bc

DENTING DI KESUNYIAN

book_age18+
2.2K
FOLLOW
20.1K
READ
second chance
scandal
dare to love and hate
CEO
drama
tragedy
sweet
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Andai waktu bisa diputar, mungkin Khansa Talita Rahman akan tetap pada jalurnya, menulis kisah romance berakhir happy ending untuk setiap bukunya. Rasa ingin tahunya tentang wanita yang lebih memilih menjadi penjaja cinta, membuat ia bertemu dengan Meisya. Khansa mengulas kisah hidup Meisya hingga ke akar untuk buku terbarunya.

Sanggupkan Khansa menerima kenyataan, ketika apa yang ia lakukan justru membuat hidupnya bak terkena terjangan ombak tsunami?

Khansa : Kelebihan wanita adalah memiliki surga ditelapak kakinya.

Meisya : Bagaimana aku bisa memiliki surga, jika neraka yang aku dapatkan dari orang yang aku cintai.

Aku selalu berharap ini hanya mimpi burukku, nyatanya semakin jauh aku melangkah semakin sakit yang aku rasa.Percayaku kau mainkan, cintaku kau ganti dengan luka.

chap-preview
Free preview
PART 1 - SELIMUT MALAM.
Ruangan temaram yang awalnya sepi dan hanya terdengar desahan yang saling bersahutan, seketika bersinar terang benderang. Deru napas yang semula saling bersahutan pun mendadak usai. Menandakan permainan panas yang terjadi beberapa saat yang lalu berakhir sudah. Menyisakan butiran keringat, hasil permainan panas keduanya. Seakan pendingin ruangan yang mengeluarkan hawa dingin pun tak lagi berguna untuk mereka. Sesosok tubuh dengan tubuh tinggi bangkit dari atas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Meninggalkan sesosok lagi yang masih tergelatak dengan tubuh berselimut. Jika sosok yang kini sedang berada di kamar mandi terlihat tinggi dan gagah, berbeda dengan yang masih tergeletak di atas ranjang. Keringat yang membasahi tubuh, tak mengurangi kadar kecantikannya. Lalu ia bangkit meraih bathrobe, mengenakannya secara perlahan. Biasanya ia akan menemani pasangannya di kamar mandi, tapi kali ini ia lebih memilih meraih remot televisi. Ia mengingat ini sudah lewat dari waktu yang ia tunggu. Jemari lentiknya menekan remote dan menampilkan sebuah layar berwarna dari layar datar berukuran lima puluh lima inchi yang terpasang di dalam kamar. Sepasang wanita dan pria tampak dilayar televisi. Yang wanita cantik dan yang lelaki tampan. Sungguh pasangan sempurna yang membuat siapa saja yang melihat pasti merasa iri. Keduanya berasal dari keluarga kaya raya. Pernikahan mereka pun tiga tahun lalu berlangsung meriah. Siapa yang tidak mengenal keluarga Hardiningrat. Keluarga terpandang di negeri ini. Hartanya tak ternilai. Mereka memiliki putra sulung bernama Rayhan Hardiningrat yang kini tengah terlihat di layar televisi sedang memeluk istri cantiknya, seorang penulis terkenal di tanah air, Khansa Talita Rahman. “Saya bersyukur suami saya selalu mendukung hobby saya selama ini.” Wajah cantik Khansa terlihat semakin cantik dengan senyum mengulum. Ia melirik ke arah sang suami dengan tatapan penuh cinta. Jangan lupakan tangan keduanya yang saling bertautan mesra. “Itulah yang membuat saya dengan cepat mampu menyelesaikan novel dari satu judul ke judul yang lain.” “Semua berkat izin dari suami saya tercinta.” Lalu terdengar tepuk riuh dari penonton yang ada di televisi. Acara yang ia tunggu malam ini. Ketika pintu kamar mandi terbuka, buru-buru jemari lentik itu mematikan saluran televisi dengan cepat. Dengan gemulai ia bangkit dan meraih jas yang semula tercecer dilantai beserta pakaian dalamnya. Lelaki tampan berwajah blasteran tersenyum menerima jas di tangannya. “Aku akan menghubungimu jika kembali bertugas di sini.” Kecupan mesra ia berikan, dan senyumnya mengudara ketika melihat secarik kertas bertuliskan jumlah uang yang lumayan besar. “Cukup untuk sebulan?” tanya Lelaki tampan itu pada sang wanita. “Tentu, terima kasih sayang,” bisik sang wanita mesra sambil menerima cek di tangannya. “Oke, aku pergi. Love you.” “Love you too Bil.” Setelah memastikan tamunya pergi. Si wanita yang kembali ke kamar, dan meraih remot televisi lagi. Tapi acara yang ia mau lihat tampaknya berakhir. Ia berdecak kesal. Layar itu hanya menampakkan wajah suami istri yang sama tersenyum bahagia, dengan saling berbisik. Saat itulah layar datar itu men-zoom wajah suami istri yang terlihat tertawa dengan pembawa acara. Sang wanita meraba layar datar di hadapannya. “Kalian bahagia sekali. Semoga kebahagiaan kalian tak pernah berganti menjadi tangisan di kemudian hari.” Lalu ia memilih untuk duduk di sofa single, dan meraih sebungkus rokok. Menyalakan pematik api dan membakar ujung rokok dan menghisap ujung lainnya, hingga menimbulkan asap di dalam kamar. Wajahnya menengadah ke langit kamar dengan mata tertutup. Bibirnya yang berwarna merah dan terlihat sensual, sesekali menghisap ujung rokok dan menghembuskan asapnya. Beberapa kali ia lakukan hal itu, hingga kedua kelopak matanya terbuka, dan menoleh ke arah samping. Telapak tangannya terulur, meraih sebuah buku yang sengaja ia beli di toko buku tadi siang. “Khansa Talita Rahman,” desisnya dengan senyum miring. Ia meraba sebuah buku novel bergenre romantis itu. Buku novel best seller yang berjudul My First Love. Menceritakan kisah cinta sepasang insan manusia yang dijodohkan dan kemudian saling mencintai. “My First Love?” Tawa terdengar di dalam kamar itu. Tawa yang sebenarnya terdengar miris sekali untuk siapapun yang mendengar. “Khansa-Khansa. Kamu tidak tahu apa itu first love.” “Sampai kamu mendengar seperti apa kisahku dengannya.” “Apa kamu yakin dan percaya jika lelaki itu mengatakan, jika kamu cinta pertamanya?” Mata wanita itu terpejam, mengenang kisah suramnya. Kisah yang sudah lama ia lupakan. Ia berpikir tak akan pernah mendengar cinta pertamanya lagi. Tapi siang tadi semuanya berubah. Yah berubah ketika ia membeli buku ini. Ia bukan penyuka novel. Cerita dalam Novel selalu happy ending. Tapi kisahnya jauh dari happy ending. Jika tidak mengingat dosa yang menumpuk, ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya. Tapi lagi-lagi dosanya semakin menumpuk. Wanita itu tersenyum. Tidak ada yang ingin hidup sengsara di sini. Tapi ia tak memiliki pilihan, ketika rencana masa depannya harus karam dan berakhir berantakan. Buku novel setebal empat ratus halamaan itu ia buka dengan jemarinya yang lentik. Ia membaca bagaimana penulis yang bernama Khansa itu memasang fotonya bersama suami tercinta. “Kamu memang cantik, cantik sekali.” Senyum mengudara bersamaan dengan asap yang keluar dari bibir merahnya. “Semoga pernikahan kalian langgeng, hingga maut memisahkan.” “Kalian beruntung, aku bukan wanita yang suka menghancurkan kebahagiaan orang lain.” “Sekalipun aku berhak melakukannya, karena perbuatannya padaku.” Mata lentik itu perlahan berkaca. Dan lama-kelamaan pandangannya mengabur karena banyaknya air yang berkumpul di sana. Sekali kedip, bulir itu turun dan mengalir ke wajah cantiknya. Ia meraup udara hingga dadanya terlihat mengembang. Lalu menghembuskan napas, bersamaan dengan rasa sesak yang kian menggunung. Tiba-tiba dalam ingatannya tampak seraut wajah cantik nan mungil, yang tertawa bahagia. Versi kecil dirinya. Semakin lama bulir yang mengalir di pipinya semakin deras, berbarengan dengan isak tangis yang kian terdengar di ruangan itu. Isak tangis pertanda ia tak kuat lagi menahan beban hidupnya, menahan rasa rindunya. Pada sosok di sana. “Maafkan Mama, sayang. Maafkan Mama.” Rokok yang semula berada ditangannya ia geletakkan begitu saja di atas asbak. Ia memilih melangkah ke arah ranjang. Membaringkan tubuhnya disana, melanjutkan isaknya hingga ia puas. Hanya itu yang sanggup ia lakukan ketika sudah tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Sekuat apapun ia berteriak atas ketidak adilan yang ia terima, nyatanya air matanya kembali jatuh di atas ranjang. Ranjang yang baru saja menjadi saksi bisu pergulatan panasnya. Tidak ada wanita yang ingin menjadi seperti dirinya. Hancur tak berkeping ketika menerima kenyataan yang harus ia tanggung seumur hidup karena sebuah kata cinta. Cinta yang seharusnya tidak ia rasakan. Cinta yang seharusnya tidak pantas ia miliki. Karena perbedaan diantara mereka, maka haruskah ia menyalahkan cinta yang sudah lancang masuk ke dalam hati dan tumbuh di sana? Tapi sekali lagi, ketika hati meyakini cinta itu ada dan hanya berisi keindahan, tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatan mereka di kemudian hari. Haruskah ia menyalahkan cinta yang kini membuat hidupnya bergemilang dosa tak berkesudahan?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
101.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook