bc

Tatjana (On Going)

book_age16+
1.1K
FOLLOW
14.7K
READ
family
love after marriage
fated
friends to lovers
pregnant
badboy
student
bxg
highschool
friendship
like
intro-logo
Blurb

Tatjana (read; Tatiana)

Tatjana atau yang biasa dipanggil Tiana bukanlah gadis dari keluarga kaya. Ia memiliki teman sekaligus kakak kelasnya yang bernama Balaram Yamadipati karena lelaki itu tidak suka kalau Tiana selalu dibully oleh teman seangkatannya.

Hubungannya sangat baik, bahkan Yama sering sekali mengajak Tiana bermain ke rumahnya dikala ia bosan. Bercerita sambil tertawa bukanlah hal asing bagi mereka berdua. Yama yang sering bercerita tentang sahabatnya dan juga pacar tentunya, membuat Tiana dengan sukarela mendengarkan apa yang dibicarakan oleh pria itu.

Sampai suatu ketika, dikala hasrat membara sepasang remaja itu membakar diri mereka masing-masing. Saat itu pula masa depan yang diimpikan Tiana hancur dalam sekejap. Demi Tuhan, dirinya bahkan masih berusia 16 tahun.

[PERHATIAN! JANGAN TIRU KELAKUAN BURUK KARAKTER YANG ADA DICERITA! AMBILAH YANG MENURUT KALIAN BAIK SAJA!]

BAB 44{2} dan 59b INTERMEZZO SILAHKAN DISKIP SAJA, TERIMA KASIHH

Cover credit by ~pinterest and canva~

•20, Mei 2020 | hazelnutchocomilktea•

chap-preview
Free preview
Bab 1
Sekelompok siswa yang terkenal sangat bandel di SMA ADIPATI sedang duduk di kantin sambil memakan semangkuk bakso dan juga segelas es teh manis. Baju yang berantakan, tidak pernah memakai dasi, selalu melupakan gesper, dan tentu saja rambut yang tegak berdiri seperti jambul karena selalu memakai pomade adalah ciri khas dari mereka berempat.  Uhh ... jangan ditanya. Mereka semua adalah cowo-cowo yang terlalu pede menganggap dirinya tampan, padahalmah biasa aja. Hanya famous karena kelakuannya yang sering bolos dan surat peringatan datang setiap bulannya.  Siswi di SMA ADIPATI sangat menginginkan mereka berempat untuk menjadi pacar, mungkin sebagian karena suka, tapi sebagian lagi hanya karena ingin panjat istilah zaman sekarang. Karena dengan menjadi pacar mereka, otomatis cewek itu pasti akan dikenal oleh murid lainnya. Followers ** pun bertambah karena banyak yang penasaran tentu saja. Lalu datanglah dua orang siswi dengan seragam super lengkap berjalan menuju kantin, dan tatapan empat cowo itu tidak pernah berpaling dari seorang siswi dengan rambut sepunggung yang dikuncir kuda. Wajah yang polos tanpa make-up tidak melunturkan kecantikan yang dimilikinya. "Yam! Yama! Tiana, Yam!" ucap salah satu cowo itu sambil menyenggol tangan Yama yang sedang bermain ponsel. "Kenapa sih, Brar? Biarin aja, mau jajan kali dia," ucap Yama dengan mata yang tidak teralihkan dari ponselnya. "Sumpah demi apapun, tuh bocah kenapa makin hari makin manis aja ya, kek sirup marjan," celetuk temannya yang bername tag Dirga. "Eh Yam, liat itu! Devi sama temennya ngejegat si Tiana, gila tuh cewek!" ucap sahabatnya yang bernama Farid. Mau tidak mau Yama menoleh, dan mendapati Tiana yang sedang menunduk sedangkan geng Devi yang tertawa keras sambil mengucapkan kata-k********r. Yama mengepalkan tangannya dengan rahang yang mengeras. Dengan cepat, lelaki itu bangun dan berjalan mendekati mereka. Ketiga sahabatnya hanya bisa tersenyum penuh arti melihat kelakuan Yama. Yama sampai di sebelah Tiana, gadis itu mendongak melihat lelaki yang tinggi itu dengan senyuman kecilnya. "Kak Yama.." ucapnya pelan. "Ck, Depi, Depi, gak puas ya lo! Udah berapa kali gue bilang! Jangan ganggu Tiana lagi! Kenapa lo gak bisa dengerin kata-kata gue! Mau gue kasih pelajaran lo?!" tantang Yama dengan nada sinisnya. Seketika bau rokok mulai membaur dengan udara. Tiana tersenyum kecil, kebiasaan Yama yang tidak pernah lepas dari rokok. "Lo dapet apa sih dari nih bocah?! Kenapa sampai lo belain gini, Yam?! Dia tuh bocah kampung! Gak tau diri pake sekolah di sini! Lu tuh gak pantes buat gabung sama kita!" ucap Devi sambil mendorong bahu Tiana dengan tangan kirinya, sehingga gadis itu terjengkang sedikit. Teman Tiana yang berkepang dua langsung menopang punggung Tiana agar tidak terjatuh. "Kamu gakpapa?" "Gakpapa, Lis, makasih ya," ucap Tiana sambil tersenyum. Yama semakin geram. Ia hampir saja melayangkan bogem mentahnya jika tidak ada tangan Tiana yang menghalanginya. "Udah Kak, udah gakpapa." "Lo diem aja digituin Na?! Untung lo cewe Dev! Kalau bukan, habis lo ditangan gue!" Para siswa dan siswi yang melihat keributan itu langsung mengerubungi mereka. Berbisik-bisik membicarakan kejadian yang tengah mereka lihat. "Aduh, Yama.. lo itu manis banget sih! Daripada deket-deket sama tuh bocah kampung, mendingan jadian aja sama gue," tawar Devi dengan salah satu alis yang terangkat. "Daripada gue sama lo! Mending gue jomblo seumur hidup, daripada hidup sama nenek lampir macem lo!" Yama menunjuk Devi dengan telunjuknya. Sedangkan Devi sudah beberapa kali mengucapkan sumpah serapahnya untuk Yama. Lelaki itu kini menatap sekeliling yang sudah dikerubungi siswa-siswi. "Lu pada ngapain masih di sini?! Drama udah selesai! Pergi lu semua!" ucap Yama kesal. Lalu lelaki itu menatap Tiana yang hanya diam di sebelahnya. "Na, please.. kalau lu diapa-apain lagi sama si Devi itu! Jangan diem aja, lawan Na!"  Tiana menggeleng pelan. "Tiana gak bisa Kak, dia itu kakak kelas, kelas 12 lagi, Tiana cuma anak kelas 10," jawabnya pelan. Yama menghela napasnya, lelaki itu memegang pundak Tiana dengan erat. "Kalau lu gak bisa ngelawan, jangan sungkan buat bilang gue ya, Na?" Tiana hanya bisa mengangguk dengan cepat, setelah Yama melepaskan tangannya dari bahunya, buru-buru Tiana mengajak Elis—temannya—untuk pergi menjauh. Yama menatap kepergian Tiana dalam diam, lalu ia kembali lagi bergabung dengan Abrar, Farid dan juga Dirga. Ketiga sahabatnya itu kini menatapnya dengan tatapan kagum. "Lu berdua itu cocok ya, kek pacar," celetuk Dirga yang langsung mendapat toyoran dari Abrar. "Yama kan udah ada cewek, Tiana mah buat gue lah," jawab Abrar. "Tapi sumpah Yam, lu emang ada hubungan apa sih sama Tiana? Kenapa sampai segitunya lu ngebelain dia?" tanya Farid penasaran. Karena semenjak 2 bulan lalu penerimaan siswa baru kelas 10, Yama jadi semakin dekat dengan gadis itu. "Gue jadi inget adik gue, Rid, mungkin karena Tiana yang sering dibully sama Devi and the gang itu, gue ngerasa pengen aja ngelindungin dia," ucap Yama sambil menyesap es tehnya. "Terlepas itu semua, lo pasti gak menampik kalau Tiana itu super manis, ya kan?" tebak Abrar sambil mengangkat satu alisnya menggoda Yama. Dan langsung mendapat toyoran dari lelaki itu. ••••• Yama mengendarai sepeda motornya keluar gerbang sekolah, matanya melihat Tiana yang sedang mengobrol dengan teman satu-satunya yaitu Elis sambil tertawa seru. Yama mendekatkan motornya hingga berhenti di depan Tiana. "Naik, Na!"  "Eh, gak usah Kak, Tiana naik angkot aja sama Elis," ucap Tiana kikuk. "Elah, jangan malu gitu, mumpung bensin masih banyak ini, lu mau gue anterin sampe Jakarta ayolah," ucap Yama sambil membuka helmnya. Tiana masih menggeleng. "Gak usah Kak, naik angkot aja," sekarang Tiana merasa risih, karena banyak anak-anak yang melihatnya secara terang-terangan. "Naik, Na! Atau gue gak bakal kasih lo jalan buat pulang," ucap Yama tak terbantahkan. Tiana hanya bisa menurut, ia meminta maaf kepada Elis karena tidak bisa pulang bareng, lalu ia menaiki motor Yama yang besar itu. Yama dengan senyuman kecilnya langsung mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Diperjalanan Yama mengajak Tiana mengobrol, sekedar hanya untuk berbasa-basi. "Na, ke rumah gue dulu ya, ajarin geografi, pusing gue," ucap Yama sekedar alasan, karena nyatanya ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Tiana. "Eh.. kalau aku bisa ya Kak, aku kan jurusan Ipa," jawab Tiana polos. "Yailah, gampang, nanti pulangnya enak kan sore, ke rumah lo kan lewat kebun teh yang gede itu, abis itu kita beli bajigur dulu," jawab Yama. Dan Tiana hanya bisa mengangguk. Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sampai di depan rumah besar di kawasan Puncak, Bogor. Rumah bertingkat dua yang mewah dan luas itu. Tiana sudah 3 kali mampir ke rumah yang dibilang Yama adalah villa ini. "Ayo, Na, masuk.." ajak Yama sambil menggandeng tangan Tiana memasuki rumahnya. Lalu datanglah wanita paruh baya dari dapur dengan serbet di tangan kanannya. "Den Yama sudah pulang? Sama Non Tiana juga rupanya, mau bibi buatkan sesuatu?" tanya wanita tua itu. "Gak usah bik, Yama sama Tiana mau langsung ke kamar aja." "Kak Yama, disofa aja, aku gak mau ke kamar Kak Yama," ucap Tiana takut. Yama yang mendengarnya hanya bisa tersenyum miring lalu mengangguk. Lelaki itu naik tangga menuju kamarnya lalu turun dengan tangan yang dipenuhi buku. Tiana yang duduk lesehan di depan meja sofa hanya bisa menghela napas berat. Kerjaan lagi. Tiana terpekik kaget ketika Yama menaruh kepalanya di pahanya, bahkan lelaki itu biasa aja sambil memainkan game diponselnya. Kakinya diselonjorkan ke bawah lalu wajahnya mendongak menatap Tiana. "Gak usah kaget gitu, gue main bentar ya, nanti lanjut." ••••••  Yama mengendarai sepeda motornya melewati hamparan kebun teh yang begitu luas. Ditatapnya lewat kaca spion motor seorang gadis manis yang sudah menjadi sahabatnya selama beberapa bulan belakangan ini. Rambut hitam legam yang tidak dikuncir oleh gadis itu melambai-lambai diterpa angin. Mata yang besar dengan bulu mata yang lentik itu kadang mengerjap karena terkena debu dan terpaan angin. Yama tersenyum lebar dibalik helmnya. Yama memberhentikan motornya tepat di sebuah warung klontong. Tiana langsung turun, diikuti oleh Yama yang memarkirkan motornya. Kebiasaan mereka, ketika Yama mengantarkan Tiana pulang, pasti saja selalu mampir ke warung ini. Warung ini tempatnya sangat adem dan asri karena ketika nongkrong di sana, hamparan kebun teh yang begitu luas menjadi pemandangan utama. Tiana duduk di bangku di bawah rindangnya pohon mangga. Yama yang sudah memesan kepada pemilik warung langsung menyusul Tiana duduk di samping gadis itu. Mata Yama tak lepas dari wajah Tiana yang tampak manis dan cantik. Yama terus memperhatikan Tiana yang kini ingin mengikat rambutnya karena melambai-lambai terkena angin. Sebelum itu, Yama mencegah tangan Tiana yang langsung ditatap bingung oleh gadis itu. "Jangan diikat, lebih cantik kalau tergerai." Yama dapat melihat wajah Tiana yang memerah. Tanpa sadar Yama ikut tersenyum ketika bibir gadis itu melengkung samar. Menggoda Tiana adalah kebiasaannya, selain karena Tiana adalah gadis yang pemalu, Yama juga sangat menyukai kulit Tiana yang merona. "Ini A' Yama, bajigurnya," ucap penjual bajigur yang memang sudah kenal Yama dari lama sambil memberikan dua gelas bajigur kepada Yama dan juga Tiana. "Neng Tiana nambah geulis*," lanjutnya sambil tersenyum ramah pada gadis itu. "Bisa aja si Mamang," jawab Tiana sambil tersenyum kecil. Mang Asep namanya, dia adalah pemilik warung klontong itu dari sepuluh tahun yang lalu. "Beneran, pantesan si A' Yama klepek-klepek." "Kak Yama udah punya pacar tau Mang," ucap Tiana. "Pacarnya cantik banget," lanjutnya sambil menatap Yama yang tengah menatapnya juga. "Kak Yama sih gak pernah ngajakin Kak Sinta ke sini, jadi Mang Asep gak kenal," ucap Tiana dengan suara cerianya. "Mana mau dia diajak ke sini, maunya tuh jalan ke Mall, restauran, baru dia mau," jawab Yama sambil menyesap bajigurnya yang terasa hangat di tenggorokan. "Mang, rokoknya sebungkus," lanjut Yama yang langsung diangguki oleh Mang Asep. Tiana hanya bisa diam sambil meminum bajigurnya. Seribu kali ia bicara kepada Yama agar cowok itu berhenti merokok, tapi seolah angin berlalu, Yama tidak pernah memperdulikannya. Mang Asep datang sambil membawa sebungkus rokok. Memberikan rokok itu pada Yama, Mang Asep pamit untuk melayani pelanggan yang baru datang, meninggalkan Yama dan Tiana duduk berdua. "Kenapa sih muka lo ditekuk gitu, Na?" tanya Yama sambil menatap detail wajah Tiana. "Nggak kenapa-napa," jawab Tiana singkat. "Pasti lo gak suka kan lihat gue ngerokok?" "Terserah Kak Yama mau bilang apa, sampai mulut Tiana berbusa pun Kak Yama gak bakal dengerin ucapan aku." "Ya iya, tapikan—eh bentar, Sinta telepon, tunggu ya Na." Tiana hanya mengangguk melihat Yama berdiri dan berjalan menjauhinya. Beberapa saat kemudian Yama kembali duduk di sampingnya. Yama melihat Tiana yang masih sibuk meminum bajigurnya. Sebenarnya ia masih ingin menghabiskan waktu bersama Tiana, tapi Sinta membutuhkannya karena gadis itu minta ditemani mencari baju. Hah pasti itu sangat membosankan! "Na, cepetan ya minumnya, gue anter pulang sekarang, Sinta minta temenin ke Mall," ucap Yama. Tiana tersenyum, bahkan membuat gadis itu terlihat sangat manis dimata Yama. "Ini sudah habis." "Yaudah ayo gue antar pulang," ujar Yama sambil menarik tangan Tiana untuk berdiri. Tak lupa Yama membayar jajanannya kepada Mang Asep. Yama menaiki motornya terlebih dahulu, disusul oleh Tiana yang duduk di belakangnya. Gadis itu masih canggung walaupun sudah beberapa kali diboncengi oleh Yama, tapi getaran hatinya masih saja diluar batas. "Pegangan dong Na, nanti jatuh jangan salahin gue." "Gak usah, gak bakal jatuh kok." Yama hanya bisa menghela napasnya pelan. Lalu ia mulai mengendarai motornya, tiba-tiba saja lelaki itu menambahkan kecepatannya yang membuat Tiana terpekik kaget. Dengan refleks pula ia melingkarkan tangannya di pinggang Yama. "Kak Yama bikin aku jantungan," ucap Tiana yang masih bisa didengar oleh Yama. Yama pun tersenyum lebar. "Gakpapa biar lo gak jatuh, makanya pegangan." Yama berkata sambil terkekeh. ••••• Yama memarkirkan motornya di depan sebuah rumah kecil di dekat perkebunan teh. Dilihatnya seorang wanita pertengahan 30an yang sedang menyapu teras. Wanita itu tersenyum menatap mereka berdua. "Makasih ya Kak Yama, udah ngaterin aku sampai pulang," ujar Tiana senang. Yama hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. "Assalamualaikum, Bu," ucap Yama sambil menyalami tangan Ibunya Tiana. "Waalaikumsalam, masuk dulu Nak Yama, minum dulu." "Eh gak usah Bu, mau langsung pulang saja, ada keperluan." Ibu Tiana hanya tersenyum ramah. Yama benar-benar menjaga perilakunya di depan orang yang lebih tua. Berbeda dengan kesehariannya yang ugal-ugalan. "Yama permisi pulang dulu Bu, assalamualaikum," ucap Yama sambil menyalakan mesin motornya. Ibu Tiana dan Tiana pun membalas salam lelaki itu sebelum motor gede yang dipakainya melesat pergi menjauhi kediaman mereka. "Yama teh kasep pisan** ya Na," ucap Ibunya sambil menatap Tiana yang masih tersenyum kecil. "Iya ya Bu," ucap Tiana tidak sadar, dan ketika ia menyadarinya langsung ia tutup mulutnya dengan telapak tangan. "Kamu teh naksir ya sama dia?" goda Ibunya lagi. ••• * : cantik ** : sangat tampan

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

T E A R S

read
312.6K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Turun Ranjang

read
578.7K
bc

MOVE ON

read
94.9K
bc

The Unwanted Bride

read
110.9K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

You're Still the One

read
117.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook