bc

Bukan Nikah Biasa

book_age16+
9.5K
FOLLOW
78.1K
READ
love-triangle
possessive
family
arranged marriage
arrogant
powerful
independent
drama
sweet
selfish
like
intro-logo
Blurb

Klik love-nya dulu teman teman sebelum baca :)

Kejadian tidak terduga karena kecerobohannya membuat Agatha Linka harus berurusan dengan Andra Ghani dan berhutang padanya. Alih-alih hutang lunas, Agatha malah masuk ke masalah baru dimana ia harus menikah dengan pria angkuh atas paksaan ayah Andra karena kecerobohannya lagi. Jika bisa, rasanya Agatha ingin hilang dari bumi ini dari pada menikah dengan Andra karena ia yakin menikah dengan Andra sama halnya ia menyiksa dirinya secara perlahan hingga akhirnya habis termakan oleh si angkuh Andra. Tidak hanya berhenti disitu, Agatha harus menerima kalau ternyata Andra masih berhubungan dengan mantan kekasihnya yang kini menjadi selingkuhannya.

chap-preview
Free preview
Hari Sial
Pagi ini Agatha tidak seperti biasanya. Jika biasanya ia akan menyetir sembari bersenandung dengan kepala yang bergerak mengikuti irama, hari ini ia mengendarai mobil sedan pinjaman dari kantornya dengan laju sembari sesekali melirik jam di tangannya untuk memastikan bahwa ia masih memiliki waktu untuk datang tepat waktu dan menghadiri rapat hari ini. Agatha menyesali mengapa kemarin malam ia mengikuti hasratnya dengan menghabiskan 6 episode drama korea yang sedang ia ikuti, jadi seperti inilah akibatnya, ia jadi terlambat bangun dan pergi ke kantor dengan terburu-buru. Harusnya ia memarahi Jiny, karena ia yang merokemndasikan drama itu dan memaksanya terus untuk menonton dan membuatnya tanpa sadar jadi ketagihan. "Aduh nampus gue, bentar lagi jam 8 lagi, bisa abis gue diomelin bos. Telat 5 menit, pasti gue diomelinnya 5 hari 5 malam," kata Agatha cemas sambil terus melajukan mobilnya. Beda halnya dengan gadis itu, seorang pria menggunakan jas hitam dengan kemeja biru dongker dilengkapi dengan kacamata hitam dan dasi yg sangat rapi melajukan Bugatti Chiro-nya  dengan santai sambil menyetel lagu penyanyi barat kesukaannya. Kepalanya terlihat mengangguk-angguk mengikuti irama lagu. Sesekali mata bulat tajam dengan bola mata hitam sempurna miliknya melihat kearah spion memastikan untuk tetap di jalannya. Kembali lagi pada Agatha yg masih terburu-buru menyetir mobilnya, namun tiba-tiba Agatha menginjak rem mendadak karna ada kucing di depannya yang tiba-tiba saja melintas membuat nafas Agatha naik turun karena kaget namun untung saja masih tepat waktu hingga tidak membuat kucing itu tertabrak olehnya. Tidak bertahan lama karena Agatha kembali terkejut karena ada suara yg berbeda selain suara rem yang berdecit dari ban mobil Agatha, seperti suara benturan di belakang mobilnya. Agatha menoleh ke arah belakang, benar saja, ada orang yg menabrak mobilnya dari belakang, hal ini dipastikan karna Agatha yg mengerem mendadak. "Aduh,mati gue, mobil siapa itu," kata Agatha panik sambil melihat ke arah belakang. Yang benar saja, gara-gara dia rem mendadak ada sebuah mobil sport merah menabrak mobilnya dari belakang. Sang pemilik mobil itu keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah pintu mobil Agatha. Agatha sudah terlihat pucat pasi. Ia melihat kesekeliling, tidak ada tanda orang-orang yang akan membantu menengahinya nanti. Orang itu mengetuk-ngetuk kaca mobil Agatha, dengan rasa takut yang masih membaluti dirinya, Agatha memberanikan diri untuk membuka pintu mobilnya dan keluar dari mobilnya. "Eh Mas, aduk maaf banget ya, saya benar-benar gak sengaja, tadi itu ada kucing, terus saya ngerem mendadak deh, gak taunya ada mobil Mas di belakang," jelas Agatha terbata-bata. Tanpa berbicara apapun orang itu menarik Agatha menuju belakang mobilnya. "Lo liat nih, mobil gue lecet gara-gara lo. Lo bisa bawa mobil gak sih?" Omel orang itu. Benar saja, mobil mewahnya lecet-lecet di bagian depan karna bertabrakan dengan mobil Agatha. "Aduh, maaf deh, saya benar-benar gak sengaja. Saya ganti deh ya," kata Agatha merasa bersalah. Orang itu tersenyum simpul lebih tepatnya tersenyum mengejek menatap Agatha. Ditatapnya Agatha dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan tatapan menilai membuat Agatha bergerak tidak nyaman. Meskipun menggunakan kacamata hitam, Agatha bisa merasakan tatapan intimidasi darinya. "Lo yakin mampu bayar? Dari tampangnya sih lo gak bakal mampu," kata orang itu meremehkan Agatha bahkan ia tertawa kecil. Agatha menatap tajam mendengar ucapan orang itu. Ternyata zaman sekarang masih ada orang yang terang-terangan merendahkan orang lain. "Gaji masih UMR aja, gak usah sok-sok mau ganti deh." "Eh biasa aja dong, lo kira gue gak mampu apa. Bilang aja gue harus ganti berapa," kata Agatha tak terima diremehkan. "100 juta". "Haaa? 100 juta. Yang bener aja lo, lecetnya cuma segede emping aja masa 100 juta," jawab Agatha tak percaya. "Nah benar kan lo gak mampu, wajarlah, mobil gue mobil mahal, mobil lo aja nih ya gue rasa cuma satu seharga ban mobil gue," balas orang itu sambil tersenyum sinis. "Sengak banget ya gaya lo, oke gue bakal bayar. Tapi sekarang gue gak ada waktu buat ladenin lo karna gue buru-buru," kata Agatha. "Lo gue kasih waktu 1 minggu buat bayar. Sekarang gue minta KTP lo sebagai jaminan kalau lo gak bakal kabur," balas orang itu. "KTP? Gak ada! Gue gak bakal kabur," tolak Agatha. "Lo pikir gue bakal percaya? Buruan!" Dengan terpaksa Agatha memberikan KTP-nya. Ia tidak ada pilihan lain agar masalah ini cepat selesai dan ia bisa segera pergi. "Nih kartu nama gue," orang itupun menyodorkan kartu namanya pada Agatha. Agatha menatap tajam orang itu kemudain mengambil kartu nama miliknya. "Pantes aja sombong banget , jadi dia CEO Ghanza Company, " batin Agatha membaca nama Andra Ghani di kartu nama itu serta Ghanza Company sebagai nama perusahaannya. Ya,siapa yg tak kenal perusahaan itu, tentu saja Agatha juga tau. "Yaudah deh, maaf gue buru-buru," kata Agatha lalu berlalu dari Andra dengan mobilnya. "Kayaknya seru juga main-main sama orang susah," gumam Andra sambil tersenyum simpul menatap kepergian Agatha. *** Setelah beberapa saat, Agatha pun sampai di kantornya. Seperti dugaan Agatha sebelumnya, tentu saja ia harus mendengar ceramahan sang bos terlebih dahulu. Ceramahan bosnya hari ini lebih panjang dari pada pidato Jokowi saat dilantik menjadi presiden apalagi karena Agatha jadi tidak ikut rapat. Alhasil Agatha diberi tugas tambahan yang bukan termasuk dalam tugasnya bulan ini untuk besok. Besok ia harus mewawancarai seorang CEO atas pencapaiannya di bidang bisnis untuk diterbitkan di media cetak perusahaannya bulan ini. Sudah tiga tahun belakangan ini Agatha bekerja di perusahaan media sebagai wartawan. Selain menulis berita, Agatha juga sering turun langsung untuk mewawancarai narasumbernya. Setelah sang bos selesai berceramah, Agatha langsung bergegas kemeja kerjanya untuk mengerjakan tugasnya yg sudah banyak menumpuk. "Tumben bener lo telat," ucap Jiny sambil menyudu kopinya. "Ini semua gara-gara lo! drama korea yang lo rekomendasiin itu racun banget." Jiny terkekeh mendengar penuturan sahabat sekaligus rekan kerjanya itu. "Asal lo tau ya Jin, hari ini gue siaaallllll banget" kata Agatha kesal kesal. "Bisa gak, singkat nama gue jadi Ny aja? kalau Jin kesannya gue keluar dari botol," protes Jiny membuat Agatha tertawa, namun sesaat kemudian ia kembali serius mengingat masalahnya sangat besar saat ini. "Sial kenapa?" Tanya Jiny. "Tadi di jalan gue hampir nabrak kucing, ternyata di belakang gue ada mobil, alhasil tu mobil nubruk mobil gue, terus yang punya minta ganti rugi," jelas Jiny. "Terus?" Tanya Jiny lagi santai sambil meyudu kopinya kembali. "Dia minta ganti rugi 100 juta" kata Agatha lirih. "Apaa????" Jiny yg terkejut menyemburkan kopi yang berada di mulutnya tadi di hadapan Agatha. "Jiny...."pekik Agatha. "Eh maaf-maaf, buset 100 juta. Banyak bener, dapet uang dari mana lo?" kata Jiny yg masih kaget. "Gue juga gak tau, gimana dong? Gak mungkin kan gue minta ke orang tua gue. Seharusnya sekarang itu gue yg bantuin mereka, bukan mereka yg bantuin gue," kata Agatha yang tampaknya sudah amat sedih sekarang. "Gue punya ide, gimana kalau lo nego deh sama tu orang, minta turunin harga dikit, gue sih punya tabungan, gak banyak sih,tapi ntar lo pakai dulu aja yang penting lo nego dulu deh. 100 juta itu kebanyakan banget soalnya, pasti lo dikerjain deh," saran Jiny. Agatha tampak berfikir sesaat kemudian mengeluarkan kartu nama yang tadi ia dapat. Saat sedang menimbang apakah ia harus benar-benar menghubungi orang itu atau tidak, tiba-tiba saja Agatha teringat bahwa besok ia harus mewawancarai CEO dari Ghanza Company, bagaimana bisa ia lupa bahwa orang itu adalah orang yang sama dengan yang ia temui besok pagi. Akhirnya Agatha memutuskan untuk membicaraakan hal ini besok saja saat ia bertemu dengan Andra. *** Agatha duduk dengan gelisah di ruang tunggu yang sudah disediakan untuknya. Sudah hampir satu jam lamanya ia menunggu, namun belum ada kabar kapan ia akan bisa menemui sang CEO untuk diwawancarai, sepertinya ia benar-benar sangat sibuk. Pandangan Agatha menatap ke sekelilingnya, sesekali terlihat para karyawan berlalu lalang. Ia menatap takjub pada desain kantor ini, benar-benar beda dengan kantornya. Melihat kantor ini seperti kantor-kantor di luar negri, aromanya pun sangat sedap entah pewangi ruangan apa yang mereka pakai saat ini.  Selain menghafal pertanyaan-pertanyaan apa saja yang akan ia lontarkan nantinya, Agatha juga sudah menyiapkan kalimat untuk membicarakan masalah kemarin pada Andra. Ia benar-benar berharap Andra akan mengerti tentang kedaannya. Bahkan jika dengan sedikit memohon, Agatha pun tidak akan masalahnya, pasalnya sekarang tabungannya benar-benar sangat menipis dan tidak memungkinkan ia bisa membayarnya apalagi dalam waktu satu minggu. "Ibu Agatha, pak Andra sudah ada di ruangannya, mari saya antarkan," ucap seorang wanita mendatangi Agatha. Agatha mengangguk sembari tersenyum kemudian langsung bangkit dari duduknya. Matanya mengedar mencari Tomi, rekan kerjanya yang bertugas dengannya hari ini untuk merekam yang tadi pamit untuk buang air kecil. Tepat waktu, Tomi datang bergabung dengan mereka. Agatha dan Tomi pun mengikuti wanita itu untuk menuju ruangan CEO yang sudah bisa dipastikan berada di bagian atas gedung yang tingga menjulang ini. *** Andra membolak-balikkan berkas di tangannya sambil sesekali dahinya berkerinyit melihat ada beberapa kesalahan yang langsung ia coret dengan pena yang juga ia pegang. Aktivitasnya terhenti saat pintu ruang kerjanya diketuk. "Masuk." Pintupun terbuka memperlihatkan Yuni, sekretarisnya yang masuk diikuti duo orang di belakangnya yang Andra yakini adalah orang utusan dari CMM Media untuk mewawancarainya hari ini.  "Permisi Pak, ini wartawan yang mau mewawancarai Bapak," ucap Yuni. "Baik, kamu bisa keluar sekarang," balas Andra. Andra bangkit dari kursi kejayaannya menuju sofa yang berada di ruangannya. "Silahkan duduk," ucap Andra mempersilahkan. Beberapa saat Andra menatap salah satu dari mereka cukup lama dengan tatapan penyelidik, lebih tepatnya menatap sang wanita karena merasa tidak asing atau pernah melihatnya sebelumnya.  "Baik Pak, terima kasih untuk waktunya sebelumnya. Apa kita bisa mulai wawancaranya?" tanya wanita itu.  "Bisa, saya hanya punya waktu 7 menit," ucap Andra membuat keduanya membulatkan mata tidak menyangka bahwa waktunya begitu singkat. Memang tadi Yuni sudah mengingatkan bahwa Andra tidak punya banyak waktu, makanya ia tidak mau berbasa-basi. Sesi wawancarapun dimulai. Andra tampak tenang menjawab setiap pertanyaan yang ia dapatkan karena ini memang bukan pertama kali untuknya. Tapi disini sang wartawan yang tampak agak gugup apalagi sesekali Andra menjawab sembari menatapnya dengan tatapan yang membuatnya merasa terintimidasi. Andra memang seperti sosok CEO yang sering digambarkan di drama-drama maupun di kisah novel dengan perawakan tinggi tegap, wajah tampan agak ke arah timur tengah, ah memang sangat tampan.  "Terima kasih Pak untuk waktunya," ucap Tomi menyudahi sesi wawancara kali ini setelah sudah mendapatkan semua informasi yang mereka butuhkan. Andra tampak tersenyum kecil sangat kecil hingga hampir tidak terlihat kemudian mengangguk dan bangkit dari duduknya menyambut uluran tangan Tomi. "Pak, apa saya boleh minta sedikit waktunya?" "Apa belum cukup?" "Hmmmm... ada hal lain yang harus saya sampaikan, mengenai kecelakaan kita kemarin." Mulut Andra agak sedikit terbuka saat baru menyadari bahwa gadis ini adalah orang yang menyebabkan mobilnya lecet kemarin. "Kamu bisa keluar duluan," ucap Andra pada Tomi yang dibalas Tomi dengan anggukan kemudian berlalu keluar meskipun sebenarnya bingung urusan apa antara Agatha dan Andra, ah ia akan menanyakannya nanti saat Agatha keluar. "Jadi udah bisa bayar sekarang?" tanya Andra. "Jadi gini Pak, saya mau minta kelonggaran sedikit dari Bapak karena 100 juta itu banyak banget padahal lecetnya cuma sedikit. Atau Bapak kasih saya kelonggaran waktu dan saya bisa cicil." "Saya gak pernah menarik ucapan saya sekalipun, jadi ketentuan tetap ketentuan. Kalau kamu gak bisa bayar, saya bisa bawa kasus ini dan mungkin saya bisa sedikit angkat bicara biar nama kamu ada di terbitan bulan depan sebagai berita utama." Agatha membulatkan matanya tidak percaya. Bukannya meringankan masalahnya, sepertinya masalahnya akan semakin bertambah. Andra ternyata lebih angkuh dari yang ia pikirkan. Kepala Agatha rasanya ingin pecah memikirkan bagaimana nasibnya kini. "Lo gak punya rasa iba apa? lo mah enak mobil lecet bisa diganti baru, ngertiin juga dong kondisi orang lain. Gak semua orang hidupnya enak kayak lo!" habis sudah kesabaran Agatha untuk berbicara sopan kepada orang di hadapannya ini. "Waktu kamu tinggal 6 hari lagi, besok saya akan kirimkan tagihannya karena hari ini mobil itu akan saya perbaiki. Mungkin bisa lebih dari kesepakatan awal," ucap Andra tenang kemudian berlalu duduk di kursi kerjanya. Agatha menatap Andra geram. Tanpa mengucapkan apapun ia langsung bergegas pergi dari ruangan Andra. Andra terkekeh melihat kepergian gadis itu yang penuh dengan emosi, ternyata cukup menyenangkan.     

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The crazy handsome

read
465.3K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.8K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.4K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook