bc

Oh, My Boss

book_age18+
41.6K
FOLLOW
381.1K
READ
love-triangle
possessive
sex
contract marriage
one-night stand
dominant
badboy
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Kayra Azzahra Putri. Wanita lajang yang baru saja mengalami putus cinta. Calon suaminya menikah dengan sahabatnya sendiri. Membuat kewarasan Kay patut dipertanyakan?

Bagaimana tidak? Dia memilih mengasingkan diri di pulau terpencil. Berniat menenangkan diri, justru membuatnya terjebak pada kesalahan yang menjerumuskannya ke lubang penyesalan.

Kay pikir, lari dari kenyataan akan membawanya tenang. Tapi dugaannya salah, ketika ia bertemu dengan bos barunya. Arsenio Bagaskara. Kesalahan terbesarnya.

Mampukah Kay lari dari kenyataan yang membelenggunya? Atau justru kembali mengulang kesalahan.

chap-preview
Free preview
Prolog
Jatuh cinta? Perasaan menggebu yang merongrong jiwa. Membuat degupan jantung tak lagi berirama lambat, menimbulkan getaran di dalam hati. Serta aliran listrik di sekujur tubuh. Seperti itulah yang Kayra rasakan. Setiap kali bertemu Aksa, perasaan aneh selalu menelusup ke dalam hati, merongrong jiwa untuk bereaksi lebih. Degupan jantungnya kian melesat, tak lagi berirama lambat. Sentuhan Aksa membuat sekujur tubuhnya meremang, merasakan aliran listrik yang membuatnya tegang. Seperti saat ini, usapan jari Aksa di bibirnya. Membuat tubuh Kay bereaksi, menuntut lebih. Persetan dengan harga diri, jika hasrat tak lagi bisa dibendung. Untuk pertama kalinya, Kay melewati batas norma yang ia pegang teguh selama ini. Menjilat sendiri ucapanya, menyangkal semua pedoman dalam hidupnya. Nyatanya, pesona Aksa meluluhlantahkan pendiriannya. "I love you, sayang," bisik Aksa. Suara serak Aksa yang selalu terdengar seksi di telinga Kay. Embusan napas Aksa di lehernya, membuat Kay tak lagi mampu berpikir dengan akal sehat. "Kamu yakin?" Sekali lagi Aksa mempertanyakan keberanian Kay, untuk melangkah lebih jauh. Kay mengangguk, matanya terpejam ketika Aksa langsung memburu leher jenjangnya. Mengecupi, hingga turun ke leher berpindah meraup rakus bibir Kay. Kay dilema, tak lagi bisa mengelak. Dia meyakinkan diri, jika setelah ini semua akan baik-baik saja. Toh, sebentar lagi mereka akan menikah. Ya, seyakin itu Kay akan menyerahkan mahkota paling berharganya. "Aksa ...." Aksa tersenyum tipis, saat mendengar Kay mendesahkan namanya. Ia semakin gencar, menelusupkan tangannya ke balik kemeja Kay. "Aku gak sabar nungguin momen ini, sayang." Aska langsung membuka kancing kemeja Kay. Tangannya tak tinggal diam, menelusuri setiap inci tubuh Kay. "Aku suka setiap lekukan tubuh mu, Kay." Kay melambung tinggi, ucapan Aksa yang begitu mendewakannya. Membuat dia terlena, bahkan tanpa sadar Aksa telah berhasil melucuti kemeja Kay menyisakan bra yang masih melekat. Aksa memandang takjub pada d**a Kay, hal yang selalu membuat fantasinya semakin liar. Jika dulu ia hanya bisa menatap dari luar kemeja Kay, kini Aksa bukan sekedar menatap tapi juga Menyentuhnya dengan lembut. "Aksa ... geli," cicit Kay, tangan Aksa terus bergerilya tak menyiakan kesempatan. Sementara bibirnya membungkam bibir Kay yang membuatnya kecanduan. Aksa melepaskan kaitan bra Kay, melemparkannya ke sembarang arah. Dia merebahkan Kay, bersiap untuk beratraksi lebih gila lagi. Melihat tubuh telanjang Kay, semakin membuat tubuh Aksa bereaksi lebih. Aksa segera melucuti pakaiannya, bersiap menerjang Kay yang sudah pasrah di bawah kungkungannya. Namun bunyi ponselnya, menginterupsi. Aksa berniat mengabaikannya, namun ponselnya terus berbunyi. Mengganggu konsentrasinya yang sedang berusaha membobol keperawanan Kay. "Angkat dulu aja Sa, mungkin penting," ujar Kay. "Arrggg!" Aksa berdecak, ia turun mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. "Halo." Kay bangun, menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Ia bersandar sembari memperhatikan punggung lebar Aksa, tanpa sadar Kay tersenyum malu. Kay sudah tak sabar, sebentar lagi punggung itu akan jadi pemandangan sehari-hari baginya. Hal pertama yang akan ia lihat saat bangun tidur. Bukan hanya itu, Kay bahkan membayangkan bagaimana ia menggoreskan kukunya di sana. Memberikan tanda jika keduanya melakukannya begitu ganas. "Kay." Suara Aksa menyadarkan Kay dari lamunannya. Ia mendongak, menatap sendu wajah Aksa yang terlihat murung. "Ada apa?" tanya Kay, merasakan perbedaan pada diri Aksa. "Maaf aku harus pulang, Mama ada di apartemen." Aksa mengambil pakaiannya, segera mengenakannya. Kay jelas kecewa, tapi ia tak menampilkan  raut wajah sedihnya. Kay justru tersenyum manis, siapa pun akan meleleh jika melihat senyuman Kay. "It's okay. Kita bisa lakuin itu lain kali." "Kamu gak papa?" Kay menggeleng dengan cepat, agar Aksa tak perlu merasa bersalah. "Kalo gitu aku pulang dulu, bye sayang." Aksa mengecup sekilas bibir Kay. Kay menghela napasnya, setelah kepergian Aksa. Dia mendongak, menatap langit-langit. Entah harus kecewa atau bersyukur, tapi Kay seolah lega saat mahkotanya tak jadi direnggut. Dia terdiam, merenungi apa yang baru saja hampir terjadi. ————— Kay keluar dari kamar mandi, ia baru saja selesai membersihkan diri. Lanjut merapikn ruangannya yang sangat kacau, akibat ulahnya bersama Aksa. Kay selalu tersipu, jika mengingat kejadian tadi. Bagaimana Aksa memperlakukannya begitu manis, dia tak sabar ingin  menjadi istri Aksa. "Sabar Kay, seminggu lagi." Kay tersenyum, menatap tanggalan di depannya. Tepat seminggu lagi, mereka akan melangsungkan acara pernikahan. Mengikat keduanya dalam janji suci seumur hidup. Kay mengerutkan keningnya, saat melihat benda yang teronggok di bawah. Dompet Aksa, sepertinya pria itu lupa mengambilnya. "Dasar pelupa," gumam Kay, geleng-geleng kepala. Dia bergegas mengganti pakaiannya. Kay berniat mengembalikan dompet Aksa. Sepanjang perjalanan Kay terus menghubungi nomor Aksa, tapi tidak aktif. Tak menyerah begitu saja, Kay menghubungi nomor mama Aksa. Tak lama panggilan diangkat. "Halo, ma," sapa Kay saat telepon tersambung. "Begini ma, aku telepon nomor Aksa kok gak aktif ya. Apa mama lagi sama Aksa? Kata Ak———" Kay tercekat, ketika mama Aksa memotong ucapannya. Kalau mama Aksa saja ada di Bandung, apa mungkin Aksa berbohong. Kay segera mengakhiri panggilannya. Pikirannya kalud, banyak pertanyaan bercokol di otak. Dugaan-dugaan akan hal negatif kini memenuhi otak dan benaknya. Kay memarkirkan mobilnya di parkiran apartemen. Dia segera naik lift menuju unit apartemen Aksa. Kay terus menghubungi Aksa, tapi nomornya masih belum aktif. Langkahnya semakin lebar saat mendekati unit Aksa. Tanpa berpikir panjang, Kay langsung memasukan kode pasword. Dia menerobos masuk dan terdiam di ambang pintu kamar Aksa. Kay tidak salah lihat kan? Matanya masih berfunsi. Dia tidak sedang halusinasi atau bermimpi? Ini benar-benar nyata! "Ah, terus honey!" seru wanita yang berada di bawah kungkungan Aksa. "Jangan kencang-kencang honey, kasian anak kamu di dalam," cicitnya. Anak! Bagai diserang meteor, hati Kay hancur berkeping-keping. Bukan sekedar pemandangan yang merusak mata, tapi juga pendengarannya. Hati kecilnya berontak, tak terima dengan apa yang dilihatnya. "Aksa!" Dua sejoli yang sedang bergulat panas itu, refleks menoleh. Betapa tercengangnya mereka melihat Kay beridiri diambang pintu, tatapan tajam yang begitu menusuk. "Kay, aku bisa jelasin." Aksa turun dari tubuh wanita itu, tanpa merasa malu dia menghampiri Kay dengan tubuh polosnya. Memegangi kedua bahu Kay yang bergetar. "Ini gak seperti———" Plak! Aksa meringis, memegangi pipinya yang panas. Sakitnya tak seberapa, tapi lebih sakit lagi saat Kay menatapnya penuh kebencian. "Gue gak nyangka lo semenjijikan ini!" Kay mendongak menghalau air matanya. "Kita batalkan saja pernikahannya. Gue gak sudi punya suami bejad kaya lo!" "Kay, no!" Aksa menatap sayu Kay, berharap pengampunan dari wanita itu. Kay berdecih, lalu matanya beralih pada perempuan yang ada di bawah selimut. Ia hanya menyembulkan kepalanya, tak berani menatap Kay. "Gue gak nyangka, kalo sahabat gue sendiri yang jadi duri dalam hubungan gue." Kay tersenyum kecut. "Apa itu sebabnya? Lo selalu nyuruh gue buat putusin Aksa. Karena lo selingkuh sama Aksa!" teriak Kay. Aksa mengerjapkan mata, tampak terkejut dengan pernyataan Kay. Lalu berbalik menatap wanitanya. Wanita itu hanya diam membisu. "Lo berdua berengsek! Gue gak bakal lupain ini semua!!!" Kay berbalik, meninggalkan Aksa yang terus memanggil namanya. Kay terus berjalan keluar, membawa rasa sakit dan kecewa yang entah akan ia buang ke mana. Yang Kay tahu, rasanya hidup tak lagi berguna baginya. Haruskah Kay mati? 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The crazy handsome

read
465.2K
bc

Satu Jam Saja

read
593.1K
bc

My Boss And His Past (Indonesia)

read
236.4K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.0K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
659.9K
bc

Papah Mertua

read
526.1K
bc

My Sexy Boss ⚠️

read
538.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook