bc

Kesetiaan Cinta (Indonesia)

book_age16+
2.8K
FOLLOW
29.4K
READ
possessive
goodgirl
student
popstar
drama
sweet
campus
city
school
like
intro-logo
Blurb

Perjodohan yang dilakukan orangtua mereka membuat Irwan dan Ega harus terikat dalam sebuah pertunangan. Irwan yang merupakan seorang penyanyi terkenal meminta Ega untuk menyembunyikan status hubungan mereka. Sikap Irwan yang selalu dingin dan tak acuh kepada Ega sering membuatnya sakit hati. Apalagi saat Ega melihat secara langsung kedekatan Irwan dengan seorang wanita bernama Intan.

Irwan yang selalu bersikap dingin pada Ega mulai merasa bersalah kepadanya. Dia meminta maaf kepada Ega dan berusaha memperbaiki sikapnya. Irwan mulai menghindari Intan untuk menjaga perasaan Ega. Tapi hal itu justru membuat Intan marah kepadanya.

Apakah Ega akan tetap setia dan mempertahankan hubungannya dengan Irwan? Atau dia memilih mundur ketika mengetahui kedekatan Irwan dengan wanita lain?

Siapa yang akhirnya dipilih Irwan? Apakah dia akan tetap setia pada Ega atau justru memilih Intan, wanita yang sedang dekat dengannya?

Cover by Ara shop

chap-preview
Free preview
1. DIJEMPUT
Seorang gadis mungil berhijab sedang duduk di ruang tunggu stasiun Gambir sendirian. Sebuah tas selempang kecil berada di pangkuannya, sedangkan di samping kakinya terdapat tas besar berisi pakaian dan barang-barang miliknya yang lain. Tangan gadis mungil ini menggenggam sebuah handphone android model lama. Berkali-kali gadis mungil ini menghela napas panjang. Matanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang berjanji akan menjemputnya di sini. Dia juga berulang kali mengecek handphone miliknya untuk melihat apakah ada balasan pesan dari orang yang akan menjemputnya itu. Gadis mungil ini sudah menunggu selama satu jam di ruang tunggu stasiun, tapi orang yang di tunggunya tak kunjung datang jua. Dia mulai khawatir dan takut karena hari semakin gelap dan suasana ruang tunggu stasiun mulai sepi. Ini kali pertama dia datang ke ibukota seorang diri. Sebelumnya dia datang bersama orang tua angkatnya untuk melihat kampus tempat dia nanti kuliah dan mencari rumah kost untuknya tinggal selama menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama di kota Jakarta ini. Kedua orang tua kandung gadis mungil ini telah meninggal dunia. Ayahnya meninggal saat gadis mungil ini berusia 14 tahun, sedangkan Bundanya baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu karena sakit yang di deritanya. Semenjak Bundanya meninggal, dia dirawat oleh sepasang suami-istri sahabat dari orang tuanya. Dia bersyukur karena orang tua angkatnya sangat menyayangi dirinya seperti anak mereka sendiri. Mereka bahkan menyekolahkan dan membiayai hidupnya hingga dia bisa kuliah saat ini. Sebenarnya dia tak ingin melanjutkan pendidikannya dan terus merepotkan orang tua angkatnya. Namun, Mama dan Papa, panggilan untuk orang tua angkatnya, memaksa dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi dia mendapatkan beasiswa di kampus tempatnya kuliah nanti. Mereka menyayangkan jika dia menyia-nyiakan kesempatan ini. “Ega...” suara seseorang mengagetkan sang gadis yang sedang melamun. Gadis mungil ini menoleh dan tersenyum lega melihat orang yang dinantikannya sejak tadi telah muncul di hadapannya. Beberapa orang yang masih berada di ruang tunggu itu memandang mereka. Lebih tepatnya pada pria yang baru saja datang menghampiri sang gadis. Pria itu mengenakan celana jeans warna gelap dengan kaos hitam dan jaket kulit coklat yang melekat pas di tubuh atletisnya. Wajahnya yang tertutup topi dan kacamata hitam menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka. “‘a....” “Diam dan ikuti aku,” perintah pria itu, memotong ucapan gadis mungil yang dipanggilnya Ega. Ega mengangguk. Dia sudah terbiasa menerima sikap dingin pria itu. Bahkan setelah mereka bertemu beberapa kali, sikapnya tak pernah berubah kepada Ega. Pria itu mengambil tas besar di samping kaki Ega dan berjalan keluar stasiun tanpa kata. Ega yang melihat kepergiannya segera bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti sang pria. oOo “Kenapa ‘a Irwan selalu menutupi wajah ‘aa seperti tadi?” tanya Ega, memandang laki-laki yang sedang menyetir mobil di sebelahnya. Saat ini Ega dan laki-laki yang dipanggilnya dengan nama Irwan itu sedang dalam perjalanan menuju ke rumah kost yang akan ditempati oleh Ega. Sejak keluar dari stasiun, baik Ega maupun Irwan tidak ada yang membuka suara. Ega memberanikan diri bertanya untuk memecahkan keheningan di dalam mobil. “Aku tak ingin semua orang mengenaliku,” jawab pria yang bernama Irwan itu. Kini Irwan telah melepaskan topi dan kacamata yang digunakannya ketika menjemput Ega di stasiun sehingga Ega bisa melihat wajahnya dengan jelas. Wajah tampan dengan rahang tegas dan hidung mancung yang selalu menarik perhatian semua orang yang melihatnya. “Kenapa ‘a Irwan tak ingin dikenali?” tanya Ega, penasaran. “Menurutmu kenapa?” Irwan balik bertanya tanpa memandang Ega. Matanya tengah fokus menatap jalanan ibukota yang cukup padat malam ini. Kota Jakarta memang selalu padat pada jam-jam seperti saat ini. Banyak pekerja yang pulang dari kantor hingga menyebabkan kemacetan di jalan. Beberapa kali Irwan harus menghentikan laju mobilnya karena kemacetan yang ada di depan mereka. Ega tidak menjawab, tapi kemudian suara Irwan kembali terdengar. “Aku bukan pria yang bisa dengan leluasa berjalan di tempat umum, Ga. Semua orang akan mengerumuni dan mengikutiku jika aku tidak menyamarkan penampilan,” kata Irwan datar. “‘a Irwan pasti sangat terkenal hingga selalu diikuti dan dikerumuni orang-orang seperti itu,” timpal Ega, setengah menyindir. Ega merasa kesal karena Irwan selalu bersikap dingin dan bicara dengan nada ketus kepadanya. Belum lagi tatapan mata Irwan yang tidak pernah bersahabat ketika menatap Ega. “Tentu saja. Wajahku sering menghiasi layar televisi. Apa kamu tak pernah melihatnya?” ujar Irwan, angkuh. “Iya, selama ini Ega hanya melihat ‘a Irwan dalam layar datar itu,” sahut Ega penuh penekanan. Irwan memang tak pernah peka dengan perasaan Ega. Bahkan dia tak sadar jika Ega sedang menyindirnya. Sudah cukup lama Ega tidak melihat Irwan. Terakhir kali mereka bertemu saat Ega datang ke Jakarta bersama orang tua angkatnya. Itu pun mereka hanya bertemu sebentar tanpa banyak saling bicara. “Baguslah kalau begitu. Aku harap kamu bisa menjaga sikapmu selama di sini, Ga. Jangan bikin masalah dan membuatku malu,” kata Irwan, memperingatkan. “Aku nggak pernah membuat masalah, ‘a,” protes Ega, tak terima. “Benarkah?” Irwan memicingkan sebelah mata, tak percaya. “Aku tak ingin ada orang yang tahu tentang hubungan kita, Ga. Jadi tutup mulutmu dan bersikaplah seolah tak mengenalku saat di depan umum,” ujarnya menekankan. “Kenapa, 'a?” tanya Ega, menatap Irwan. Hati Ega berdenyut sakit mendengar ucapan Irwan. Dia tahu Irwan tak pernah menyukainya. Tapi, apakah Irwan harus berbuat sampai sejauh ini? “Apa aku harus menjelaskannya, Ga? Aku yakin kamu masih ingat dengan jelas perkataan yang aku ucapkan saat kita pertama kali bertemu,” sahut Irwan, dingin. Ega terdiam. Tentu saja dia masih ingat dengan pertemuan pertama mereka, bahkan Ega mungkin tak akan pernah melupakannya. Sejak awal mereka bertemu, Irwan sudah mengungkapkan ketidaksukaannya kepada Ega. Sikap Irwan sangat ketus dan dingin saat hanya berdua bersama Ega. Irwan akan berubah menjadi lembut dan ramah jika mereka berada di hadapan orang lain. Ega tidak tahu apa yang membuat Irwan tidak menyukainya. Mereka baru saling mengenal satu tahun terakhir ini. Itu pun mereka hanya bertemu beberapa kali saja. Namun, Irwan sudah mengungkapkan ketidaksukaannya sejak awal pertemuan pertama mereka. oOo

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

You're Still the One

read
117.3K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.0K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.3K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook