bc

Shining Heart of The Billionare

book_age16+
418
FOLLOW
11.7K
READ
love after marriage
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
lighthearted
first love
Writing Academy
like
intro-logo
Blurb

Sambara dan Deon, menjalankan sayembara dari sang kakek untuk dapat memiliki seluruh aset perusahaan dan pribadi dengan syarat, bisa membuat jatuh hati seorang gadis pilihan dan menikahinya. Aset kepemilikan akan bertambah jika bisa memberi keturunan.

Deon sangat mudah mendekati Kahayang. Situasi terbalik dengan Sambara yang justru menjadi musuh bagi Kahayang. Keributan dan ketidakcocokan keduanya, membuat Sambara sulit menaklukan hati Kahayang.

Sampai situasi tak terduga menjadi keuntungan bagi Sambara dan pernikahanpun terjadi. Sayangnya, itu bukan pernikahan yang hangat. Masalah justru baru dimulai.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Pertemuan yang terbaik adalah pertemuan antara aku dan kamu. *** Cuaca begitu panas di bulan Agustus. Angin berembus sangat pelan dan hampir tidak terasa. Meski begitu, jalanan tak pernah sepi. Tak ada yang berniat diam saja di rumah, semua sibuk beraktivitas. Kemeja biru langit Sambara mulai basah di bagian punggung. Beberapa kali ia harus mengelap keringat yang menetes dari kening. Salah satu tangnnya terlipat, menyampir jas yang tadi sengaja dilepas karena gerah. Kaca mata hitamnya tak sekali pun dilepas, ini meringankan matanya dari silaunya sinar matahari. Tingginya tubuh, dan putihnya warna kulit, menarik perhatian sebagian orang di sana, terutama wanita, baik muda maupun berumur. Meski tak tersenyum, tetapi bentuk bibirnya sendiri membuat wajah Sambara lebih lembut. Setelah beberapa kali memeriksa GPS dan memastikan alamatnya, Sambara akhirnya berdiri di depan sebuah toko bunga yang direkomendasikan oleh salah satu teman wanitanya. Toko bunga langganannya tutup. Sedang bunga yang diinginkannya adalah jenis bunga yang sulit di dapat. Teman wanitanya merekomendasikan toko bunga yang dari tampilannya minimalis. Ia sudah menelepon toko bunga ini tadi, memastikan apakah bunga yang dia mau, ada. Yang menerima teleponnya adalah seorang wanita dengan suara yang sangat empuk dan tawa kecil yang terdengar manis. Sambara penasaran dengan pemilik suara itu Toko bunga "Kahayang", berada tepat dibagian belokan perempatan jalan besar. Pemilihan lokasi yang unik. Warnanya biru tosca mendominasi, disanding dengan susunan bata dengan warna aslinya. Dari kaca sudah terlihat tatanan bunga-bunga cantik, hidup dan mati. Sambara sudah cukup melihat-lihat, saat mendekati pintu, dari belokan muncul seorang perempuan muda dan menabrak lengannya. Betapa terkejutnya Sambara saat merasakan dingin teramat sangat di bagian lengan. Ia menyentakkan lengannya yang berakibat jatuhnya es krim ke jas dan meluncur tenang ke trotoar yang panas. Sedangkan si perempuan muda hanya melongo dan menatap jatuhnya es krim ke trotoar. Menyisakan cone di tangan. Perlahan dia menoleh ke arah Sambara. Bola matanya memiliki bulatan yang penuh, seolah hanya menyisakan sedikit putih, mengingatkan Sambara akan mata boneka. "Om, ngapain di tengah jalan?" tanyanya perlahan tetapi dengan tekanan yang jelas-jelas kesal. Sambara melotot. Seumur-umur, baru kali ini ada perempuan yang bukan anak kecil, memanggilnya 'Om'. "Tante sendiri ngapain?" balas Sambara kesal. "Apa?!" Perempuan itu melengos, mengatupkan bibirnya, menarik napas, dan membuang napas kasar. "Buka kaca matanya biar bisa lihat apakah saya ini tantemu atau bukan." Sambara membuka kaca matanya. Dan mata perempuan itu berkedip. Sambara dengan kaca mata saja sudah memesona, apalagi dilepas. Naungan lebat alis Sambara, membuat karakteristik Sambara keluar sebagai lelaki. Sambara mendekatkan wajahnya ke wajah si perempuan muda yang masih terpaku. Menguasai keadaan. Memastikan si perempuan muda bertekuk lutut pada pesonanya. "Sayang sekali. Kamu bukan tante saya, tetapi kamu mirip tante-tante yang diabaikan suaminya dan butuh penghiburan. Es krim saja tidak cukup, Tante." "b******k!" Perempuan muda itu menendang tulang kaki Sambara. Meruntuhkan arogansi pria gagah itu. Dengan mendengkus kesal, si perempuan muda itu masuk ke dalam toko bunga. "Sialan! Aduh...!" Sambara sempat mendengar tawa kecil dan saat melihat sekitar, beberapa orang ada yang segera menutup mulut, tetapi mata tak menipu. Mereka menertawakan dirinya. Sekuat tenaga Sambara menegakkan tubuhnya. Mengabaikan sakit tak terkira di bagian tungkai. Ia kembali menatap toko bunga "Kahayang" sebelum masuk. Seringai jahat sempat tersungging. Ada niat busuk untuk si perempuan tukang tendang. *** "Lho, Ayang, es krimnya mana?" tanya Elis yang baru saja menyortir bunga tulip. Ia terkejut dengan masuknya Kahayang yang tiba-tiba dan sedikit membanting pintu hingga lonceng pintu berbunyi riuh. Perempuan muda dengan rambut dipotong layer pendek berponi tipis, tak menjawab tapi terus melangkah ke bagian belakang toko. Elis hanya geleng-geleng kepala melihat sepupu yang sekaligus bosnya itu berjalan dengan bersungut-sungut. Sepertinya sepupunya itu abis mengalami musibah kecil yang membuat mood-nya rusak. Terdengar denting lembut dari pintu. Elis bergegas mendekat dan langsung terpana melihat seorang pria tampan masuk ke dalam toko bunga. Kemunculan pria berkemeja biru itu, bak kemunculan dewa dari langit ditemani cahaya menyilaukan di belakangnya. "Permisi." Suara yang maskulin. Elis maskin terpesona dan tak bisa berpaling. Sambara yang bingung dengan sikap Elis yang senyum-senyum sendiri, mendekati Elis. Semakin melangkah, semakin terbang Elis ke alam semu. "Permisi, Mbak." Sambara semakin bingung dengan Elis yang justru asyik memandanginya tetapi tidak merespon sapaannya. Dari arah belakang, muncul Kahayang dengan dua lusin mawar-mawar biru dan beberapa bunga baby's breath. Kahayang tak memperhatikan kemunculan orang lain. Ia sibuk menghitung bunga dan memastikan bunganya sehat. Langkahnya cepat menuju meja khusus untuk menata. Ia kemudian sibuk menata kedua jenis bunga itu menjadi sebuah buket yang besar. Kahayang tersenyum puas dengan hasilnya. Sampai kemudian ia sadar kalau ada seseorang yang berdiri di depan mejanya. Matanya membelalak melihat Sambara yang sudah ditetapkan menjadi musuhnya, berdiri diam dan menatapnya. "Apa?" bentak Kahayang. "Mau balas dendam?" Sambara diam sejenak. Ia terlihat sedang berpikir. "Bisa jadi." Kahayang kembali terpesona. Setelah tadi ia terpesona akan mata Sambara, kini ya bergetar mendengar suara maskulin pria di hadapannya ini. Namun, ia tidak boleh kalah. Kayonna kembali bersikap normal. "Laki-laki manja!" Sikut Kahayang dicubit lemah oleh Elis yang sudah berdiri sisinya dan tersenyum teramat manis pada pria di hadapannya itu. "Maaf, Mas. Jangan diambil hati," ucap Elis dengan nada sangat manis. "Mau bunga apa, Mas?" Kahayang mendelik ke arah Elis. "Bunga di sini gak ada yang dijual." Kahayang membalas mata Elis yang melotot dan menatap Sambara. "Silahkan pulang atau cari toko bunga lain." "Maunya begitu. Apalagi salah satu pelayannya sepertinya...." Sambara mengarahkan jari telunjuk ke pelipis dan memutarnya. Elis tertawa geli. Kahayang yang sudah teramat dongkol karena dikata gila dengan isyarat tangan, keluar dari mejanya, mendekati Sambara. Kedua tangannya tanpa aba-aba menempel di d**a Sambara, mendorong lelaki itu. Sia-sia. Sambara bergeming. Ia bahkan tersenyum remeh pada Kahayang. Tangannya yang bebas dari jas, memegangi puncak kepala Kahayang. "Pendek begini punya tenaga apa?" Kembali Elis tertawa lebar. Memang dari tinggi tubuh, terlihat jomplang. Lelaki itu setidaknya 180 Cm atau bahkan lebih. Sedang Kahayang hanya 158 Cm. Kahayang mendongak. Tatapannya setajam silet. "Turunkan tanganmu," desisnya. "Turunkan tanganmu dulu atau kamu boleh lebih mendekat lagi. Dadaku muat kalau hanya memeluk manusia kerdil sepertimu." Kembali Kahayang menendang tulang kaki Sambara. Namun, kali ini meleset. Sambara sudah siap akan serangan tendangan Kahayang. "Aaaa...!" Kahayang melepaskan tangannya dari d**a Sambara dan menjerit kesal. Ia menatap Elis dan telunjuknya di arahkan pada Sambara. "Gak ada satu pun bunga yang dijual untuknya. Titik!" Kahayang berbalik dan berniat masuk ke belakang. "Tapi saya sudah bayar." Langkah Kahayang terhenti. Menoleh ke arah Sambara yang sudah mengambil buket bunga mawar biru. "Kamu dari mana?" tanya Kahayang. "Bimantara Grup." Kahayang melepaskan napas panjang. "Ambil dan pergi!" Sambara mengedikkan bahu. Dia kemudian meletakkan jas di meja yang tadi dipakai menata bunga. "Saya mau ini dicuci bersih. Lusa saya kembali lagi untuk mengambilnya." Sambara berbalik, melangkah santai menuju pintu. Emosi Kahayang memuncak. Diambilnya jas Sambara dan akan dilemparkan ke punggung Sambara, tetapi Elis menahan. Saat keduanya masih tarik-menarik jas, Sambara berbalik tiba-tiba. "Jas itu dipesan di Itali. Pastikan tidak cacat." Sesudahnya Sambara menghilang di balik pintu. Meninggalkan denting paling mengesalkan sepanjang hidup Kahayang. Kahayang menjerit dan membanting jas Sambara ke lantai. Sambara yang sempat mendengar suara menjerit Kahayang justru tersenyum makin lebar. *** Matahari sudah sedikit tenang saat Sambara sudah sampai di areal pemakaman kedua orang tuanya. Tempat pemakaman yang agak ke pinggir dari kota Jakarta. Asri dengan banyak pohon dan rerumputan. Di sini, sepoi angin lebih bisa dirasakan menyejukkan. Mungkin karena tidak terhalang gedung-gedung tinggi. Ayahnya meninggal saat usianya enam tahun karena kecelakaan dan ibunya meninggal delapan tahun kemudian karena menderita. Ibunya terlalu mencintai ayahnya. Selain itu ada dendam yang kemudian menggerogoti kesehatan ibunya. Keduanya dimakamkan berdampingan dalam satu kijing dan satu nisan. Sesuai dengan permintaan sang ibu. "Papa.... Mama.... Ini Bara. Saya masih sehat dan saya masih aman. Saya akan menjaga diri saya baik-baik. Papa dan Mama yang tenang." Dengan takzim, Bara meletakkan mawar biru kesukaan ibunya didekat batu nisan granit berwarna putih. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

You're Still the One

read
117.3K
bc

My Boss And His Past (Indonesia)

read
236.6K
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M
bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

Satu Jam Saja

read
593.3K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook