bc

The Broken Heels

book_age0+
1.2K
FOLLOW
23.5K
READ
love-triangle
CEO
boss
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

(18+ Dewasa)

Seperti hak sepatu yang selalu patah saat dipakai, begitulah kehidupan Givenchy Feodora dalam urusan cinta.

Akan tetapi pertemuannya dengan Parama membawa sesuatu yang baru dalam hidupnya. Dia jatuh dalam pesona lelaki itu hingga mantan suaminya Tio, kembali membawa masalah yang belum selesai.

Givenchy dihadapkan oleh dilema akan perasaannya terhadap dua laki-laki yang mengaduk emosinya. Belum cukup terombang-ambing, kedatangan Sabian menambah peliknya masalah.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
“Turun di sini.” Givenchy melirik lelaki di sampingnya. Dia menatap bingung sekaligus tidak percaya. “Turun di sini? Kamu nyuruh aku turun di pinggir jalan?” “Iya. Jangan banyak ngomong. Turun buruan.” “Kamu udah gila ya, Yud? Ini udah jam sebelas malam dan jalanannya sepi. Nggak ada kendaraan umum. Aku pulang naik apa?” “Itu urusan kamu. Aku cemburu. Ini akibatnya kalau kamu buat aku cemburu.” Givenchy berdecak kasar. Tanpa banyak bicara, dia segera turun dari mobil lelaki itu dan membanting pintunya dengan kasar. Setelah dirinya turun, mobil itu meninggalkannya sendirian di jalan raya. Karena kesal, Givenchy melepas salah satu sepatu berhak tinggi miliknya, lalu melemparnya sekuat tenaga supaya dapat mengenai mobil mewah tersebut. Sialnya, bukan mengenai mobil, sepatunya justru jatuh tak berguna menghantam aspal yang keras. Sambil berjalan mendekati sepatu berhak tinggi miliknya yang rusak, Givenchy mengambil ponselnya. Dia mencari kontak yang dapat dihubungi supaya dapat menjemputnya di jalanan sepi yang gelap ini. Melihat nama Antari, dia mengurungkan niatnya. Dia tidak mungkin mengganggu sahabatnya yang mungkin sudah tidur pada pukul sebelas malam. Selesai mencari nomor yang dapat dihubungi, Givenchy justru mendapat penolakan saat menghubungi salah satu teman dekatnya. Panggilannya ditolak. Oh, sial! Siapa lagi yang harus dia hubungi? Tiba-tiba pikirannya membayangkan satu nama yang selama beberapa minggu belakang selalu menolongnya, Parama Mahendra. Apa dia harus minta tolong lelaki itu lagi? Tidak ada waktu untuk menimbang-nimbang. Satu kakinya tanpa alas, tubuhnya kedinginan karena dress yang dipakainya agak terbuka, dan belum lagi suasana sekitar yang terasa mencekam seperti film thriller yang sering dia tonton, membuatnya terpaksa menghubungi Parama. “Kenapa?” “Lo lagi di mana? Bisa jemput gue nggak? Kalau nggak bisa, tolong pesenin taksi online soalnya batre gue lowbat takutnya mati duluan sebelum sempat pesan. Nanti alamatnya gue kirim.” “Kalau gue jemput dapat apa dari lo?” “Lo boleh minta tolong sama gue selama seminggu deh.” “Nanti juga lo yang ngerepotin gue. Penawaran lo nggak menarik. Udah ya—” “Eh—eh—jangan ditutup dulu. Gue sendirian. Mana jalanannya sepi banget. Lo nggak usah jemput deh, tapi tolong pesenin taksi online. Gue kirimin lokasi gue sekarang.” “Ya udah, gue pesenin taksi. Bye.” Givenchy merasa bersyukur dapat terselamatkan oleh kebaikan Parama. Sejak lelaki itu memberikannya kartu nama, dia keseringan menghubungi Parama, bahkan menyusahkannya. Kartu nama yang didesain keren seperti kartu ajaib untuknya. Intinya, Parama selalu membantunya dalam keadaan apa pun. Merasa lelah, Givenchy duduk di atas trotoar. Dia menekuk kedua kakinya, menenggelamkan kepalanya di antara lutut sembari memegang sepatu berhak tinggi miliknya. Sesekali Givenchy melihat layar ponsel, dan tidak ada tanda-tanda permintaan maaf dari pacarnya. Hatinya sedih. Kenapa dia selalu berpacaran dengan orang yang tidak berperasaan dan semena-mena padanya? Akibat meratapi nasib, Givenchy menangis. Baru kali ini dia ditinggal seperti ini. Givenchy tidak berhenti menangis meskipun tanpa terasa sudah setengah jam dia menangisi nasibnya. Di saat dirinya terus bersedih, dia merasakan sesuatu yang hangat diletakkan di atas punggungnya, seperti jaket tebal. Bukan karena jaket itu akhirnya Givenchy mendongak, tetapi suara tawa yang mengesalkan. Sebelum melihat si pemilik tawa yang sudah tidak asing di telinganya, dia menyeka jejak air mata yang membekas di pipinya. Dia tidak mau terlihat lemah di mata orang lain. “Hahaha… lo mamam tuh berondong. Katanya berondong itu sikapnya manis, tapi lo ditinggalin begini kayak anak kucing.” Givenchy mendongak, lalu menyahuti, “Berisik! Udah sana, pulang aja lo. Nyesel minta tolong.” “Gue bicara fakta. Udah buruan bangun sebelum gue tinggal.” Givenchy terpaksa berdiri karena Parama sudah membuka pintu mobil. Setelah bokongnya menyentuh jok, dia tidak menutup pintunya karena Parama menahannya. Lelaki itu menarik kakinya tanpa izin, dan sempat membuatnya berontak sebelum akhirnya dia mengerti maksud lelaki itu. “Lain kali kalau cari pacar diseleksi dulu jangan asal terima. Telapak kaki lo kotor begini, dress udah nggak berbentuk lagi, riasan lo luntur, benar-benar kayak perempuan frustasi,” ucap Parama sembari bertekuk lutut, membersihkan telapak kaki Givenchy yang kotor dengan tisu basah. “Kayaknya gue sial terus.” “Bukan sial, lo nggak bisa bedain mana cinta beneran sama cuma sekadar tertarik. Kayaknya sih ini efek lo keseringan jatoh gara-gara sepatu hak tinggi.” “Apa hubungannya sama sepatu hak tinggi?” “Ya itu, otak lo pindah ke lutut jadi kena benturan terus makanya bodoh.” Givenchy hampir saja menjitak kepala Parama kalau tidak ingat lelaki itu sudah berbaik hati membersihkan telapak kakinya. Dia terpaksa menahan diri, membiarkan Parama masuk ke dalam mobil lebih dulu sebelum dia membalas kalimat mengesalkan itu. “Dasar ngeselin!” sungut Givenchy. Parama memiringkan tubuhnya pada Givenchy. Sambil menatap perempuan itu, dia menunjuk ke arah giginya sendiri. “Tapi kayaknya lo ditinggalin karena ada bekas cabe di gigi lo. Mungkin dia ilfeel.” Secepat mungkin Givenchy mengambil cermin dari dalam tas tenteng miliknya, lalu berkaca untuk melihat bagian giginya. Wajahnya berubah kesal saat mengetahui Parama mengerjainya. “Sialan!” Parama tertawa puas melihat reaksi Givenchy. Dia sampai memegangi perutnya yang sakit. Beberapa menit menikmati tawa, dan menyadari tatapan tajam Givenchy padanya, Parama menguasai diri dan mencoba sedikit lebih tenang. “Tapi kali ini gue serius. Lo pakai bra nggak sih?” “Ngapain lo nanya-nanya? Ya, pakai lah!” “d**a lo sedikit kelihatan tuh karena dress yang lo pakai depannya bolong.” “Hah?!” Givenchy segera melihat bagian depan dress-nya, dan memastikan Parama tidak mengerjainya lagi. Dia pikir Parama akan mengerjainya, tetapi ucapannya benar. Kenapa dia tidak sadar pada bagian dadanya bolong? Astaga… apa jangan-jangan saat datang ke acara tadi dirinya memakai dress bolong? Mungkinkah pacarnya marah karena dipikir dia menggoda dengan dress bolong ini? Arrrgh! Givenchy segera menutup tubuh bagian depannya dengan jaket milik Parama yang diberikan padanya tadi. Karena malu, dia tidak mengatakan apa-apa selain mengalihkan pandangannya ke samping. Parama kembali menertawakan kecerobohan Givenchy. “Gue nggak salah dong bilang lo—” “Berisik!” * * * * * Memandangi bagian dalam tempat gym dengan berjinjit sambil mengedarkan pandangan mencari sosok yang dicarinya adalah hal yang sedang dilakukan oleh Givenchy. Lima belas menit menunggu dengan sabar akhirnya Givenchy menemukan apa yang dia cari. Matanya menangkap sosok yang selama ini dicarinya selama beberapa bulan. Laki-laki bertubuh tinggi, atletis, dan berwajah tampan, terlihat sedang berbincang dengan lelaki lain di sebelahnya. “Arjuna!!” teriak Givenchy begitu lelaki itu keluar dari tempat gym. Matanya melirik sekilas lelaki di samping Arjuna, yang tidak dia sangka adalah Parama. Parama yang menyadari kehadiran Givenchy hampir menyapa kalau tidak mendengar perempuan itu memanggil lelaki di sampingnya. Matanya menyipit, menatap curiga Givenchy. Namun, lelaki di sebelahnya lebih mencurigakan karena langsung pergi tanpa pamit padanya. “Arjuna! Kok lo malah kabur sih?!” teriak Givenchy lagi saat menyadari lelaki itu pergi meninggalkannya, tanpa memperdulikan kehadirannya. “Arjuna! Tunggu dulu!” Givenchy mempercepat langkahnya mengejar lelaki yang semakin jauh di depannya. Dia tidak berhenti meneriakkan nama lelaki itu. Tidak peduli menjadi tontonan para pengunjung mal atau tidak, karena dia benar-benar ingin bicara dengannya. “Arjuna!” Givenchy terus mengejar dengan langkah tergesa-gesa sampai tersandung kakinya sendiri. Hal ini menyebabkan Givenchy jatuh. Lututnya menabrak lantai yang keras. “Aduh!” rintihnya kesakitan. Semua orang memandanginya dengan berbagai macam tatapan. Ada yang merasa risih, kasihan, atau tidak peduli. Sementara itu, Parama yang mengikuti dari belakang langsung mengulurkan tangannya. “Ternyata nggak sia-sia gue kasih lo kartu nama. Lo emang butuh bantuan gue mulu,” ucap Parama merasa bangga bak pahlawan kesiangan. Givenchy mengabaikan uluran tangan Parama. Dia sibuk mengusap lututnya yang sakit. Akan tetapi, lebih sakit lagi melihat hak sepatu berhak tingginya patah. Padahal dia baru saja membeli sepatu itu dengan harga yang lumayan mahal. Saat dirinya meratapi nasib lutut dan sepatunya, dia menyadari Arjuna sempat berhenti dan menoleh ke belakang. “Ya udah kalo lo mau duduk di jalan. Gue mau balik. Selamat mengejar Arjuna,” ucap Parama seraya menarik tangan, lalu memasukkan tangan ke dalam saku celana jins birunya. Givenchy langsung berdiri, kemudian melepas sepatu heels-nya dan memutuskan menyeker sembari menarik lengan Parama. “Lo harus bantu gue supaya bisa ngomong sama Arjuna! Gue mau gunain kartu nama ajaib lo untuk bantuin gue,” ucap Givenchy seraya menarik Parama demi mengejar Arjuna. “Minta tolong boleh tapi jangan menyangkut hubungan lo sama pacar,” balas Parama mencoba melepas tangan Givenchy dari lengannya. Givenchy mempererat cengkramannya pada lengan Parama supaya lelaki itu tetap bersamanya. “ARJUNA!” teriak Givenchy lagi. Kali ini, usahanya berhasil membuat si pemilik nama menoleh meskipun hanya beberapa detik. “Ada perlu apa sih lo sama Arjuna? Emangnya nggak bisa telepon aja? Malu diliatin orang ngejar-ngejar dia kayak gini. Apalagi lo nggak pakai alas kaki,” usik Parama. Bukannya mendapat jawaban, Givenchy malah mengabaikannya tanpa melepas cengkraman kuat itu. Semua pengunjung mall memperhatikan Givenchy yang berjalan tanpa alas kaki. Beberapa di antara mereka sampai melapor pada keamanan supaya suasana tidak gaduh hanya karena Givenchy berteriak layaknya di hutan. “Arjuna, gue hamil!” Teriakan itu berhasil menghentikan langkah lelaki yang dikejarnya. Lelaki bernama Arjuna itu berbalik badan, lalu maju beberapa langkah supaya lebih dekat dengan Givenchy. Wajah tegas nan maskulin itu menatap tajam Givenchy setelah mengembuskan napas kasar. “Hamil? Siapa ayahnya?” “Parama! Gue hamil anaknya Parama!” Parama memelototi Givenchy sembari berusaha melepas pelukan itu tapi sialnya, tatapan lelaki di depannya sudah setajam pisau sehingga dia gagal melakukannya. “Parama nggak mau tanggung jawab makanya kita harus bicara,” kata Givenchy berbohong. “Lo nggak mau kan adik lo hamil nggak punya suami?” Parama kembali melirik Givenchy setelah mendengar kata ‘adik’ diucapkan. Jadi Givenchy adiknya Arjuna? “Kalau gitu kita harus bicara bertiga. Gue tunggu di kedai kopi yang biasa gue datengin. Parama tau,” ucap Arjuna seraya berbalik badan, lantas melenggang pergi. Parama kembali memelototi Givenchy setelah Arjuna pergi. Tatapan orang lain padanya seolah menunjukkan kalau dirinya lelaki tidak bertanggung jawab karena suara Givenchy sangat nyaring. Givenchy nyengir mendapati tatapan tajam Parama padanya. “Bantuin gue sekali lagi. Plis, kalau nggak gini Arjuna nggak mau bicara sama gue.” Parama terpaksa setuju. Lagi juga dia penasaran ada masalah apa sampai Arjuna tidak ingin bicara dengan adiknya sendiri. * * * * *

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Boss And His Past (Indonesia)

read
236.6K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.2K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.8K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

True Love Agas Milly

read
197.6K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook