bc

Audrey (The Woman 1,5 Billion)

book_age18+
7.8K
FOLLOW
135.6K
READ
dark
badboy
badgirl
bitch
boss
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Audrey Wilson, wanita ini tak menyangka jika kehidupannya akan berubah drastis setelah bertemu dengan Malvino Jackson. Semenjak dibeli oleh pria itu di bawah gelapnya langit malam, hidup Audrey pun menjadi tak sesuram sebelumnya. Apalagi ketika cinta mulai tumbuh dan bersemi di dalam hati kedua insan manusia tersebut. Kadang kala, Audrey bahkan selalu merasa kalau ia ingin sekali hidup bersama dengan Malvino selamanya~

Namun namanya kehidupan, pasti ada suka dan dukanya bukan? Audrey terkadang merasa lugu dan tidak tahu bahwa di depannya masih ada badai yang perlu ia lalui sebelum meraih pelangi yang berwarna.

chap-preview
Free preview
Audrey - 1
Gadis itu berjalan tergesa sambil memeluk diri. Air mata sudah berhasil membanjiri seluruh wajahnya. Bibirnya terlihat pucat, begitupun dengan kulit wajahnya. Lingkar hitam terlukis kentara di bawah matanya yang sembab. Rambut cokelat naturalnya tergerai berantakan tak tersisir rapi. "Audrey!" Gadis itu terus berjalan. Bahkan langkahnya semakin dipercepat. Suara derap langkah yang mengikutinya dari belakang membuat ia semakin panik dan ketakutan. "J*lang sialan! Berhenti kau," teriak orang itu mengerikan. Gadis itu mulai berlari. Aura menyeramkan semakin menguar mengelilingi dirinya. "Tidak! Aku tidak boleh tertangkap. Aku harus pergi jauh darinya. Aku harus terbebas dari tua renta yang kejam itu," racaunya diiringi air mata yang berlinang deras. "AUDREY, BERHENTI KAU!" teriak suara itu lagi, bersamaan dengan berhasilnya ia menangkap pergelangan tangan sang gadis dengan sangat kasar. Gadis itu terpekik kaget. Audrey, dia memejamkan mata ketakutan. Dia kembali tertangkap. Dan itu bencana besar baginya. "Mau pergi kemana kau, hem?" geram pria berbadan tinggi itu mencengkeram dagu Audrey kasar. Sepasang amber itu terbuka. Sorot takut dan memohon terpancar dari sana. "Aku mohon. Jangan bawa aku ke rumah itu lagi! Aku mohon-" "Diam kau, J*lang!" desis pria itu mempererat cengkeramannya. Sang gadis merintih kesakitan karena hal itu. "Sampai kapan pun, kau harus tetap berada di sana. Karena bagiku, kau adalah tambang emas yang akan membuatku menjadi seseorang yang bergelimang harta." "Kumohon, Ayah. Kumohon ... jangan buat aku semakin terhina. Jangan samakan aku dengan para jalang di sana," lirih gadis itu terisak. Pria yang disebut ayah oleh si gadis pun tersungging sinis mendengar perkataan itu. Dia melepaskan cengkeraman tangannya di dagu Audrey. "Kau memang sama dengan mereka. Yang membedakannya hanya tubuh molekmu dan kecantikan wajahmu. Dan dua hal itu, selalu membuatmu diinginkan banyak para pria kaya raya yang haus belaian." "Tapi Ayah--" "Jangan banyak bicara lagi kau, Jalang! Kau harus ikut aku lagi ke rumah Madam Berlin...." potong pria itu, lantas menarik tangan Audrey dengan kasar serta menyeretnya paksa. "Tidak! Aku tidak mau Ayah. Aku tidak mau," jeritnya pilu, menggema di keheningan jalanan sepi di bawah gelapnya langit malam. Pria itu mengabaikan rontaan dan jeritan si gadis. Tenaganya ia keluarkan semua untuk menyeret Audrey. Sekuat apapun gadis itu bertahan dan memberontak, apalah arti tenaga kecilnya yang tidak berpengaruh apa-apa. "Ayah, kumohon!!" isak Audrey semakin kencang tak berdaya. Ayahnya terus menyeret paksa, bagaimana pun caranya dia harus berhasil membawa Audrey kembali ke rumah bordir di bawah asuhan madam Berlin. Kalau tidak, dia pasti akan disuruh mengganti uang ratusan juta yang sudah dihambur-hamburkannya saat diberi pinjaman dulu. Dan pria itu tidak mau kalau sampai dia harus rugi besar hanya karena tambang emasnya melarikan diri. Di tengah seretan paksa dan jeritan penolakan yang terjadi di sepanjang jalan, tiba-tiba sebuah Ferrari sport merah keluaran terbaru melintas seraya menepikan lajuannya ke bahu jalan. Secepat kilat, pintu mobil itu pun terbuka ke atas. Seseorang langsung muncul keluar dari dalam mobil berharga fantastis itu. Kepalanya bergerak ke arah dua orang yang sedang menyeret dan diseret. Dia tahu, pihak yang diseret itu pasti sedang membutuhkan pertolongan. "LEPASKAN GADIS ITU!" teriaknya lantang. Kontan, seretan Audrey pun terhenti tanpa dilepaskan. Sosok peneriak barusan bergegas melangkah santai ke arah mereka. Aura intimidasi seketika menguar dari sorot mata elangnya yang terkesan angkuh serta tajam. "Lepaskan dia," titahnya sesampainya ia di samping sang gadis. Pria itu, ayah Audrey meludah sembarangan kala menatap kemunculan lelaki berwajah rupawan itu. "Siapa kau, hah? Berani-beraninya menyuruhku melepaskan dia," tantang ayah Audrey menyalang berani. Lelaki pemilik Ferrari itu membentuk garis datar yang tipis di bibirnya, "Kau akan melukai dia jika terus menyeretnya secara paksa Pak tua. Lebih baik, lepaskan dia ... kau tidak pantas menyakiti gadis secantik dirinya," ujar lelaki bertubuh jangkung itu melirik Audrey sekilas. Si gadis hanya tergugu melihat lelaki yang kini mencoba untuk membelanya. Mulutnya sedikit terbuka disertai tatapan penuh kagumnya yang ia layangkan ke arah lelaki tampan maha dahsyat tersebut. Meskipun malam hari dan dalam keadaan gelap. Ketampanan di atas level seharusnya yang melekat di wajah lelaki itu rupanya tidak sedikit pun tersamarkan. Sekalipun mata orang yang melihatnya diserang minus yang bisa memburamkan penglihatannya sesekali, tapi demi apapun lelaki yang tengah dipandang diam-diam oleh Audrey ini masih bisa diakui tampan dari segala arah. "Cih! Dia memang cantik, dan karena kecantikannya itu aku bisa menjualnya ke pria kaya raya mana pun yang mampu membayarnya sampai mencapai angka ratusan juta." Ayah Audrey memang tidak tanggung-tanggung jika berbicara. Gadis itu semakin terhina akan kalimat yang didengarnya. Harga dirinya seketika hancur menjadi serpihan tak berguna yang akan melayang jauh diempas badai yang dahsyat. "Kalau begitu, katakan padaku. Berapa banyak uang yang harus aku keluarkan agar aku bisa membeli gadis ini sepenuhnya?" Audrey dan ayahnya sontak terperangah bersamaan sembari menatap lelaki di hadapannya dengan sorot yang berbeda. Audrey menatapnya dengan sorot terhina, ia merasa semakin lebih direndahkan oleh lelaki asing yang semula ia pikir akan menjadi pahlawannya. Sementara ayah Audrey, sorot yang ia pancarkan adalah kesenangan yang melebihi apapun yang pernah membuatnya senang di sepanjang sejarah kehidupannya ini. "Maksudmu, kau mau repot-repot mengeluarkan uang sebanyak yang kuminta hanya untuk jalang sepertinya?" perjelas ayah Audrey sambil menunjuk anaknya yang masih termangu di tempat. "Jika itu bisa membuatmu melepaskan gadis itu, maka katakanlah ... berapa yang kau minta?" sahut si lelaki tanpa ekspresi. Ayah Audrey tentu saja tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas yang belum tentu datang dua kali. Dia menimbang-nimbang berapa banyak nominal yang akan ia minta. Mengingat kehidupannya dililit banyak hutang, ayah Audrey tidak akan tanggung-tanggung menawarkan jumlah uang yang akan ia tukar dengan anaknya sendiri. "Baiklah. Aku akan melepaskan jalang cantik ini jika kau mau membayarku dengan jumlah uang sebesar 1,5 milyar," ungkap pria tua itu dengan binar mata menyala. Gadis itu membelalak lebar. Melirik ayahnya tak percaya. 1,5 milyar? Uang sebanyak itu, mana mungkin akan dikeluarkan begitu saja? Bahkan, dengan nominal kurang dari harga itu pun sepertinya lelaki asing berwajah tampan itu tidak akan sudi untuk-- "Harga disetujui. Kau bisa mengambil uangnya besok. Ini kartu namaku, kau tidak perlu cemas dan berpikir aku akan menipumu. Di kartu namaku tertera alamat lengkap kantorku, kau bisa langsung mendatanginya jika tidak percaya," tutur lelaki itu ringan sembari menyodorkan sebuah kartu nama berwarna gold ke hadapan ayah Audrey. Hal itu tentu saja membuat Audrey tercengang luar biasa. Dia kira lelaki itu tidak akan menyanggupinya, tapi ternyata apa yang diduganya sama sekali tidak terjadi. Justru, lelaki itu malah menyetujui penawaran konyol ayahnya tanpa berpikir panjang lebih dulu. Ayah Audrey mengangguk percaya. Ia menyambar kartu nama tersebut lantas membacanya. "Malvino Jackson," gumamnya menyebutkan nama lengkap si lelaki, lantas memandang sosok di hadapannya lagi dengan seringai puas, "Baiklah, besok aku akan mendatangi kantormu untuk mengambil uangnya. Dan ini ... kuserahkan si j*lang penghasil uang ini sepenuhnya kepadamu," ucap ayah Audrey seraya mengempaskan tubuh anak gadisnya tepat ke arah si lelaki bernama Malvino itu yang berhasil menangkapnya. "Pergilah!" suruh Malvino dingin pada ayah Audrey. Pria tua itu tersenyum miring. Dia mencium kartu nama yang dipegangnya dengan sorot gembira berlipat ganda. Besok, dia akan mendapatkan sejumlah uang yang teramat besar. Dan sepertinya, kehidupannya akan berubah drastis setelah menerima uang itu nanti. "Selamat bersenang-senang dengan j*lang cantik itu, Tuan Malvino. Perlu kau tau, dia begitu ahli dalam urusan ranjang," tukas ayah Audrey terkekeh, sebelum akhirnya ia melenggang pergi sambil bersiul santai. Seperginya si pria tua yang sudah menghilang ditelan jarak, Audrey pun mendongakkan wajahnya menatap lelaki asing yang sudah siap bertransaksi esok hari bersama ayah kejamnya itu. "Kumohon, biarkan aku pergi...." pinta Audrey meratap. Malvino menautkan alis tebalnya. Dia balas menatap gadis dalam dekapannya dengan sangat tajam dan mengintimidasi. "Kau memintaku untuk membiarkanmu pergi setelah aku menyanggupi penawaran pria tadi? Kau pikir aku lelaki bodoh?" desis Malvino mendengus sinis. "Tapi, kau--" "Ssttt," potong Malvino tak mau mendengar apapun, "Kau hanya perlu ikut denganku. Melayaniku, juga memuaskanku setiap aku mau. Demi membelimu ... aku bahkan akan mengeluarkan uang sebanyak 1,5 milyar untuk kuberikan besok pada pria tua pecinta harta itu." Seusai berbicara seperti itu, Malvino pun langsung menarik lengan Audrey dan membawanya ke dalam Ferrari mahalnya. Mendorong tubuh lemahnya agar masuk ke dalam serta menurunkan pintu mobilnya sampai tertutup rapat. Setelah itu, Malvino bergegas melangkah ke arah sisi pintu satunya lagi. Ketika Malvino sudah duduk santai di balik kemudi. Sebelum ia memacu laju kemudinya, ia melirikkan mata elangnya dulu ke arah Audrey yang terisak kembali menangis. "Jangan menangis! Aku benci gadis yang cengeng," desis Malvino tak suka, "Siapkan dirimu, karena sesampainya di rumahku nanti ... aku ingin membuktikan perkataan si tua renta tadi. Apa benar, kau begitu ahli dalam urusan ranjang?" seringainya menatap gairah, membuat Audrey semakin takut menghadapi perjalanan hidupnya. Persneling pun sudah ditarik tangan Malvino. Lalu, kemudi pun dilajukan cepat membelah jalanan sepi yang semakin gelap akibat malam yang kian melarut.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Call Girl Contract

read
323.1K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
570.0K
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

A Secret Proposal

read
376.3K
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook