bc

Memorabilia (Bahasa Indonesia)

book_age18+
1.1K
FOLLOW
12.4K
READ
FBI
second chance
sensitive
brave
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

18+

Harap bijak memilih bacaan.

___________________________________________________________________

Kai adalah pria manja yang memiliki perangai buruk dan terkenal karena sifat liarnya sampai suatu hari, keadaan berbalik 180 derajat dan menempatkan dirinya menjadi Kai yang bukan apa-apa.

Ketika seluruh temannya menjauhinya, Ara datang dan membuat hidupnya berubah drastis.

Oh tidak!

Kai sepertinya jatuh cinta kepada gadis itu!

chap-preview
Free preview
(1) Present
Sore ini begitu damai, sama halnya sore-sore sebelumnya. Kika memutar lagu The Beatles yang menggema lembut di seluruh penjuru kafe dan dia bersenandung lirih di belakang counter cucian. Sementara aku meneguk kembali teh hangat dan menikmati sore yang berharga ini. Aku mendesah senang tatkala cairan hangat itu menuruni kerongkonganku, memberikan kehangatan yang tidak hanya sampai pada jaringan tubuhku. Tetapi juga hatiku. Well, terserah kalian mengatakan aku lebay. Tetapi aku sudah berjanji kepada diriku bahwa aku akan hidup dengan bebas. Aku kembali melirik jam dinding klasik berwarna keemasan. Tersenyum mengingat bahwa sebentar lagi dia akan datang ke tempatku. Gadisku, Ara. Dengan senyum yang masih tersungging di bibirku, aku mengingat lagi gadisku. Ah, dia selalu bisa membuat hari-hariku menjadi sejuta kali lebih indah, apapun yang dia lakukan. Kemudian, seolah ketengangan sore yang syahdu ini terusik, suara gaduh mulai menggangguku. Teriakkan lelaki dan perempuan terdengar dari luar kafe, membuat Kika yang tampaknya telah selesai dengan pekerjaannya mendekati jendela. "Sepertinya gadis itu kesulitan, Bos," gumamnya tanpa mengalihkan pandangannya. Tangannya mengepal erat dan alarm dalam diriku tahu bahwa tidak boleh membiarkan Kika keluar dan ikut campur dalam masalah dua orang itu. Bisa-bisa, aku harus memanggil ambulance ke mari. Aku lalu bangun dari kursiku, keluar dari kafe dan melihat sosok yang sedang bersitegang yang mana salah satunya kukenali. Aku memicingkan mata sesaat. Sekali lagi memeriksa sosok itu yang berteriak dengan urat-urat di lehernya yang perlu dikasihani. "Sudah kubilang seharusnya kamu tidak menggangguku! Atau aku akan-" "Akan apa? Apa yang akan kamu lakukan kepadaku?" Aku melihat untuk sedetik tatapan mereka mengunci. Tatapan sang gadis --yang mana seratus persen adalah kenalanku-- terlihat kesal dan lelah. Sementara sang lelaki terlihat marah dan murka dan terluka. Aku merengut melihat mereka, tidak berniat melerai pasangan kekasih yang sedang bersitegang jika saja tatapan tajam Kika tidak menghunus ke arahku. Oke, jadi aku akan masuk arena dan errr, sialan Kika karena sejak kapan pegawai bisa dengan mudahnya memerintahnya bosnya? Aku lalu berdeham sekali. Berusaha untuk menarik perhatian mereka yang mana sama sekali tidak mereka hiraukan. Kemudian aku berdeham lagi, kali ini lebih keras dan bisa kulihat mereka mau tidak mau menoleh ke arahku. Well ya, kalian melakukan pertunjukkan di depan kafeku, saudara-saudara. Saat sang gadis --yang bernama Miranda, teman lamaku-- melihatku, bisa kulihat pupil matanya melebar. Dia menarik napas kemudian mengembuskannya dengan cepat. Aku menelan ludah susah payah. Dari reaksinya aku bisa melihat bahwa ada saklar lampu menyala di kepalanya jika saja saat ini kami berada di dalam film komedi. Kemudian aku mendengkus geli. Siapa yang mau kubohongi? Dari dulu dia memang seperti itu. Cerdik memanfaatkan situasi. "Oh Kai, syukurlah kamu di sini." Gadis itu mendesah dan melingkarkan lengannya di leherku. Otomatis membuatnya berada di pelukanku dengan tubuh yang menempel sempurna. Satu doa yang otomatis langsung meluncur keluar dari hatiku adalah, agar Ara tidak melihat hal ini. Aku kembali ke realita ketika merasa cengkraman di punggungku. Tentu saja itu Miranda dan untuk sesaat tatapan kami bertemu. Matanya yang berwarna cokelat gelap seperti meminta bantuanku. Membuat sudut hatiku tergerak untuk menolong orang yang pernah kukenal dulu. Errr, mungkin juga kami bisa berteman lagi di masa depan. "Hai Sayang, apa yang terjadi?" kataku pura-pura bingung. Gadis itu kembali mendesah dan semakin mendekatkan tubuhnya kepadaku. Aku meringis merasakan dua buah gundukkan lembut yang menekan dadaku. Oh man, kamu benar-benar dalam masalah jika Ara melihatnya! "Laki-laki itu memaksaku pergi bersamanya. Padahal aku sudah menolak dan mengatakan bahwa aku hanya milikmu," katanya dengan nada manja dan suara mendesahnya yang terdengar serak. Aku menelan ludah susah payah. Dengan semua rangsangan yang gadis ini berikan... Oh Tuhan, engkau tahu aku hanya mencintai Ara, tetapi aku tetap hanya lelaki biasa yang bisa tergoda. Memikirkan seperti apa reaksi Ara jika melihatku sedang berpelukan dengan gadis lainnya, membuatku meringis. Entah siapa yang akan dia habisi. Aku ataukah Miranda yang jelas-jelas menempel padaku seperti lintah. Atau yang lebih parah, bisa jadi kami berdua yang akan habis. Tanpa diduga Miranda mencium bibirku cepat. Aku membelalak, berusaha melepas ciumannya ketika sadar bahwa lelaki di depanku sedang mengamati kami. Dia tampak kesal dengan tatapan kesal yang tidak dia tutupi. Kemudian dia mengumpat dengan keras. "Mati saja kau dasar p*****r!" Lelaki itu menghentakkan kakinya dengan marah dan menghilang dari hadapanku. Aku mulai bernapas lega. Setidaknya lelaki itu tidak menggunakan kekerasan kepada Miranda dan dengan cepat, aku segera melepaskan lilitan tubuh Miranda. "Terima kasih atas bantuamu, Kai," ujarnya masih dengan nada manjanya. Aku menaikkan sebelah alisku heran. Apa dia memang memiliki suara penggoda seperti itu sejak dulu, ya? Aku akhirnya memilih tidak peduli, mengedikkan bahuku dan menjawab, "Dan lama tidak berjumpa Mir. Sepertinya tidak banyak yang berubah darimu?" Miranda terkikik dan menjabat tanganku yang sudah kusodorkan di depannya. "Senang kau berpikir seperti itu." Dia lalu menyipitkan matanya seakan menilaiku dari atas hingga ke bawah. Dia lalu menggeleng cepat dan kembali tersenyum menggoda. "Kamu tadi benar-benar membantu. Aku tidak tahu lagi bagaimana mengusir lelaki itu." "Bisa kulihat kamu benar-benar kerepotan." Aku menyeringai, senang bisa bertemu lagi dengan teman lamaku. "Dan selanjutnya, tuan Kai. Mungkin kamu yang akan kerepotan." Suara lembut memghanyutkan yang selalu kupuja dan sangat kukenali menyela di antara aku dan Miranda. Aku berbalik dan melihat Ara tersenyum. Well, senyumnya tidak mencapai matanya, jadi itu berarti dia benar-benar terganggu dan aku mulai berharap bahwa mood-nya hari ini tidak sekacau beberapa hari belakangan ini. "Aku bisa menjelaskan," kataku cepat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bad Prince

read
508.5K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
206.3K
bc

Romantic Ghost

read
162.2K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.3K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

True Love Agas Milly

read
197.6K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook