bilven sayang Papa dan tak ingin membuat Papa murka karena dia tidak patuh. ART Papa menghampiri Bilven dan menyerahkan satu koper besar berisi barang-barang Bilven. “Kamu akan diperlakukan dengan baik di sana. Papa juga masih bisa mengunjungimu sesekali. Jaga dirimu dan jangan mengambil tindakan yang bodoh. Papa sayang kamu, Bilven.” Papa berjalan menghampiri dan memeluk tubuh anaknya erat-erat. Mobil jemputan datang, Papa mengantar Bilven hingga ke pintu. Bilven menangis sesenggukan di dalam mobil yang akan mengantarnya ke rumah besar di ujung desa tempat Bilven dan papanya tinggal. Rumah yang katanya pemilik seluruh tanah di desa ini. Papa memandangi kepergian Bilven dengan hati yang masygul. Dua belas tahun lamanya dia sudah mendidik Bilven dengan baik dan membekalinya dengan seluruh pengetahuan yang sekiranya mampu membuat Bilven bertahan dan menghadapi hal sekeji apa pun. Pengetahuan yang akan berguna mulai saat ini, ketika Bilven tidak lagi berada dalam pengawasan Papa. Karena di rumah besar nanti, Papa tidak tahu apa yang akan terjadi. Satu yang Papa tahu, anak gadis yang datang ke rumah itu tidak pernah pulang lagi ke rumahnya. *** Pintu besar di hadapan Bilven masih geming. Tenaganya sudah habis terkuras untuk menggedor dan berteriak di depan pintu. Dia tidak bisa keluar lewat jendela, teralis besi mengurungnya dari luar seperti penjara. Dari jendela dia bisa melihat jika matahari sudah lama terbenam. Ini sudah cukup malam, apa malam ini dia akan dibiarkan tidur tanpa makan malam? Perutnya sudah mulai protes dan Bilven kehausan. Tidak ada setetes air minum di kamar itu. Di sudut kamar ada pintu yang mengarah ke kamar mandi, tapi masa Bilven harus minum air shower untuk menghilangkan haus? Dia ingat perkataan Papa jika akan diperlakukan dengan baik di rumah ini. Nyatanya dia dibiarkan kehausan dan kelaparan. Apa dia akan dibiarkan begini terus hingga mati? Lelah, lapar, dan haus membuat Bilven berpikir yang tidak-tidak. Derit halus terdengar dari arah pintu besar. Cahaya lampu menyembur masuk ke kamar Bilven yang gelap. “Nona belum bersiap? Tuan Muda akan segera datang, kenapa Nona belum ganti baju?” tanya seseorang panik melihat Bilven yang duduk bersimpuh dan menangis tersedu tak jauh dari balik pintu. “Ap-apa maksudnya?” “Nona sekarang pengantinnya Tuan Muda dan ini malam pertama Nona. Ayo saya bantu bersiap?” Ini bohong, kan? Bagaimana bisa ini malam pertama dia? Mengenal siapa itu Tuan Muda saja tidak. Sejak datang ke rumah ini, dia hanya disambut oleh pengurus rumah tangga yang menyapanya dengan sebutan ‘pengantin tuan muda’. Setelah itu langsung dibawa ke kamar dan tidak dikunjungi siapa pun sampai sekarang. Lalu sekarang dia diberitahu kalau ini malam pertamanya? “Sejak kapan aku menikah dengan tuanmu? Aku tidak kenal siapa dia. Kalau memang dia suamiku seharusnya dia menemuiku sekarang!” teriak Bilven. Tiba-tiba dia merasa memiliki tenaga untuk memberontak. “Nona akan bertemu dengannya sebentar lagi. Tapi Tuan Muda suka pengantin yang bersih dan wangi. Silakan Nona mandi dulu, saya akan menyiapkan pakaiannya. Saya mohon Nona tidak memberontak karena saya bisa memanggil pelayan lain untuk memandikan Nona.” Pelayan perempuan separuh abad di depannya mulai mengancam. Membayangkan dirinya dimandikan oleh orang lain membuat Bilven geli. Dia mengambil handuk yang disodorkan pelayan itu dan masuk ke kamar mandi. Selesai mandi, pelayan perempuan yang tadi berwajah bengis padanya menyambutnya dengan senyum. Dia membantu Bilven mengeringkan tubuh dan berpakaian. Agak geli juga Bilven ketika mengenakan gaun tipis sutera yang terasa lembut di kulitnya. Sehari-hari biasanya dia hanya mengenakan seragam, kaos oblong dan jeans. Itu membuatnya lebih leluasa bergerak. Sekarang dia harus mengenakan gaun. Membuatnya sedikit tidak nyaman. “Selesai. Nona cantik sekali. Kulit Nona juga halus sekali. Nona adalah pengantin Tuan yang paling cantik. Tugas saya sudah selesai. Semoga kali ini berhasil.” Pelayan itu tersenyum kegirangan memandang Bilven. Setelah puas memandangi Bilven, pelayan itu pun bergegas pergi. “Tu-tunggu! Jangan per- ...” Terlambat. Pintu sudah menutup dan Bilven mendengan anak kunci diputar. Dia lupa minta minum pada pelayan tadi. Sekarang otaknya sudah kering dan dia mulai pusing. Bilven pun merebahkan diri di atas kasur. Nyaman sekali. Kasurnya benar-benar empuk dan seprainya halus. Perasaan Bilven pun mulai membaik dan dia merasa nyaman. Perutnya mulai berbunyi dan tenggorokannya kering, tapi karena lelah, Bilven pun tertidur. Biilven terbangun ketika dia merasa ada sesuatu yang bergerak di sampingnya. Ketika membuka mata, ruangan kamar gelap gulita. “Kamu sudah bangun? Tidurmu nyenyak sekali sampai-sampai kamu mendengkur.” Suara lembut seseorang mengagetkannya. “Si-siapa kamu!” “Ssstt. Jangan berteriak. Maaf, seharusnya aku menemuimu lebih awal. Aku suamimu sekarang,” kata seseorang yang berwujud bayangan di hadapan Bilven. “Jangan nyalakan lampu,” katanya ketika Bilven bergerak ke arah lampu di samping tempat tidur. “Kamu tidak boleh melihat wajahku selama kita bertemu. Kamu dan aku hanya bertemu dalam keadaan seperti ini. Dalam gelap.” Keanehan apa lagi ini, pikir Bilven. Dia bahkan tidak bisa melihat wajah suaminya sendiri. “Ini malam pertama kita dan aku harus memberitahumu beberapa hal. Namun sebelumnya, kita akan berbuat seperti layaknya pengantin baru di malam pertama.” Mendengar kata-kata itu membuat Bilven ingin protes. Malam pertama? Apa yang terjadi? Di pegang laki-laki saja dia belum pernah. Bahkan bibirnya pun masih perawan dan sekarang dia harus melayani laki-laki yang katanya suaminya ini? Melayani sebagai istri? Namun Bilven tidak bisa protes karena mulutnya dibekap oleh tangan besar yang beraroma mawar. Dan dia merasa seseorang sedang menciumi kening dan rambutnya. Bilven juga tidak bisa bergerak karena tubuhnya dipeluk erat sekali. Lelaki yang katanya suaminya ini memiliki tubuh jangkung dan besar, Bilven saja bisa masuk ke pelukannya. Dengan cepat, bekapan di mulutnya terlepas dan tergantikan dengan ciuman yang panjang tanpa jeda. Sesekali ciuman itu terlepas hanya untuk memberi kesempatan pada Bilven menarik napas. Dan Bilven benar-benar terbuai dengan ciuman pertamanya itu. Tanpa sadar dia mulai mendesah dan memejamkan mata. Menikmati setiap sentuhan suaminya di tubuhnya. Tangan yang membelai garis pinggangnya, mengusap punggungnya, dan membelai rambutnya. Ciumannya sedikit memaksa tapi tidak kasar dan berirama. Membuat Bilven menyentuh juga tubuh lelakinya. Dia pun mengulurkan tangan dan mulai meraba wajah suaminya. “Hentikan. Jangan diteruskan.” Suara suaminya tiba-tiba berubah dingin. “Cukup untuk malam ini.” katanya sambil meninggalkan Bilven dan keluar kamar. Bilven termangu membayangkan apa yang baru saja terjadi. Buru-buru dia menyalakan lampu kamar dan ketika matanya sudah bisa beradaptasi, dia menyadari jika ada kereta makanan di kamar itu. Bilven menuang air ke dalam gelas dan meminumnya. Dia mengatur napas dan berusaha mencerna kejadian tadi. Ap-apa dia tidak salah? Barusan dia menyentuh sesuatu di wajah suaminya. Ke-kenapa suaminya mengenakan topeng? *** sebelumnya aku minta maaf karena belum bisa ngasih secuel Carousels karena novel ini justru sudah siap duluan sebelum memutuskan untuk buat secuelnya gaes. Tapi Insya Allah Next Month Aku akan publish Secuel dari novel Carousels yang judulnya Cherrys Wheels But novel satu ini nggak kalah kerennya lho. jangan lupa tap love dan komennya ya gaes ... sarangheyo Happy reading

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Dependencia

read
186.4K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K
bc

Married By Accident

read
224.1K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.7K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.3K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook