bc

BODYGUARD DARI MAJAPAHIT (Badra Samudro)

book_age12+
745
FOLLOW
5.4K
READ
drama
tragedy
comedy
no-couple
mystery
like
intro-logo
Blurb

Apa jadinya jika prajurit kesayangan Gajah Mada dari kerajaan Majapahit terlempar ke masa depan?

Ternyata bukan hanya Badra yang melindungi Dhie, tapi ada juga Mak Lampir.

Mampukah Badra melindungi Dhie jika nyawanya sendiri yang harus dipertaruhkan?

chap-preview
Free preview
Prolog : Misi Rahasia
Pada suatu masa... Tahun 1357 Masehi di kerajaan Majapahit. Pada masa itu wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit hampir sama dengan wilayah Indonesia sekarang, bahkan pengaruh Majapahit sampai ke negara-negara tetangga. Tetapi ada satu daerah di Nusantara yang tidak dapat ditundukkan, yaitu kerajaan Sunda dengan penguasa Sri Baduga Maharaja Linggabuana. Kebetulan Sri Baduga Maharaja mempunyai seorang putri bernama Dyah Pitaloka. Kabar kecantikan putri Dyah Pitaloka tersebar hingga Majapahit. "Wajahnya ayu sekali. Aku belum pernah melihat wanita seayu ini di Majapahit, Patih."decak Hayam Wuruk, terpesona melihat kecantikan putri Dyah Pitaloka di lukisan. "Coba kau lihat, auranya begitu memukau." Patih Gajah Mada melihat lukisan itu sekilas lalu menunduk lagi. "Daulat gusti, dia adalah putri dari kerajaan Sunda."elaknya, mengingatkan Hayam Wuruk. "Memangnya kenapa kalau putri dari kerajaan Sunda?" "Sampai saat ini mereka belum tunduk pada Majapahit. Hamba kuatir, ketertarikan gusti prabu tidak akan bersambut." "Kali ini kau salah, Patih." "Ampun, gusti!" "Jika aku menikahi putrinya maka mau tidak mau mereka akan bergabung dengan Majapahit. Hanya masalah waktu saja untuk mereka tunduk padaku. Segera kirim utusan pada mereka! Katakan aku ingin menjadikan putri Dyah Pitaloka sebagai istriku!" Hayam Wuruk langsung memberi titah. "Daulat, gusti!" Gajah Mada memberi hormat lalu bergegas pergi untuk melaksanakan perintah. Kabar Hayam Wuruk yang hendak mengirim utusan ke kerajaan Sunda untuk melamar putri Dyah Pitaloka, sampai ke telinga para tetua dan bangsawan Majapahit. Sebagian besar dari mereka tidak suka dengan kabar tersebut. Karena jika Hayam Wuruk menikah dengan putri dari kerajaan Sunda, kedudukan mereka di Majapahit akan terancam. "Kita harus bertindak sebelum pernikahan itu terjadi!" "Betul!" "Setuju!" "Jangan gegabah dulu!"teriak seorang bangsawan, membuat yang lainnya terdiam. "Aku yakin Tribhuwanatungga Dewi tidak akan membiarkan trah kerajaan jatuh ke tangan orang lain." "Itu benar. Tribhuwanatungga Dewi sudah mempunyai calon permaisuri untuk prabu Hayam Wuruk. Dan calonnya itu berasal dari trah kita sendiri " "Jadi apa yang harus kita lakukan?" "Kita lihat saja dulu apa yang terjadi nanti. Jika pernikahan itu tetap dilaksanakan, baru kita bertindak." "Baiklah!" Hayam Wuruk mengutus patih Madhu ke kerajaan Sunda untuk menyampaikan keinginannya. Setelah menempuh perjalanan berhari-hari, patih Madhu pun tiba di kerajaan Sunda dan langsung menyampaikan pesan dari Hayam Wuruk pada Raja kerajaan Sunda, yakni Sri Baduga Maharaja Linggabuana. "Sampaikan pada raja Majapahit bahwa aku menerima lamarannya!" Sri Baduga Maharaja langsung menerima lamaran Hayam Wuruk. "Baik, gusti!" Patih Madhu tersenyum senang. "Hamba undur diri! Kabar baik ini harus segera hamba sampaikan!" Patih Madhu bergegas pergi setelah memberi hormat pada Sri Baduga Maharaja. Tak lama kemudian putri Dyah Pitaloka masuk dan memberi hormat pada ayahnya. Kedatangan utusan Majapahit itu telah membuat geger seisi istana. "Kemarilah putriku!"sambut Sri Baduga Maharaja, meminta Dyah Pitaloka untuk mendekatinya. "Aku telah menerima lamaran Raja Majapahit untuk memperistrimu." "Ayahanda?" Sesaat Dyah Pitaloka terlihat ragu. "Apa ayahanda yakin?" "Tentu saja!"sahutnya, senang. "Kau akan menjadi istri dari raja Majapahit. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang saat ini dimiliki Majapahit, sangat menguntungkan kerajaan Sunda. Dan posisi kita akan semakin kokoh saat kelak kau menjadi permaisuri Majapahit." "Baiklah, terserah ayahanda saja." "Ha ha ha! Baiklah! Kita akan segera melaksanakan pernikahan ini!" Raja kerajaan Sunda begitu senang dan langsung memerintahkan patih dan prajurit untuk mempersiapkan perjalanan ke Majapahit. Dan beberapa hari kemudian, Sri Baduga Maharaja, putri Dyah Pitaloka beserta rombongan kerajaan berangkat menuju ke Majapahit melayari laut Jawa. Sesampainya di Majapahit, mereka mendirikan pesanggrahan di Lapangan Bubat sebelah utara Trowulan, ibukota Majapahit. Masalah mulai timbul saat Sri Baduga Maharaja tidak melihat persiapan pernikahan seperti yang ada dalam bayangannya. Sebaliknya, penjagaan prajurit Majapahit diperketat sejak kedatangan mereka. "Apa-apaan ini?! Kenapa tidak ada persiapan untuk pernikahan putriku dengan raja kalian?!" Sri Baduga Maharaja murka. "Maaf gusti prabu! Tidak akan ada persiapan untuk pernikahan nanti."sahut Gajah Mada. "Apa?!" "Sama seperti istri-istri yang lainnya, tuan putri Dyah Pitaloka bisa langsung memasuki istana. Penyambutan pernikahan hanya diperuntukkan untuk calon permaisuri kerajaan." "Maksudmu, putriku hanya akan menjadi selir??!!" Kemarahan Sri Baduga Maharaja tak terbendung lagi. "Kurang ajar! Kalian sudah meremehkan kerajaan Sunda! Sampai matipun aku tidak sudi tunduk pada kalian!! Prajuriittt! Serang mereka!!"gelegarnya, terdengar hingga keluar pesanggrahan. "Seraaanngggh!!!" "Hiaattt!!" "Seraaanngggg!!" Dalam sekejap, lapangan Bubat berubah menjadi medan pertempuran. Jumlah pasukan yang tidak seimbang membuat peperangan berlangsung timpang. Meski begitu, Sri Baduga Maharaja tak mau menyerah. Perang pun berakhir tragis. Seluruh rombongan kerajaan Sunda, termasuk raja dan putri Dyah Pitaloka tewas. Dalam sekejap, kejadian itu menyebar luas dan membuat geger rakyat dan penghuni istana Majapahit. Ditambah kabar bahwa putri Dyah Pitaloka bunuh diri untuk membela dan menghormati kematian raja dan seluruh pengikut kerajaan Sunda, membuat suasana di Majapahit semakin riuh ramai. Bahkan beberapa bangsawan meminta raja Hayam Wuruk mengadakan sidang terbuka untuk mengadili Gajah Mada. Raja Hayam Wuruk yang terpukul dengan kematian Dyah Pitaloka memilih diam dan menyendiri untuk beberapa waktu. Membiarkan istana ramai oleh gonjang ganjing keterlibatan Gajah Mada dalam perang Bubat. Meski Hayam Wuruk tidak menyalahkan Mahapatih Gajah Mada atas peristiwa itu, namun sebagai patih kerajaan yang telah mengabdi pada dua raja Majapahit sebelumnya, Gajah Mada sangat mengenal raja Hayam Wuruk luar dalam, bahkan dari Hayam Wuruk masih menjadi Rajamuda mendampingi ibunya yaitu raja Tribhuwanatungga Dewi. Gajah Mada pun mengalami pergolakan batin yang rumit, antara tanggungjawab pada kerajaan dan tanggungjawab pada nuraninya sendiri. Maka tanpa sepengetahuan siapapun, Gajah Mada mengirim pesan pada salah satu prajurit kepercayaannya untuk bertemu di suatu tempat pada waktu terang Bulan malam Pahing tanggal 12. Dan pada waktu yang telah dijanjikan... Seorang laki-laki muda memacu kudanya dengan cepat memasuki hutan Bambu Larang yang lebat dan terkenal angker oleh masyarakat setempat. Ditengah kegelapan malam dan hanya diterangi sinar bulan, pemuda itu terus memacu kudanya menuju sebuah gua kecil yang terletak dibalik air terjun hutan itu. Tak lama kemudian suara gemuruh air terdengar jelas, menandakan kalau tujuannya sudah dekat. Pemuda itu turun dari kuda lalu mengikat tali kekang kudanya ke sebuah pohon bambu tua yang menjulang tinggi. Dengan ilmu yang dimilikinya, pemuda itu melompati bebatuan dan menembus air terjun lalu masuk ke dalam gua. Disana telah berdiri satu sosok tinggi besar memakai jubah hingga menutupi kepala. Pemuda itu langsung menekuk sebelah lutut kaki ke tanah dan menempelkan kedua tangannya didepan d**a, wajahnya menunduk dalam, memberi penghormatan tertinggi pada sosok yang ada dihadapannya. "Hamba siap melaksanakan titah Mahapatih!" "Angkat wajahmu, Badra." Perlahan pemuda itu mengangkat wajahnya. Bukan rasa takut yang terlukis diwajahnya, tapi rasa segan, rasa hormat, rasa senang dan bangga memenuhi jiwanya. Dirinya yang hanya prajurit Bayangkara biasa bisa berhadapan dengan Mahapatih Gajah Mada, sungguh luar biasa. "Berapa usiamu, Badra?" "Usia hamba 28 tahun, gusti." "Sudah berapa lama kau mengikutiku?" "Dari hamba kecil." sahut pemuda bernama Badra itu dengan nada bangga. "Gusti menyelamatkan hamba dari para perampok yang telah membakar desa hamba. Gusti sudah memberikan hamba tempat berteduh, makan, bahkan keluarga. Hamba akan mengikuti gusti seumur hidup hamba." "Aku senang mendengarnya Badra..." Suasana menjadi hening. Gajah Mada nampak risau dan menghela nafas panjang berkali-kali, sementara pemuda itu tak berani bicara tanpa diminta terlebih dahulu. "Badra, aku akan memberikan titah padamu." "Hamba siap!" "Bersemedilah disini. 90 hari kemudian, aku akan mengirimmu ke suatu tempat yang asing dan sangat jauh. Aku akan menggunakan kekuatanku dari istana dalam agar tidak ada yang tau. Apa kau mengerti?" "Hamba mengerti." "Tugasmu adalah melindungi keturunan terakhir raja Sunda. Dia adalah gadis yang memiliki tanda lahir berbentuk bulan sabit dilengan kanannya." "Siap gusti!" "Mulailah semedimu." "Baik." Pemuda itu bangkit lalu berjalan mendekati sebuah batu dan duduk dengan menyilangkan kaki. Kedua tangannya bergerak berlawanan arah seakan sedang mengumpulkan kekuatan lalu bersatu didepan d**a. Perlahan matanya terpejam, hela nafasnya berhembus teratur dan tubuhnya pun mulai kaku mengikuti suhu udara ditempat itu yang dingin dan lembab. Sementara jiwa dan pikirannya mulai terpusat pada Sang Penguasa alam semesta. "Selamat tinggal Badra, aku mengandalkanmu." Gajah Mada menyelipkan sebuah gulungan daun lontar diantara kedua tangan Badra yang menyatu. Kemudian Gajah Mada menempelkan ujung jari telunjuknya pada kening Badra sambil merapalkan mantra ajian untuk menguatkan fisik dan batin pemuda itu. Karena satu hal yang tak diketahui Badra, Gajah Mada bukan hanya akan mengirimnya ke suatu tempat yang asing dan jauh, tapi juga ke dimensi waktu yang jauh yaitu masa depan. Setelah selesai Gajah Madapun meninggalkan gua. Setibanya diluar gua, tubuh Gajah Mada melesat terbang menembus derasnya air terjun. Tak lama kemudian terdengar suara menggelegar, Braakkhh!!! Bebatuan besar diatas tebing runtuh dan berjatuhan hingga menutup pintu gua. Kemudian dari dalam tanah keluar tumbuhan merambat yang mengikat bebatuan dan turut menutup rapat pintu gua itu dengan dahan dan ranting tebalnya, sehingga dari luar nampak bahwa dinding bebatuan air terjun itu sudah sangat lama tak terjamah oleh manusia. ?????

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.3K
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
199.7K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.5K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

True Love Agas Milly

read
197.6K
bc

The Seed of Love : Cherry

read
111.4K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook