Pelabuhan Terakhir

Sebut saja Fiana namanya. Dia anak gadis yang lahir dari keluarga sederhana. Energik, ramah, dan fair pada siapapun. Ia selalu jadi anak yang unggul. Tak jarang banyak yang iri, dan kurang suka akan kepribadiannya. Namun ia tetap percaya diri. Fiana menginjak kelas Menengah Pertama. Di sana ia mulai merasa tak nyaman akan perubahan fisiknya, setelah datangnya menstruasi. Lagi-lagi ia terpilih jadi pengurus Kelas, bahkan jadi pengurus OSIS di Sekolahnya. Sehingga namanya pun terkenal seantero yayasan sekolahnya. "Fi," Sapa salah satu teman Fiana. "...mmmm,," balasnya dengan senyum ramahnya. "manisnya eeuuee..." sahut teman yang lainnya. "Fiii...mampir sini boleehh.." timpal teman cowok yang lagi-lagi tak dikenal Fiana. Fiana terus berjalan melewati koridor menuju kelasnya. "Dari mana Fi,?" Tanya Mayang, teman sebangkunya. "Dari kantin,,diluar rame banget, Anak-anak cowok tuh nongkrong di koridor. Bergantian manggil namaku,,,ada juga yang iisstt sok kenal gituu...lama-lama aku jadi risih deh kalo keluar kelas," aku Fiana. "kamu populer siih Fii....aku aja iri sama kamu. Siapa sih di sekolah kita ini yang ndak kenal sama kamu?" sahut Ningsih mendengar percakapan Fiana dan Mayang. "yaaa...kan ndak harus segitunya Yang, Ning...aku rasa itu sangat berlebihan" jelas Fiana. Hari berganti hari, nama Fiana kian hari kian jadi perbincangan. Namun, karna dasarnya Fiana yang gampang fair sama siapapun tak menjadikannya kehilangan rasa percaya diri. bahkan ia semakin dekat dengan teman-temannya. Hingga ada beberapa temannya yang menyatakan cinta padanya, diusianya yang masih ABG. Ia masih terbilang awam dalam percintaan. Karna ia berprinsip,,tak akan main cinta sebelum usai Sekolah Menengah Atas. Akhirnya, banyaklah hati yang bertepuk sebelah tangan.