bc

Our Three Angels

book_age16+
5.1K
FOLLOW
37.0K
READ
family
goodgirl
single mother
drama
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Alya Fazila memiliki tiga putri kembar bernama Viona, Vela, dan Vanya. Sayangnya Alya tak mengingat saat dia hamil, melahirkan, dan siapa ayah dari putri-putrinya. Alya mengalami amnesia setelah menjadi korban tabrak lari. Ingatannya hilang selama dua tahun sebelum kecelakaan terjadi.

***

Setahun kemudian, Alya menjalin kasih dengan seorang dokter bernama Aydan. Setelah enam bulan berpacaran, Alya bertemu dengan kedua orang tua Aydan. Namun, mereka sama sekali tidak merestui. Apalagi saat tahu bahwa Alya memiliki tiga putri kembar. Kejadian ini mempertemukan Alya dengan Gema Hazer Achilles, pria tampan, penuh kharisma, pemilik kafe, merupakan pria yang Alya cintai, tapi ia lupakan.

***

Cover by Stary

chap-preview
Free preview
CHAPTER 1 : AMNESIA
Wanita muda tampak pucat dengan mata terpejam, terbaring di sebuah ruangan bernuansa putih. Tak berapa lama mata itu mulai terbuka, mengerjap beberapa kali menyesuaikan pencahayaan. Di mana ini? Seperti ruang rawat rumah sakit, tapi bukannya aku akan pergi ke Singapura jadi TKW. Apa aku kecelakaan ya? batinnya. Perempuan itu terus mengedarkan pandangannya ke sekitar, meyakinkan bahwa dirinya berada di rumah sakit. Dia mencoba mengingat mengapa ia berada di sini, tapi setelah itu kepalanya benar-benar terasa sakit seperti akan pecah. "Aaaaaa!" pekiknya sambil memegangi kepala yang berbalut perban. "Astaga Mbak Alya!?" Seorang perempuan membuka pintu ruang rawat, terkejut karena mendengar teriakan. Perempuan itu bergegas memanggil dokter dan suster. Mereka segera memeriksa wanita yang bernama Alya tersebut. "Bagaimana kondisi kakak saya, Dok?" "Syukurlah kondisinya membaik, tapi masih harus dipantau. Apalagi cedera kepala yang ia alami cukup parah. Bisa jadi beberapa memorinya hilang." "Jadi, Mbak Alya bisa saja mengalami amnesia?" "Nanti kami akan pastikan lagi. Untuk sekarang Mbak Anna benar-benar harus memperhatikan kondisi Mbak Alya." Perempuan yang diketahui bernama Anna itu mengangguk. Anna menatap Alya yang sedang terlelap. Dia belum sempat berbicara dengan Alya. Tadi, setelah diberi obat, Alya langsung tertidur. "Cepat sembuh ya Mbak Alya, kasihan anak-anak," gumam Anna. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Halo Bi, Triplet sedang apa?" "..." "Mbak Alya sudah sadar, doakan ya Bi biar Mbak Alya bisa cepat pulang." "..." Begitulah kiranya percakapan Anna dengan seseorang yang ia panggil bibi. Sekitar pukul sembilan malam Alya kembali terbangun dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dia melihat Anna tertidur di sofa. Alya sama sekali tak mengenal Anna. Dia ingat perempuan itu sangat panik melihatnya kesakitan dan segera memanggil dokter. Awalnya Alya ingin tahu siapa perempuan itu, tapi karena pengaruh obat dirinya langsung tertidur. "Mbak," panggil Alya. Kerongkongannya kering, ingin minum, tapi susah untuk menjangkau. "Mbak ...." Alya masih mencoba membangunkan Anna. Perempuan itu bangun setelah panggilan kedua. "Mbak Alya sudah bangun, mau apa?" "Haus, Mbak." Anna segera mengambilkan minum untuk Alya. Sebenarnya dia merasa sedikit aneh karena Alya memanggilnya mbak. "Maaf, tapi Mbak siapa ya?" Sejujurnya Alya tidak enak bertanya seperti itu, tapi ia benar tak ingat perempuan yang duduk di samping ranjang pasiennya itu siapa. "Mbak Alya enggak ingat aku?" Alya mengangguk. Anna menghela nafas berat, benar seperti yang dikatakan dokter. Namun, kalau Alya tidak ingat Anna apakah perempuan itu akan ingat ketiga putrinya. "Mbak Alya pernah bilang ke aku kalau aku sudah dianggap adik. Namaku Anna Khalisa. Mbak bisa panggil Anna saja karena aku lebih muda dari Mbak Alya." Usia Anna tiga tahun di bawah Alya. "Adik!? Wah senangnya, Anna kenal Mbak di mana?" Mengingat bahwa dia tak punya saudara, Alya merasa senang ada seseorang yang ia anggap adik. "Aku kenal Mbak sudah setahun lebih. Saat itu Mbak kerja jadi pelayan di kafe dan pingsan karena kelelahan, aku pengunjung di kafe itu, lalu aku segera bawa Mbak ke rumah sakit." "Terima kasih ya Ann, tapi aku benar-benar tidak ingat. Eh, berarti aku nggak ingat selama itu. Terakhir aku ingat saat pelatihan jadi TKW Singapura." "Aaaaaw!" Alya meringis ketika berusaha mengingat kembali. Anna tampak panik dan segera memanggil dokter dan suster. Setelah diperiksa, Alya sudah mulai membaik. Alya mengalami amnesia, perempuan itu tidak mengingat kejadian selama dua tahun sebelum kecelakaan. Dokter mengatakan ingatan itu bisa kembali seiring berjalannya waktu. Namun, untuk sekarang jangan terlalu memaksakan, melihat kondisi Alya yang akan kesakitan setiap kali mencoba mengingat. "Tadi kudengar, kata dokter aku mengalami cedera kepala cukup parah. Itu kenapa ya, Ann?" Alya kembali berbincang dengan Anna setelah dokter dan suster keluar. Anna terdiam dia takut jika Alya mendengar ceritanya, wanita itu berusaha kembali mengingat, lalu kembali kesakitan. "Tidak apa-apa kok, aku cuma mau dengar ceritanya." Alya tetap memaksa karena penasaran. Dia yakin Anna tidak akan membohonginya. Meski tak mengingat hubungan mereka, tapi Alya bisa melihat perhatian dan kekhawatiran Anna yang tulus kepadanya. "Mbak Alya kecelakaan, korban tabrak lari." Alya mengangguk mendengar jawaban itu. "Aku sekarang tinggal di mana? Kerja di mana? Apa aku masih kerja di kafe yang pertama kali kita ketemu?" Pertanyaan bertubi-tubi Alya lontarkan. "Mbak Alya tinggal di kontrakanku dan sudah lama tidak kerja di kafe itu—" Anna ingin memberitahukan tentang putri-putri Alya, tapi ia takut Alya syok dan tak percaya. "Anna, bicarakan saja. Aku tahu kamu mau mengungkapkan sesuatu. Aku merasa tidak apa-apa." Alya memang polos, tapi ia orang yang sangat peka. "Ini hal yang mungkin mengejutkan, tapi sebenarnya Mbak Alya sudah punya tiga orang putri." "Apa!?" Keterkejutan Alya tak tertahan, bagaimana dia bisa melahirkan tiga orang putri selama dua tahun. Terus suaminya siapa? *** Pagi hari yang cerah, sejak tadi Alya sudah bangun. Ia sedang tersenyum menonton video yang ditunjukkan oleh Anna tadi malam. Di video itu terlihat tiga bayi cantik yang merupakan putrinya. Putri kandung seorang Alya Fazila. Tentu mereka kembar. Alya tak pernah terbayang mendapatkan tiga putri sekaligus setelah ia membuka mata. Alya koma selama 2 bulan dan ingatannya 2 tahun ke belakang menghilang. Bayinya sekarang sudah berusia 8 bulan, begitu menggemaskan hingga Alya ingin cepat bertemu. Awalnya Alya tentu tidak percaya, tapi setelah melihat video putri-putrinya saja ada rasa rindu dalam hatinya yang tak terlukiskan. Belum lagi Anna memperlihatkan foto-foto Alya saat sedang hamil besar ataupun video saat dia memilih nama untuk ketiga putrinya. Mereka diberi nama Viona Azahra, Vela Azaira, Vanya Azalia. Tentu Alya menanyakan siapa suami dan ayah dari bayinya. Namun, Anna pun tidak tahu. Anna mengatakan kalau Alya pernah cerita, sangat mencintai ayah dari anak-anaknya, tapi Alya tak mau meminta pertanggungjawaban. Hal yang Alya sesalkan dia sepertinya hamil di luar nikah, tapi dia tidak mau mencoba mengingat karena takut kepalanya sakit, ia ingin cepat sembuh dan pulang, lalu bertemu dengan Viona, Vela, dan Vanya. *** Singapore 12.00 PM Aarash, istri, dan anak-anaknya sedang membereskan barang-barang untuk pindah ke Indonesia. Mereka terusir dari mansion milik Aarash sendiri dan yang paling parah keluarga itu diusir oleh adik kembar Aarash yang bernama Aariz. Pria itu bersama dengan putra-putranya menipu Aarash sekeluarga, hingga mansion Aarash pun sekarang sudah dimiliki Aariz sekeluarga. "Sayang, kita bisa memulai hidup baru di Jakarta tempat kelahiranku. Sudah jangan sedih ya." Shopia, istri dari Aarash mencoba menenangkan suaminya. Aarash memeluk erat sang istri dengan mata berkaca-kaca. Aarash kehilangan segalanya, semua aset yang ia miliki, warisan dari mendiang sang ayah, bahkan mansion impiannya dan Shopia tak bisa lagi dipertahankan. Namun, yang membuat pria paruh baya itu sangat sedih adalah pengkhianatan sang adik. Aarash juga tidak bisa lagi mengelola perusahaan yang diamanahkan kepadanya oleh sang ayah. Nasi sudah menjadi bubur karena kepercayaan yang berlebih terhadap Aariz membuat Aarash kehilangan harta bendanya. Aarash tahu Aariz terkena hasutan istri adiknya itu yang bernama Rihana. Apalagi keluarga Rihana terkenal dengan ketamakan. Kedua putra Aariz yang bernama Dean dan Julian juga bertindak licik seperti musuh dalam selimut. Mereka yang dianggap baik ternyata penuh tipu muslihat. Pemandangan Aarash dan Shopia yang sedang berpelukan tak luput dari penglihatan kedua putra mereka, Gema dan Gion. Keduanya ingin sekali balas dendam, tapi Aarash dan Shopia mengingatkan bahwa banyak efek negatif dari dendam yang bisa menggerogoti hati. Biarkanlah orang yang berbuat jahat mendapat balasan dengan sendirinya. Lebih baik mereka memulai lembaran baru. Begitulah perkataan kedua orang tuanya yang diingat oleh Gema dan Gion. Maka dari itu, keempatnya memutuskan untuk pindah ke Jakarta, tempat kelahiran Shopia. *** Setelah berjam-jam perjalanan, keluarga Aarash sampai di Jakarta, tepatnya di sebuah rumah yang terletak di kawasan Senayan, Jakarta Selatan. Rumah dua lantai cukup besar, meski masih jauh dari mansion mereka dulu. "Terima kasih ya Nak kamu sudah beli rumah ini untuk kita. Ayah tidak punya apa-apa lagi sekarang." Aarash menepuk pundak Gema, putra sulungnya. Dia bersyukur memiliki istri dan dua putra yang setia, selalu ada di saat masa bahagia dan terpuruknya. Gema membeli rumah ini dari hasil penyewaan beberapa vilanya di puncak Bogor. Keluarga Aariz tidak pernah tahu bahwa Gema memiliki beberapa vila di Indonesia. Aariz mengira keluarga kakak kembarnya akan menumpang tinggal dengan adik Shopia yang bernama Rizky karena keluarga Aarash sudah tak punya apa-apa lagi untuk sekedar menyewa tempat tinggal apalagi membeli rumah. Tidak terpikir olehnya, Gema masih punya tabungan yang cukup. "Nak, ini sepertinya terlalu besar untuk kita." Shopia melihat sekeliling rumah. Ada tiga kamar tidur di lantai bawah termasuk satu kamar tidur untuk ART di dekat dapur, lalu tiga kamar tidur di lantai dua. Bahkan ada kolam renang dan taman cukup luas. Shopia berpikir seharusnya membeli rumah yang lebih kecil dari ini, mengingat mereka harus hidup hemat. "Tidak apa-apa, Bun, rumah ini rekomendasi dari Om Rizky. Tabunganku juga masih lumayan banyak." Gema tersenyum menenangkan. Setelahnya mereka ke kamar masing-masing untuk membereskan barang-barang yang mereka bawa. Rumah tempat tinggal mereka sekarang memang sudah lengkap dengan properti karena Rizky telah membantu untuk membelinya, begitu juga ada satu orang ART. Ada pula satu mobil di bagasi yang Gema beli dari Rizky. Omnya itu punya showroom mobil, jadi transaksi lebih mudah. Hanya Rizky, keluarga yang mereka andalkan dan percaya di Jakarta. Saat membereskan barang di kamarnya, Gema mengambil buku yang di dalamnya ada sebuah surat. Gema membuka kembali surat itu. Dear Tuan Gema Maaf, hanya kata itu yang bisa saya sampaikan, tapi mungkin dengan beribu maaf pun akan susah untuk memaafkan saya. Andai ada cara memperbaiki kesalahan, saya pasti akan saya lakukan. Tuan Gema, saya memang bodoh, tapi saya mengatakan yang sejujurnya, Tuan Dean dan Tuan Julian yang telah membohongi saya. Mereka berdualah watak dari semua ini. Tuan, hari itu saya telah menjelaskan kepada Nona Yasmin yang sebenarnya, tapi beliau tidak percaya. Saya tidak tahu harus berbuat apalagi untuk meyakinkannya. Saya berharap Nona Yasmin bisa kembali pada Tuan Gema. Saya juga berharap Tuan Gema sekeluarga selalu bahagia. Berhati-hatilah dengan Tuan Dean, Tuan Julian beserta keluarga mereka. Akhir kata saya minta maaf karena tak tahu diri mencintai Tuan Gema. Semoga suatu saat Tuan Gema bisa memaafkan saya. Saya pamit. Dari pembantumu yang bodoh Alya Fazila "Alya ternyata kamu benar, sepupu-sepupuku orang yang licik dan akhirnya keluarga kami juga dibodohi. Harusnya dulu aku percaya dengan suratmu ini, tapi aku masih belum bisa memaafkan tindakan bodohmu yang menghancurkanku. Entah suatu saat nanti mungkin aku bisa memaafkanmu," gumam Gema. Tiba-tiba pria itu terbayang peristiwa malam sebelum Alya memutuskan pergi. Gema menggeleng cepat. Ada rasa sesal dalam hatinya, tapi kebenciannya terhadap Alya masih belum padam. Sedangkan di kamar lain, Gion sedang meng-apply lamaran kerja sebagai dosen ke beberapa universitas di Jakarta. Prioritasnya adalah yang dekat dari tempat tinggalnya sekarang. Sebenarnya Gion tidak tahu detail apa yang terjadi, mengapa ayah dan abangnya bisa ditipu oleh keluarga Aariz. Saat itu Gion sedang melanjutkan pendidikan pascasarjananya di University College London (UCL). Awalnya ia mengincar menjadi dosen di Singapore Management University (SMU), kampusnya dulu saat menempuh pendidikan sarjana. Bahkan Gion sudah ditawari menjadi dosen di fakultas ekonomi, tapi terpaksa ia menolak tawaran itu. Gion ingin tinggal bersama keluarganya apalagi saat ini ayah dan bundanya tampak sangat terpukul dan butuh dukungan. Meski Gion sebagai anak terlihat cuek, tapi dia juga bisa merasakan sakit ketika kedua orang tua dan abangnya dikhianati seperti ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook