bc

Keinarra Love Story

book_age12+
2.3K
FOLLOW
22.8K
READ
love-triangle
possessive
family
love after marriage
drama
bxg
city
first love
love at the first sight
wife
like
intro-logo
Blurb

Sedari kecil, seorang Keinarra Mahawira terbiasa mendapatkan semua yang ia inginkan. Hanya satu kali rengekan, maka sang papa akan mengusahakan apa pun untuknya. Termasuk, seorang pria bernama Adhitama Pradana, yang membuatnya jatuh cinta. Tak peduli, jika sosok itu telah memiliki tambatan hati.

Tapi bagaimana jika sebatas raga? Karena hingga berstatus suami-istri, wanita lain yang tetap bercokol di dalam pikiran dan hati suaminya!

chap-preview
Free preview
Prolog
Gadis itu menyesap wine dengan tatapan malas yang ia lemparkan ke atas panggung. Tengah memperlihatkan seorang wanita yang tak henti tersenyum lebar. Apa giginya tidak kering terus melempar senyum seperti itu? Memberikan ucapan terima kasih dan memberi pidato kepada para tamu yang hadir, nyaris memakan waktu setengah jam. Dengan seorang pria yang tersenyum tapi lebih terlihat seperti ringisan bosan. Begitu setia berdiri di samping karena lengan kirinya yang dibelit kuat oleh wanita yang masih berceloteh panjang. Hah, kasihan sekali. Lebih menyebalkannya lagi, isi pidato wanita itu berbau pamer akan segala kemewahan pesta ulangtahunnya saat ini. Mengedikkan bahu tak acuh, ia nyaris kembali menyesap minuman, sebelum gelas yang berada di tangan kanannya, tiba-tiba diambil alih oleh seorang gadis yang memperlihatkan wajah santai. "Muka lo kecut banget, Kei," ucap gadis berambut sebatas bahu itu, "sejak kapan, seorang Keinarra Mahawira tak menyukai pesta?" Kekehnya sembari menyenggol pelan bahu sahabatnya yang tampak dongkol. "Gue suka pesta, tapi bukan pesta yang seperti perayaan ulangtahun bocah gini," Kei menatap malas Citra, sahabatnya yang menyemburkan tawa, seolah apa yang baru saja ia katakan adalah lelucon yang berhasil menggelitik perut, "gue mau balik," ucapnya kemudian, sebelum berlalu dengan beberapa pasang mata, terutama para pria yang mengikuti setiap langkah anggunnya. "Kei!" Teriak Citra yang sampai harus mengangkat gaun panjangnya hingga selutut seperti tengah kebanjiran, hanya agar bisa mengejar sahabatnya yang sudah meninggalkan ball room hotel bintang lima yang dijadikan tempat pesta ulangtahun teman semasa kuliah dulu, "Kei, tunggu dong! Gue mau nyusruk ini, gaunnya ribet." Keluh Citra yang berhasil membuat Keinarra menghentikan langkahnya. "Apa lagi? Gue mau balik. Lo mau ikut?" "Jangan dong, kan masih sore, masa balik? Nggak asik banget lo!" Membalikkan tubuh, Agar bisa berhadapan dengan Citra. Kei bersedekap tangan, sebelum kemudian mengedikkan bahu tak acuh, "gue kan udah bilang, bosen di sini. Mending pulang, rebahan di kasur daripada dengerin si Mona sibuk pamer ini dan itu. Lagian, dia bisa lebih bahagia gue nggak ada. Gue yakin lo nggak melewatkan senyuman palsu yang dari tadi dia pasang buat gue kan?" Citra meringis, tentu saja dia pun bisa melihat, jika senyuman yang Mona perlihatkan pada Kei hanya sekadar basa-basi. Dia sendiri heran, untuk apa Mona ikut mengundang Kei, yang sedari masa kuliah dianggap sebagai rival utama dalam mendapatkan gelar primadona kampus? "Honey," Citra nyaris membuka suara, tapi bibirnya kembali terkatup saat seorang pria tengah melangkah kearahnya. Pria tampan blasteran Indonesia-German itu segera merangkul bahunya yang terbuka dan mencuri ciuman di pipi kirinya, "aku cari kamu dari tadi," keluhnya. Citra menggigit bibir bawahnya, meringis tak enak hati pada pria yang baru empat hari bersatus sebagai kekasihnya itu, "sorry, honey, aku ada perlu sama Kei." Menatap jengah sejoli yang justru menjadikannya makhluk tak kasat mata, Kei sengaja berdeham cukup keras, agar mendapat atensi dari mereka, "gue balik duluan ya, bye!" Pamitnya sebelum kemudian berlalu pergi, bahkan tanpa menunggu Citra memberikan jawaban. Kei melangkahkan kaki menuju mobilnya terparkir, masuk ke dalam dan mendudukkan diri di kursi kemudi dengan napas terhela berat. Saat melarikan pandangan pada penunjuk waktu di pergelangan tangan kirinya, ia mendengkus sebal. Sudah jam sebelas malam ternyata. Astaga ... Tiga jam waktunya terbuang sia-sia dengan menghadiri pesta yang begitu membosankan. Jika bukan karena rengekan Citra, ia mana mau ikut serta.  Sialnya, saat hadir, sahabatnya itu menggandeng pria asing yang lagi-lagi diperkenalkan sebagai kekasih baru. Dan membuat Kei seperti anak hilang di keramaian karena terus sendirian di tengah pesta. Meski, beberapa kali ada pria yang mencoba membuka obrolan basa-basi, bahkan mengajak berkenalan secara terang-terangan, yang hanya ditanggapi Kei dengan seadanya. Bukannya sombong, ia hanya malas berurusan dengan mereka. Belum lagi, tatapan tajam yang Mona layangkan, saat kekasih wanita itu ikut serta ke dalam pria-pria yang berusaha mendekatinya. Oh, ayolah, mereka sudah cukup dewasa, jadi jangan lagi terlibat adu jambak hanya gara-gara pria yang Mona suka, bahkan sudah berstatus sebagai pacarnya, tiba-tiba beralih mendekati Kei. Sewaktu kuliah dulu, keduanya memang cukup sering terlibat konfrontasi. Entah sekadar perdebatan, sampai saling jambak dan cakar-cakaran. Uh, Kei tak berminat untuk bernostalgia di masa keduanya masih begitu bar-bar, seperti saat kuliah dulu. Menyalakan mesin mobil, Kei mulai menjalankan kendaraanya untuk meninggalkan area pesta yang tengah Mona adakan. Entah apa tujuan wanita itu sengaja mengundangnya di saat mereka bahkan tak bisa disebut sebagai teman? Di tengah perjalanan, mobil yang Kei kendarai tiba-tiba berjalan dengan sedikit oleng, lalu tersendat dan tak nyaman, hingga akhirnya terhenti. Kesal, Kei memukul setir dengan kepalan tangan, sebelum memutuskan untuk keluar dari mobilnya. "Astaga ... Kok bisa kempes bannya?" Berkacak pinggang, Kei menendang belakang ban mobilnya yang terlihat kempes.   Aneh sekali, Kei yakin jika saat berangkat, mobilnya dalam keadaan baik-baik saja. Apalagi, ada pekerja yang bertugas khusus untuk selalu membersihkan dan memastikan kondisi deretan mobil yang Kei miliki dalam keadaan baik. Mengedarkan pandangan, Kei mengusap belakang lehernya saat tiba-tiba saja terlintas pikiran horor sewaktu melihat keadaan sekitar yang cukup sepi dengan penerangan remang-remang. Itu pun dari lampu jalan yang sudah tak lagi terlalu terang. Belum lagi, sapuan angin malam membuat Kei yang hanya mengenakan mini dress warna kuning, terasa kedinginan dan mengusap-usap bahu telanjangnya. Baru saja Kei berniat meraih ponsel di dalam tas yang ia letakkan di mobil. Tiba-tiba saja ada sebuah sepeda motor yang menggerung memekakkan telinga. Kei refleks mundur saat melihat dua orang pria bertubuh besar dengan wajah sangar, bahkan ada yang terdapat bekas luka cukup panjang di pipi kirinya, tampak menyeringai kearah Kei yang ketakutan.  "Wah, wah, Bos, mangsa kita yang satu ini luar biasa." Kekeh pria berkepala plontos dengan kumis tebal yang terus menyeringai dengan tatapan menelusuri tubuh Kei, "rejeki nomplok, Bos!" Serunya senang dengan tangan yang saling diusapkan, seolah Kei adalah hidangan lezat. "Tau aja lo, yang bening-bening botak!" Gelak pria dengan rambut gondrong dan bekas luka cukup panjang di pipi kirinya, "malam-malam sendirian itu bahaya manis. Ayo, kita temani," kekehnya sembari berjalan pelan menuju Kei yang gemetaran. Ia ingin membuka pintu mobilnya, tapi kesusahan karena tangannya tiba-tiba tremor. "J—jangan mendekat! Pergi!" "Galak Bos!" "Gue suka yang galak," kekeh pria berambut gondrong. Yang dengan gerakan tiba-tiba mencengkram pergelangan tangan Kei, hingga gadis itu menjerit-jerit ketakutan, "lo urus barang-barangnya sana! Ambil yang bisa dijual mahal. Biar ni cewek gue tangani. Gila, halus banget kulitnya." "Ah, Bos mah, tau aja mana yang bagus buat diutamakan." "Nggak usah bawel! Udah sana!" Kei terus meronta, berusaha melepaskan lengan kanannya yang dicengkeram kuat hingga terasa sakit. Saat pria berambut gondrong itu berbicara dengan pria berkepala plontos, Kei manfaatkan dengan menendang selangkangannya dengan keras, hingga pria besar itu berteriak dan mengumpat keras. Lalu cengkramannya di pergelangan Kei terlepas. Hal yang kemudian dimanfaatkan untuk melarikan diri. Ia tak peduli pada mobil dan semua barang-barangnya yang tertinggal. Yang terpenting adalah keselamatan dirinya. "Lo ngapain bengong? Kejar dia s****n!" Geram si gondrong yang masih sibuk meringis dan merintih kesakitan. "I—iya Bos, maaf," gagap si plontos sebelum kemudian mengejar Kei. Dengan sepatu hak tinggi yang dikenakan membuat Kei cukup kesulitan berlari di jalanan yang banyak kerikil. Ia beberapa kali nyaris tersungkur jatuh. Maka dari itu, dengan gerakan cepat, ia lepas high heels yang dikenakannya dan dilemparkan pada pria botak yang saat ini tengah mengejarnya. Pria itu mengumpati Kei saat kepalanya tertimpuk salah satu high heels. Karena terlalu fokus melihat kearah belakang, Kei tak sadar jika ada sebuah sepeda motor yang melintas dari arah berlawanan. Kejadiannya begitu cepat, Kei yang terkejut mendengar suara klakson hanya bisa bergeming di tengah jalan dengan motor yang nyaris menghantam tubuhnya, jika saja sang pengendara tak cekatan untuk segera mengerem. "Lo gila!" Teriak pengendara motor tersebut saat membuka helmnya. Kesal karena Kei yang tiba-tiba muncul di tengah jalan. Tak memedulikan murka yang pria itu perlihatkan, Kei segera berlari menyongsong sosok asing yang bersiap melajukan kembali kendaraannya. "T—tolong, saya mau dibegal." Ucap Kei dengan tangis ketakutan yang akhirnya pecah. Jika saja bisa, ingin rasanya Kei menjadikan hal mengerikan ini sebatas mimpi buruk dalam tidurnya. Pengendara motor itu bergeming, hanya melihat tangan terawat Kei yang putih pucat mencengkram jaket kulit usang yang dikenakannya. "Cewek s****n! Sini lo! Nyusahin gue banget!" Omel si Botak yang membuat Kei kian ketakutan dan mempererat cengkraman tangannya pada lengan pengendara motor yang nyaris menabraknya. Pria itu turun dari atas motornya. Sedikit kesusahan karena Kei tak mau melepaskan cengkeramannya. "Siapa lagi lo? Jangan ikut campur urusan gue kalau mau selamat. Pergi sana! Kasih itu cewek ke gue!" Kei bersembunyi di belakang punggung pria yang ia harap bisa menolongnya dari begal yang tengah mengejarnya. Beralih mencengkram erat pinggang pria itu. "Mana itu cewek? Lama banget lo?" Omel pria berambut gondrong yang datang menyusul. "Itu Bos, ada yang mau jadi pahlawan kemalaman." Adunya melihat mangsa mereka kini mendapat perlindungan. "Lo siapa? Nggak usah ikut campur! Sebelum kita abisin!" Gertaknya dengan tangan yang memeragakan tengah mengiris leher. "Kalian yang pergi, atau saya laporkan polisi?" Akhirnya, setelah berdiam cukup lama, pria itu angkat bicara. Sayangnya, dua begal itu justru terbahak dengan peringatan yang ia ucapkan. "Sikat aja udah Bos. Udah lama kita nggak ngabisin orang," ucap si botak yang diangguki si rambut gondrong. Sebelum kemudian keduanya menyerang secara bersamaan. Membuat pria itu melepas paksa cengkraman Kei di pinggangnya. Dan mendorong pelan agar gadis itu menjauh dari perkelahian yang berlangsung cukup sengit. Kei hanya bisa membekap mulutnya dengan kedua tangan, melihat pria yang menolongnya dikeroyok oleh dua begal yang menyerang dengan pukulan serampangan. Tapi berhasil di tepis dan mendapat pukulan balik yang lebih telak.  Perkelahian itu tak berimbang karena dua lawan satu. Tapi pria itu berhasil mengatasi dua begal yang justru babak belur. Si botak yang sudah tersungkur jatuh, meludahkan darah. Sebelum bangkit tertatih-tatih, meringis menahan sakit, dengan tangan yang meraih belati yang tersembunyi di samping celananya. Mengeluarkan belati tersebut dari sarungnya. Lalu menyerang pria itu yang tengah menghajar bosnya dengan tubuh yang menjulang menduduki perut bosnya. "Astaga!" Kei menjerit saat melihat pria yang sudah menolongnya terluka dengan belati tajam yang ditusukkan ke lengan bagian kanan. Panik, ia mencari-cari sesuatu, lalu menemukan sebuah patahan batang pohon. Mengambilnya lalu segera mendekat dan ia pukul-pukulkan ke kepala penjahat botak itu hingga mengaduh. "Cewek s****n!" Amuknya dan merampas paksa batang pohon di tangan Kei. Melemparnya kasar dan hampir menyerang Kei yang sudah terpojok tapi kemudian terempas jatuh saat mendapat tendangan keras dari pria yang menolong Kei. Setelah berhasil mencabut belati yang tertancap di lengannya, ia bergegas berlari saat gadis bodoh itu justru membuat masalah dengan penjahat yang nyaris melayangkan pukulan. "Botak! Ayo pergi! Benar-benar s****n! Bukannya dapat mangsa, badan gue sakit semua!" Teriak pria berambut gondrong yang berdiri dengan susah payah. Mengajak anak buahnya untuk tak lagi berurusan dengan pria yang ternyata jago bela diri. "b******k lo berdua!" Maki si botak dan berjalan tertatih menuju bosnya yang juga sudah babak belur. Kei merosot jatuh, tak peduli jika tubuh dan gaun kesayangannya kotor oleh tanah. Hal yang biasanya suka ia ributkan. Yang penting, sekarang ia berhasil selamat.  Rasa lega dan haru yang mengepung d**a Kei, membuatnya kembali menangis. Bahkan kali ini lebih keras. Hingga membuat pria yang sudah menolongnya berjongkok dengan wajah khawatir di depannya. "Nona? Anda tidak apa-apa?" Tanyanya kebingungan karena gadis asing yang di tolongnya menangis keras. Apa mungkin terluka? Atau salah satu penjahat tadi sempat memukulnya? Alih-alih menjawab, Kei justru merangsek masuk ke dalam pelukan pria yang sudah menyelamatkannya. Memeluk erat dengan kepala yang ia sandarkan dengan nyaman di d**a bidang yang membuatnya merasa terlindungi. "Terima kasih," bisik Kei dengan suara teredam, karena wajah yang ia sembunyikan di d**a pria asing yang telah menyelamatkannya. Ini, adalah kali pertama bagi Kei, merasa nyaman dan aman dalam pelukan pria lain, selain pelukan yang selalu diberikan oleh papanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.0K
bc

Broken

read
6.3K
bc

Married By Accident

read
224.0K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Dependencia

read
186.2K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook