Kala Cinta Menggoda

Gino menggandeng Dirana masuk ke dalam rumahnya. Jona, sebagai sahabat terdekat Dirana menarik napas ketika melihat pemandangan di depannya. Dirana tampak beda, rambut panjang gadis itu sekarang berubah menjadi pendek, di atas bahu. Dan apa? Dirana mengenakan rok. Ini sama sekali bukan gaya berpakaian Dirana yang dikenal tomboy.  Di ujung sana, Gibran berdiri tepat di samping Kasa yang memilih menjadi pendengar. Suasana sedang kacau setelah mereka tau kabar tentang kehamilan Dirana-yang belum diketahui siapa Ayah dari bayi yang dikandung Dirana. “Gue nemuin Dirana di jalan tadi," kata Gino memecahkan keheningan di antara mereka. Setelah kabar kehamilannya sampai ke telinga Jona dan yang lain. Dirana menghilang selama dua minggu lebih. Jona beserta Gino kelimpungan mencari keberadaan Dirana. Mereka pergi ke rumah Tante Dirana, tapi Tante Dirana bilang kalau keponakannya itu sudah tidak tinggal lagi bersama keluarga tantenya. Tentu saja ini membuat Jona shock. Dirana bukan hanya seorang teman, tapi sudah ia anggap sebagai seorang adik. Kalau ada yang menyakiti Dirana, tentu Jona akan bertindak. Ia tidak akan segan-segan menghabisi orang yang sudah menghamili temannya, kemudian pergi tanpa bertanggung jawab. “Jo...” Gino memutar badan menghadap Jona. “Gue mau bilang sesuatu sama lo.” Jona mengerutkan dahi. Pandangannya masih belum lepas dari gerak-gerik Dirana. “Kita selesain masalah Dirana dulu, baru lo—" “Gue yang bakal bertanggung jawab atas kehamilan Dirana.” Gino menyela cepat sebelum Jona membuka suara. Mereka diam dan kaku. Terlebih sosok di paling ujung, rahangnya mengeras, tangannya terkepal. Pandangan tajamnya terarah pada Gino yang terlihat begitu tenang. “Lo dengerin gue, oke?” Takut terjadi salah paham di antara dirinya dan Jona. Gino menjelaskan kalau bukan dirinya Ayah dari bayi yang dikandung Dirana. Gino melakukan ini semata-mata demi menyelamatkan Dirana. Bagaimana bisa Dirana menanggung semuanya sendiri? Dirana hamil di usia yang begitu muda. Pastilah berat untuk gadis itu. “YA NGGAK BISA GITU DONG!" seru Gibran dengan suara lantang. “Gimana bisa lo yang bertanggung jawab, kalau bukan lo pelakunya!” Serempak. Mereka memandangi Gibran heran. Kenapa nada bicara Gibran seolah tidak menyukai apa yang Gino katakan. “Gue nggak bisa biarin dia nanggung sendirian, Bang. Siapa yang mau tanggung jawab?!” Gino bersikeras. Jujur saja ia pun merasa berat. Tidak mudah saat ia memutuskan untuk menikahi Dirana. “Gue... gue yang bakal bertanggung jawab.” Keempat laki-laki itu melebarkan mata mereka. “GUE AYAH DARI BAYI ITU!" wajah Dirana memerah. Di depan Gino, Gibran menunjuk perutnya.