bc

Cintanya Clara

book_age18+
717
FOLLOW
2.8K
READ
friends to lovers
powerful
drama
comedy
sweet
bxg
highschool
office/work place
first love
friends
like
intro-logo
Blurb

Pesanan mereka akhirnya datang, Clara lalu mulai melancarkan aksi dadakannya.

Dia berpikir keras, dan rupanya itu semua tidak luput dari perhatian Yoga "Kenapa Lo ambeyen?" Tanya Yoga heran melihat Clara duduk dengan tidak tenang.

Clara melotot, ia lalu berdehem "Ga.. seminggu lagi ulangtahun Gue lo"

      

"Terus ?"

"Boleh request kadonya dari sekarang nggak?"

 

"Mau minta kado apa emang?" Yoga mengaduk aduk jus melon favoridnya itu lalu meminumnya sambil menatap sahabatnya yang duduk tepat didepannya.

Clara menarik napasnya pelan dan membuangnya lalu menatap sahabatnya yakin "Gue..Gue mau minta perjakanya Elo"

       

"Whatt!!!" Yoga menyemburkan jus melon yang belum sempat masuk ke tenggorokannya..

chap-preview
Free preview
Cintanya Clara 1
Clara berjalan dengan tergesa. Dia merelakan waktu sarapan dan berangkat pagi demi menyelesaikan misinya. Walaupun belum ada siswa maupun siswi yang berlalu lalang, tak jadi masalah bagi Clara. Dia mengesampingkan rasa takutnya demi satu tujuan. Clara yang notabene adalah seorang penakut, mendadak menjadi pemberani. Memang benar kata orang, keinginan kuat mampu mengalahkan segalanya. Beberapa bulan yang akan datang mungkin dia sudah lulus, jadi hari ini misinya harus berhasil seperti tahun ataupun hari-hari penting sebelumnya. Ini hari yang sakral, yaitu hari ulang tahun cintanya dia. "Hey, yo!" Clara terjingkat kaget, mendengar suara cempreng dari balik tubuhnya. Ia memejamkan mata sejenak, mengatur nafas, dan menghembuskannya lega setelah mengetahui ternyata bukan jin yang telah mengagetkan dirinya baru saja. Ia melotot sebal begitu mengetahui sumber dari suara yang mengganggu gendang telinganya. "Setan lo!" maki Clara sebal. Pelaku dari kekekian Clara malah asyik mengibaskan rambut panjangnya, ke kanan lalu ke kiri sambil tertawa yang dibuat seanggun mungkin. Sungguh bertolak belakang dengan tampang antagonisnya. "Sok kecakepan banget ini anak," gerutu Clara. Ia semakin sebal melihat tingkah dari perempuan yang ada di hadapannya. "Mana ada setan cantik gini, ya nggak sih?" balas Tia. Perempuan bernama Tia itu, dengan gemulai mengambil cermin lipat yang selalu ia bawa di dalam saku kemeja sekolahnya. Detik berikutnya, ia berkaca seolah dia adalah perempuan paling cantik di Indonesia. Clara membuang muka. "Ada tuh ... ya lo itu!" ucap Clara kemudian sambil menunjuk wajah Tia. Sahabat yang juga teman sebangkunya. Jika dipikir-pikir, Tia memang cantik. dia tinggi, putih, dan juga berambut panjang. Persis sekali dengan gambaran setan ala-ala di film Indonesia pada umumnya. Tanpa Clara sadari, dia malah asyik cekikikan begitu membayangkan penampakan Tia, jika menjadi pemain film horor. Clara membayangkan, jika suatu hari nanti sahabatnya yang centil itu menjadi tokoh setan dalam sebuah film horor, setan seperti apa yang sesuai dengan wajah sahabatnya itu? Atau jangan-jangan, sahabatnya itu akan merusak image dari acara persetanan itu sendiri. Membayangkan jika para setan demo akibat ulah Tia sungguh menggelikan. "Kesurupan ya lo?" sindir Tia. Perempuan itu lalu melirik kotak yang dibawa oleh Clara. Sebuah kotak persegi dibungkus kertas kado berwarna biru laut, yang menambah kesan norak adalah gambar love yang bertaburan di mana-mana. Tia bergidik geli, tetapi berusaha tidak berkomentar yang akan mengancam keselamatan hidupnya. Untuk sementara ini, mulut cantiknya ia istirahatkan dulu untuk bernyinyir. "Raihan lagi?" tanya Tia lalu menunjuk kotak biru yang dibawa oleh sahabatnya. Clara mengangguk antusias, saat nama Raihan disebut. Senyum lima jari langsung terukir di wajahnya. Tetapi begitu kembali melihat wajah Tia, tiba-tiba ekspresinya berubah. Clara kembali menampilkan wajah juteknya. "Iya, makannya jangan ganggu aksi gue! Sono-sono ... hush ... hush, gue mau ke kelas Raihan dulu." Raihan adalah cem-ceman Clara dari jaman mereka masih MOS. Sampai sekarang pun, perempuan itu masih saja sangat mengidolakannya. Jika ditanya kenapa? Clara pun tidak mampu menjawabnya. Hanya saja, saat melihat wajah adem Raihan dia selalu bahagia. Sesederhana itu. Memberi kado saat Raihan ulang tahun, memberi cokelat di hari valentine, memberi kue-kue kering ketika Clara sedang semangat-semangatnya belajar bikin kue, seolah menjadi rutinitasnya selama hampir tiga tahun ini. Raihan adalah alasan dirinya bisa semangat masuk sekolah, selain omelan dari sang bunda. Tetapi, meskipun kegiatan itu berjalan hampir tiga tahun, Raihan tentu saja tidak mengetahui siapa pelaku pemberi berbagai macam hadiah tersebut, karena Clara dengan sok misteriusnya hanya mencantumkan inisial namanya saja. Ya kali, inisial "C" hanya Clara seorang di sekolahnya. Clara celingukan mengintip ruang kelas Raihan demi ingin mengetahui sudah adakah siswa yang berada di dalam kelas. Jam segini sih harusnya belum. Clara bernapas lega saat melihat kelas masih benar-benar kosong. Akan tetapi rasa leganya ternyata tidak bertahan lama. Tiba-tiba seseorang merangkul bahunya dari belakang. "Astagfirullah! Ngapain si lo di sini? Ganggu aja, kaget tau gue!" seru Clara. Clara makin cemberut melihat wajah datar Yoga, salah satu sahabat dekat Clara. Mereka sahabatan sudah cukup lama, dari semenjak keduanya masih memakai celana yang menyerap sesuatu yang disebut ompol sampai dengan saat ini. "Ini kelasnya gue B-E-G-O-K!" jawab Yoga tidak santai sambil menoyor jidat mulus Clara. Clara memutar bola matanya, ia heran dengan sikap Yoga yang selalu ngegas, jika berurusan dengan manusia lain, wajahnya juga selalu datar tanpa ekspresi. Clara berusaha memaklumi, mungkin settingan awal pabriknya memanglah seperti itu, jadi sulit sekali jika akan dirubah. Bahkan kapan terakhir kali melihat anak dari bapak Subagyo itu tertawa saja, Clara susah untuk mengingatnya. "Ngapain komat-kamit nyumpahin gue lo?" Peka banget si, ini anak kampret... "Raihan lagi?" tanya Yoga sambil melirik kotak persegi yang dibawa oleh Clara. "Norak banget! Lo gak punya kertas kado yang lain apa? Selera lo Ra...," lanjutnya kemudian. "Ssst ... gak usah banyak cing to the cong. Sono gue sibuk!" Tak mau repot-repot menjawab pertanyaan Yoga, Clara mendorong badan Yoga meskipun kesulitan. "Lo keliatannya aja kerempeng, ternyata berat juga ya lo Ga?" "Kerempeng mata lo!!" Enak aja mengatai dirinya kerempeng. dia ini proposional kalau Clara tidak tahu. Clara menggelengkan kepala. "Ush ... ush ... ush ... mulutnya Pak dijaga. Harap berbicara yang manis, ya sama cewek manis." Yoga memperagakan dirinya seperti akan muntah, mendengar penuturan konyol dari Clara. "Minggir bentar napa Ga...," pinta Clara lalu mencium kotak yang sedari tadi ia bawa, lalu memasukkannya ke kolong meja Raihan. "Baik-baik, ya nak sama ayah...," lirih Clara, tetapi masih dapat didengar oleh Yoga. Laki-laki itu bergidik geli melihat tingkah konyol Clara. Diam-diam merasa kasihan dengan Raihan. Berharap, semoga Raihan tidak trauma jika mengetahui selama ini mempunyai fans seperti Clara. Clara memukul lengan Yoga. "Aduuh!" teriaknya begitu tangannya yang malah kesakitan. "Lo robot ya Ga?? Tangan lo keras amat?" "Sesuka lo aja deh Ra...." "Lo juga, dipikir-pikir gak ada ekspresinya. Fiks beneran lo emang robot. Gue nanti tanya mama Siska ah, jangan-jangan lo hasil beli dari shopee." Yoga berjalan ke arah tempat duduknya untuk menaruh ransel yang ia bawa, lalu berbalik keluar kelas. Bakal membuang- buang banyak waktu, jika harus meladeni kekonyolan Clara. Akan tetapi perempuan itu malah mengikutinya. "Lo mau ke mana? Kantin? Ikuuut...." Yoga berdecak, tetapi hanya pasrah saat ujung jaketnya ditarik-tarik oleh Clara. "Ayo, cepetan Yoga!" Yoga membuang napasnya, memijat keningnya yang mulai berdenyut. "Jangan kayak cewek deh kalo jalan ... ayo cepetan!" "Lo tuh yang kayak cowok!" balas Yoga tidak terima. Clara malah tertawa, tampak tidak mempermasalahkan ucapan Yoga, karena Clara sudah tahan banting dengan kejutekan Yoga selama ini. Beruntunglah Yoga memiliki sahabat seperti dirinya. Sudah cantik, baik hati, sabar, lemah lembut, kurang apa lagi coba? Clara tiba-tiba berhenti, ia terdiam menatap Yoga lalu tertawa terbahak-bahak. "Akhirnya misi komplit!" teriaknya bahagia. Yoga mengusap dadanya pasrah, lalu kabur seolah dirinya tidak mengenali perempuan yang berada di dekatnya ini. Meskipun hanya ada setan di antara mereka berdua, Yoga tidak ingin setan saja salah paham dengan kedekatan antara dirinya dan Clara.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Long Road

read
118.3K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.1K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.4K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
82.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook