bc

Istri Katrok Tuan CEO

book_age18+
18
FOLLOW
1K
READ
billionaire
possessive
arrogant
brave
CEO
comedy
twisted
city
office/work place
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

"Ma, mana mungkin aku rela menikah dengan gadis katrok seperti dia!" tukas Arsyan sambil menunjuk seorang gadis berpenampilan kampungan itu dengan jari telunjuknya.

"Arsyan, jaga bicaramu! Ini semua juga atas wasiat mendiang ayah kamu. Mau tidak mau kamu harus menikahi Juminten!" balas Mama Sitta dengan tegas.

"Ma, demi apapun Arsyan enggak mau! Bagusan mantan istri Arsyan ke mana-mana, mau taruh di mana muka Arsyan kalau sampai menikahinya?"

"Wanita yang kamu banggakan itu suka berselingkuh, Mama sangat yakin sekali kalau keputusan almarhum papa kamu itu sudah tepat. Suka atau tidak suka kamu harus menikahi Juminten! Pernikahan akan dilangsungkan dalam satu minggu lagi!"

Arsyan harus menikahi seorang gadis desa bernama Juminten, ini semua karena wasiat mendiang ayahnya sebelum meninggal. Selain namanya yang katrok, sifat dan tingkahnya pun tidak beda jauh dari namanya. Hidup bersama dengan seorang gadis katrok sama sekali tidak ada dalam bayangan Arsyan setelah perceraiannya dengan sang mantan istri. Tanpa Arsyan tahu kalau ternyata Juminten bukanlah gadis katrok biasa, banyak rahasia dalam diri Juminten yang membuat Arsyan penasaran sehingga tanpa sadar ia terus mencari tahu lebih dalam mengenai gadis katrok itu. Semakin ia mencari tahu lebih jauh tentang Juminten, ada sebuah perasaan tak terduga yang tiba-tiba saja muncul.

chap-preview
Free preview
1. Surat Wasiat
"Sayang, syukurlah kamu sudah pulang. Dari tadi Mama telepon kamu enggak diangkat-angkat juga, sini-sini!" Mama Sitta langsung menarik putra semata wayangnya itu menuju ruang tamu. "Ada apa, Ma?" tanya Arsyan saat melihat ada banyak orang di ruang tamu. "Ayo sini duduk dulu, ada yang mau dibicarakan pengacara almarhum papa kamu." Arsyan mengernyit bingung mendengar perkataan mamanya, tetapi ia hanya bisa menurut untuk duduk di sebuah sofa samping mamanya. "Langsung saja ya saya akan menjelaskan wasiat dari almarhum Pak Kusuma," ujar pengacara bernama Pak Doko itu sambil membuka berkasnya balongan. "Di sini tertulis kalau seluruh aset kekayaan Pak Kusuma akan jatuh ke tangan anaknya yang bernama Arsyan Rejata Kusuma dan juga istri dari Pak Kusuma yaitu Ibu Sitta Meylinda Kusuma. Semua itu bisa diklaim asalkan Nak Arsyan memenuhi salah satu wasiat yang ditulis beliau sebelum meninggal," ujar Pak Doko. Arsyan mendengarkan perkataan Pak Doko tanpa minat, karena sejujurnya ia tidak terlalu tertarik dengan harta papanya. Arsyan sudah memiliki usaha sendiri di bidang otomotif, mau ia dapat warisan atau tidak itu sama sekali tidak masalah. "Syaratnya adalah Arsyan harus menikah dengan seorang gadis yang memang sudah dipilihkan oleh almarhum Pak Kusuma. Gadis itu sebentar lagi akan datang ke sini untuk memperkenalkan dirinya." Mata Arsyan membulat mendengar perkataan Pak Doko, baru saja ia akan menyela, mamanya langsung menahan tangan Arsyan agar Arsyan tak berbicara dulu. "Apakah nama gadis itu Juminten, Pak?" tanya Mama Sitta. "Ya, betul sekali. Ibu sudah kenal dengan dia?" Mama Sitta mengangguk, sebelum suaminya meninggal, ia memang sempat mendengar tentang gadis bernama Juminten dari suaminya. "Iya, suami saya dulu sempat menceritakan tentang gadis baik itu, saya juga penasaran ingin melihat wajahnya. Bagus sekali suami saya meminta agar anak saya ini menikah lagi, udah lama menduda takutnya itunya karatan lagi. Kan kasihan saya yang udah tua begini belum juga punya cucu," ujar Mama Sitta sengaja menyindir Arsyan. "Ma!" teriak Arsyan. "Shuut, kamu diem udah. Dengerin dulu penjelasan Pak Doko, jangan nyela mulu." Akhirnya Pak Doko pun kembali menjelaskan. "Permisi, Nyonya." Seorang asisten rumah tangga yang sudah berada di rumah ini sejak kecil itu menghampiri Mama Sitta yang tengah sibuk berbicara dengan Pak Doko. "Iya, ada apa, Bi?" tanya Mama Sitta pada Bi Marni. "Itu, Nyonya. Ada tiga orang yang berasal dari kampung datang ke sini, mereka bilang mereka diundang datang ke sini, Nyonya," ujar Bi Marni. "Ah, suruh masuk aja mereka, Bi." "Baik, Nyonya." Bi Marni pun pamit undur diri untuk memanggil calon tamu di depan sana. "Ini dia, mereka sudah datang." Pak Solo berdiri dan langsung menyapa tiga orang yang baru saja dibawa oleh Bi Marni menemui mereka. "Maksud Pak Doko, mereka keluarga yang suami saya katakan di surat wasiatnya, Pak?" tanya Mama Sitta. "Iya, betul, Bu." Mendengar itu, Mama Sitta pun langsung berdiri. Menyapa dengan ramah keluarga yang baru saja masuk ke rumahnya. "Ini yang akan jadi calon mantu saya?" tanya Mama Sitta lagi saat melihat seorang gadis muda dengan penampilan yang begitu katrok, tetapi memiliki wajah manis dan cantik. "Hallo, Bude. Kenalin nama saya Juminten, Bude bisa panggil saya Jumi atau Minten." Seorang gadis desa bernama Juminten itu langsung menyapa Sitta dengan ramah, bahkan dengan hormatnya ia menyalami tangan Sitta. "Halo, Minten. Udah cantik, kamu gadis yang sopan lagi, jangan panggil Bude ah panggil aja Mama. Sama kayak Arsyan, kamu 'kan sebentar lagi jadi calon mantu Mama." Diam-diam, Arsyan mendengarkan percakapan mamanya. Mata Arsyan melotot mendengar mamanya berkata seperti itu, semudah itu mamanya menerima seorang gadis yang entah berasal dari mana itu untuk dijadikan menantu? Arsyan tidak habis pikir! "Arsyan, coba kenalan dulu sama calon istri kamu. Dia cantik banget 'kan ya? Manis juga," ujar Mama Sitta pada Arsyan. Arsyan meneliti penampilan gadis bernama Juminten itu dari atas hingga bawah, Arsyan menggelengkan kepalanya ketika melihat pakaian yang dikenakan oleh gadis itu. Benar-benar aneh dan warnanya sama sekali tidak cocok satu sama lain. Bayangkan saja, gadis bernama Juminten itu mengenakan kemeja lusuh lengan pendek berwarna biru terang sedangkan bawahannya rok berwarna orange. Melihatnya dalam satu kali saja sudah membuat Arsyan muak, ia sama sekali tidak tertarik! Pria itu berdiri dan menghampiri mereka. "Ma, mana mungkin aku rela menikah dengan gadis kampung seperti dia!" tukas Arsyan sambil menunjuk gadis itu tepat di depan wajahnya. "Arsyan, jaga bicaramu! Ini semua juga atas wasiat mendiang ayah kamu. Mau tidak mau kamu harus menikahi Juminten!" balas Mama Sitta dengan tegas. "Ma, demi apapun Arsyan enggak mau! Bagusan mantan istri Arsyan ke mana-mana, mau taruh di mana muka Arsyan kalau sampai menikahinya?" "Wanita yang kamu banggakan itu suka berselingkuh, Mama sangat yakin sekali kalau keputusan almarhum papa kamu itu sudah tepat. Suka atau tidak suka kamu harus menikahi Juminten! Pernikahan akan dilangsungkan dalam satu minggu lagi!" balas Mama Sitta. "Arsyan lebih baik enggak dapat warisan dari papa ketimbang Arsyan harus menikahi gadis yang enggak jelas berasal dari mana. Mama, ayolah ... apa Mama enggak lihat penampilan dia yang kampungan dan norak itu? Apa enggak ada opsi gadis lain? Kenapa harus gadis ini, Ma? Ngeliatnya aja Arsyan enggak suka, gimana bisa dia jadi istri Arsyan. Pokoknya Arsyan enggak mau!" "Kamu jangan melihat seseorang dari penampilannya aja! Lihat juga hatinya. Mama udah trauma sama perempuan yang menjadi pilihan kamu itu. Pokoknya kamu harus mau karena ini adalah wasiat almarhum papa kamu. Kamu tega ngeliat papa kamu sedih karena anak semata wayangnya membantah wasiat darinya?" tanya Mama Sitta yang kali ini agak melunakkan suaranya. "Ma, orang udah mati enggak lagi ngurusin dunia. Udah beda alam, Ma, Mama jangan bawa-bawa papa dong, Ma," protes Arsyan. "Kenapa Mama enggak boleh bawa-bawa papa? Kan papa kamu yang kasih wasiat ini." Anak dan ibu itu terus bertengkar hingga membuat beberapa orang yang menonton pertengkaran itu kebingungan. "Gini aja, Mama akan tanya ke Juminten, kalau dia setuju buat nikah sama kamu maka kamu harus setuju nikah sama dia. Tapi kalau Juminten juga enggak setuju, jadinya pernikahan kalian batal. Gimana?" Arsyan nampak berpikir, kemudian mengangguk karena berpikir kalau Juminten pasti akan menolak. "Nak, Mama mau nanya. Kamu mau 'kan nikah sama anak Mam? Walau dia nyebelin gini, tapi dia aslinya baik kok. Mau ya, Nak?" pinta Mama Sitta penuh harap. "Ma? Kok gitu sih nanyanya? Enggak adil kalo —" "Diem kamu!" bentak Mama Sitta menghentikan perkataan Arsyan. "Saya mau, Bude. Lagian kalau kata Bapak sama Ibu, pamali menolak perjodohan. Masnya juga ganteng, Minten suka." Juminten menjawab malu-malu sambil menunduk, tak berani menatap Mama Sitta apalagi Arsyan. Arsyan yang mendengar jawaban Juminten itu ingin sekali melempar gadis itu jauh-jauh bahkan sampai ujung dunia sekalipun agar ia tidak perlu menikah dengan gadis kampung itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook