bc

Dia segalanya bagiku

book_age18+
705
FOLLOW
3.5K
READ
family
manipulative
goodgirl
boss
drama
sweet
no-couple
city
virgin
like
intro-logo
Blurb

Gavin sosok pemuda tampan yang hidup sederhana dengan sang adik yang bernama Tisha. Keduanya pun saling menyayangi satu sama lain.

5 tahun yang lalu, naas sebuah tragedi menimpa Tisha. Hingga membuat gadis itu mengalami kebutaan akibat kecelakaan yang  menimpanya oleh orang tak bertanggung jawab.

Gavin sosok kakak siaga yang selalu melindungi dan menjaga adiknya, hingga tanpa disadari perasaan yang ia rasa melebihi sekadar rasa sayang dan cinta kepada adiknya, melainkan perasaan cinta sebagai seorang pria kepada wanita.

Disaat mereka menjauh, sebuah fakta mengejutkan muncul. Akankah pada akhirnya cinta mereka bisa bersatu? Atau hanya akan menjadi kisah cinta terlarang?

chap-preview
Free preview
1.
Aku menyayanginya lebih dari apapun, bahkan aku rela mengorbankan nyawaku untuknya. Dia adalah nafasku, harta terindah di dalam hidupku. Aku tak menginginkan yang lainnya lagi, cukup aku dan dia saja sudah membuatku bahagia. sungguh sempurna dirinya untuk melengkapi hidupku "Kakak!" panggilannya untukku. "Iya sayang?" ah aku sudah terbiasa memanggil adikku dengan kata sayang. Ia berjalan pelan kearahku menggunakan tongkat untuknya berjalan, kalian tahu kenapa ia memakai tongkat saat berjalan? Yupsss, jawabannya adalah karena adikku buta alias tidak dapat melihat. tapi ini bukan dari lahir, semua ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu adikku berusia 17 tahun, ia harus mengalami nasib buruk karena kecelakaan yang menimpanya, oleh orang tak bertanggung jawab. saat itu aku ingin saja menghabisi orang tersebut jika bertemu, aku putus asa melihat adik yang ku sayangi mengalami ini. Tapi berkat keteduhan hatinya yang sabar, selalu membuat hatiku menghangat. aku berjanji pada adikku, jika suatu saat nanti aku akan mengobati matanya, dan ia akan bisa melihat lagi. Tentu saja aku akan lebih rajin dan giat lagi dalam bekerja, semuanya demi adikku Tisha. "Aku lapar kak." ucap Tisha setelah berhasil mendekati ku. "Sebentar kakak ambilkan," kataku dan berjalan ke arah dapur. Aku kembali dengan membawa makanan dan menaruhnya dimeja, aku pun memegang tangan Tisha, dan menuntunnya berjalan ke arah meja makan. Aku tersenyum melihatnya ceria, ku suapi adikku dengan sangat lembut. sebenarnya Tisha susah terbiasa dengan keadaan seperti ini, dia termasuk gadis yang mandiri untuk ukuran orang sepertinya. Tak sadar aku menangis, pikiran ku terlempar lagi ke kecelakaan adikku 6 tahun yang lalu. Rahangku mengeras bila mengingat itu, aku masih saja dendam pada orang tak bertanggung jawab itu. adikku termasuk korban tabrak lari, dan mengalami cacat pada matanya. Aku mengepalkan kedua tanganku, rasanya sangat sakit bila mengingatnya. Sampai kapan pun aku akan terus mencari tahu, siapa orang yang tidak bertanggung jawab itu! ***** "Tisha, kakak pergi berangkat bekerja dulu ya sayang, kamu di rumah sama Sekar." ucapku pada adik kesayanganku. "Iya kakak," ucapnya tersenyum ke arah lain. "Hei sayang, kakak disini cantik!" ku putar tubuh adikku agar menghadap ke arahku. "Upsss maaf kak, Tisha kan tidak bisa melihat." ucapnya lagi masih tersenyum lebar. Aku pun ikut tersenyum melihatnya, ku usap kepala dan rambutnya dengan sayang. meskipun dalam keadaan seperti ini, tapi dia tetap selalu ceria. "Ya sudah, kakak berangkat ya sayang." Tisha mengangguk. "Assalamu'alaikum," salam ku padanya. "Wa'alaikumsalam." aku pun menutup pintu rumah kami, karena biasanya setelah aku berangkat kerja, maka Sekar akan langsung datang ke rumah. Aku naik angkot untuk berangkat ke tempat kerjaku, aku sudah terbiasa melakukan hal ini. untuk orang seperti kami tidaklah masalah, dari kecil aku dan adikku sudah terbiasa hidup sederhana seperti ini. Pekerjaanku pun hanya seorang kuli bangunan, ia tak apalah yang penting halal. aku sempat merasakan bagaimana rasanya duduk di bangku kuliahan, tapi karena semenjak adik ku mengalami kecelakaan memilukan itu, aku berhenti dan memilih bekerja. Orang tua kami sudah lama meninggal dari aku SMP, untuk usia bocah lelaki pada saat itu, aku sudah mulai mengerti dan belajar mandiri, terlebih aku memiliki adik perempuan satu-satunya yang harus ku jaga. Kalau di tanya apakah aku masih ingin melanjutkan pendidikan ku? tentu saja aku menjawab Ya. tapi sekarang prioritas utamaku adalah Tisha, hidupku hanya tertuju untuknya, semuanya hanya tentang Tisha. "Kau masuk kerja juga Gavin?" tanya pak Yudi selaku mandor disini. "Iya pak, maaf kemarin saya tidak masuk." ucapku karena memang kemarin aku tidak masuk bekerja. "Ya sudah," ucap pak Yudi dan berlalu dari hadapanku. "Weeh masuk kerja hari ini bro." sapa Aryo temanku. "Iya Yo, kemarin Sekar gak bisa ke rumah, dan aku takut jika meninggalkan adikku sendirian." jawabku tersenyum. Obrolan kami pun berakhir dah mulai melakukan pekerjaan, aku merasa hari ini semangat sekali, bayangan wajah Tisha adikku membuatku semangat. ******* "Sekar, aku ingin siang nanti mengantarkan bekal untuk kak Gavin. kamu tahu kan dimana tempatnya bekerja?" tanya Tisha pada Sekar. "Uhm... baiklah, aku akan memasakkannya untukmu cantik." ucap Sekar bangkit berdiri. "Tidak!" ucap Tisha spontan. "Kenapa Tis?" tanya Sekar heran. "Aku juga ingin memasak." ungkap Tisha membuat Sekar menganga. "Tapi bagaimana mungkin...," ucapan Sekar terhenti melihat reaksi Tisha yang sedih. "Aku mengerti Sekar jika aku ini buta, mana mungkin orang buta bisa memasak! buat berjalan saja susah." kata Tisha membuat Sekar merasa tak enak hati. "Eeh enggak gitu Tisha, hanya saja...." "Hanya saja apa Sekar?" "Ok, bagaimana kalau kita masak bersama?" usul Sekar. "Tentu saja aku mau, memang itu yang ingin aku bilang padamu Sekar." ucap Tisha senang. "Ah iya ya, kenapa aku bodoh sekali!" ucap Sekar membuat Tisha tersenyum geli menghadap ke arah lain. "Gimana mau masak? kalau Tisha saja menghadap ke arah lain saat bicara bersamaku!" ucap batin Sekar mengelus dadanya berharap lebih bersabar. "Ayo! saatnya kita memasak." ajak Sekar memegang tangan Tisha menuju dapur. "Nah, ini dapurnya Tisha." "Aku sudah tahu Sekar, aku sudah menghafal seluruh letak rumah ini." "Oh ya? benarkah?!" Tisha mengangguk. "Waaah hebat! ok, sekarang kita fokus untuk memasak." Tisha mengangguk lagi, kali ini lebih bersemangat. Akhirnya Tisha dan Sekar mulai memasak. ralat, lebih tepatnya Sekar yang memasak, sementara Tisha hanya membantu mengacak-ngacak sayuran dan benda lainnya. Sekar pun tak mempermasalahkan itu, dari pada Tisha terkena pisau saat membantu memotong sayuran. "Apakah masih lama lagi Sekar?" tanya Tisha sudah tak sabar. "Ah, sebentar lagi cantik, ini tinggal nunggu sayurnya dikit lagi mateng kok." jelas Sekar membuat Tisha menganggukkan kepalanya. Masakan sudah selesai, dan Sekar pun memindahkannya ke dalam tempat bekal untuk Gavin. "Ayo kita berangkat!" ajak Sekar memegang tangan kiri Tisha. Sementara tangan kanan Tisha memegang tongkatnya, dan tangan kiri Sekar memegang bekal makan siang untuk Gavin. Mereka berdua naik angkutan umum untuk menuju tempat kerja Gavin, para penumpang angkot pun banyak yang memperhatikan Tisha. Banyak sebagian orang yang melihat merasa iba pada kondisi Tisha, dan sebagian lainnya berbisik membicarakan sesuatu. Sekar bukannya tidak tahu akan hal itu, hanya saja ia lebih memilih menulikan telinganya. Akhirnya mereka sampai di tempat kerja Gavin, namun pria itu tidak kelihatan, sehingga Sekar menyuruh salah satu teman Gavin untuk mengabarkan jika adiknya Tisha datang. Tak lama pria itu datang dengan senyum yang mengembang, langsung ia peluk Tisha ke dalam pelukannya. sedangkan Sekar yang melihat itu merasa sedikit cemburu, tapi ia buru-buru menepiskan rasa itu. "Ini kejutan untukku?" tanya Gavin pada Sekar. Sekar hanya tersenyum mengangguk, Gavin terus saja menciumi seluruh wajah adiknya, ia goda adiknya dengan kata-kata manjanya dan di toel-toel dagu Tisha. "Kakak, udah iiih geli haha." ucap Tisha merasa geli saat Gavin terus menciumi wajahnya. "Siapa suruh kamu imut begini hem? gemas tahu." di gigitnya telinga Tisha. Mereka terus saja terlihat asyik berdua, tidak merasa bahwa ada kehadiran Sekar. Sekar sendiri berdeham agar mereka tersadar, seketika Gavin menghentikan godaannya pada Tisha. "Ayo kita makan!" ajak Gavin saat Sekar membuka tempat bekalnya. "Ini kamu yang masak sayang?" tanya Gavin pada Tisha. Tisha menggeleng. "tidak kak, ini semua masakan Sekar, tadi rencananya sih Tisha mau bantu masak, tapi kan...." Tisha menghentikan ucapannya. "Ah iya, ini sebenarnya kami berdua yang masak kak, benar kan Tisha?" Tisha mengangguk ceria. "Ini enak sekali, terima kasih ya kedua adikku tersayang." Sekar dan Tisha merasa senang sekali, karena Gavin menyukai masakannya, dan menghabiskan seluruh makanannya. "Ok, kakak udah siap makan, dan sekarang mau kembali bekerja, kalian pulanglah dan hati-hati." ucap Gavin mengelus puncak kepala Tisha, dan tersenyum pada Sekar. Setelahnya ia berlalu dari hadapan mereka berdua, dan kembali bekerja. Tisha dan Sekar pun langsung pulang ke rumah. "Hari ini sukses!" ucap Tisha senang. "Iya Tisha." mereka tertawa bersama.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.1K
bc

Hubungan Terlarang

read
501.0K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

I Love You Dad

read
282.7K
bc

True Love Agas Milly

read
197.7K
bc

Papah Mertua

read
530.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook