bc

Just You (A Long Journey of Love)

book_age0+
1.3K
FOLLOW
9.3K
READ
billionaire
possessive
second chance
dominant
goodgirl
doctor
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Aku adalah wanita bodoh yang membiarkan perasaan ini terus mengikutiku dan perlahan mengiris hatiku, entah sampai kapan rasa ini hilang, semakin kuat aku berusaha melupakannya semakin kuat pula rasa ini untuknya

Aisha Permata Hazima

Dia lucu, dia cerdas, dia selalu menarik di mataku. Entahlah aku tidak tahu mengapa, aku mungkin gila karena menyukai wanita sepertinya yang kata orang jauh dari standar. Andai orang tuaku menyetujui.... ah sudahlah biar ku kubur saja rasa untuknya. Seperti angin segar yang datang lalu pergi...

Bintang Respati Mahendra

chap-preview
Free preview
1
Mentari pagi menyambut riuh kesibukan warga Desa Sukapancar. Sebuah desa kecil tempatku dilahirkan. Tempat yang nyaman dan jauh dari keramaian kota dengan seabrek masalah pencemaran udaranya. Nyanyian burung pipit (demikian nama di sini) mengalun merdu seirama dengan gesekan daun tertiup angin bagai simponi yang indah. Aku bersenandung kecil berjalan menuju kolam bapakku. Hari ini hari minggu, aku disuruh bapak memberi pakan ikan di kolam kecil kami. Kolam itu agak jauh dari rumah. Kalian pasti heran, kenapa hari minggu orang-orang di sini tetap sibuk. Ya, tentu saja sebab mayoritas penduduk disini berprofesi sebagai petani. Bagi kami tak ada hari libur panjang seperti orang- orang di kota yang kerja kantoran. Toh kami tetap setiap hari ngantor, kan? Mau tahu kantornya? Ya, kantornya adalah sawah dan kebun. Seperti bapakku saat ini beliau pergi ke sawah seperti biasa, sementara ibuku sibuk dengan mengurusi adik-adikku yang masih kecil. Adikku ada 2, yang satu masih SD namanya Ghani Pranaja Hazima. Dan yang satu lagi Fatima Najwa Hazima. Adik bungsuku ini masih 3 tahun. "Aisha... jangan melamun! Bantu ibu bawa sayuran ini ke rumah," ucap Ibu menghentikan keasyikanku memberi pakan ikan, bayam segar yang baru dipetik dari pot kayu yang berbentuk kotak besar yang dibuat bapak di tengah kolam itu aku bawa dari tangan ibu. Begitulah, bapak memang rajin bercocok tanam. Apa saja bisa dimanfaatkan. Contohnya ya pot kayu itu, lumayanlah jadi tak usah beli sayur. "Teh, ini bayamnya...," aku menyerahkan bayam ke Teh Kamilah. Dia kakakku, tepatnya kakak tertuaku. Dia sudah menikah dan punya 1 anak. Teteh ke rumah ibu saat libur saja, dia bilang anaknya sudah sekolah jadi agak jarang main ke rumah. Aku sendiri masih duduk di bangku SMA kelas XI. Kalian tahu kan kelas ini merupakan masa pubertas yang indah hahaha.. ya sih, teman-temanku bilang begitu, banyak dari mereka pacaran dengan satu kelas atau mungkin dengan kakak kelas. Aku? Oke, sebagai gadis normal lainnya, aku juga mengalami pubertas. Seperti mulai merasakan manisnya menyukai pria. Tapi hal yang membedakanku adalah selera. Ya, seleraku sedikit berbeda. Aku tidak seperti mereka. Baiklah, aku memang sama seperti mereka masa pubertas, aku juga terkena virus merah jambu. Tapi tidak pada teman sebaya. Aku tidak tertarik dengan teman sebaya, entahlah. Meskipun ada beberapa teman lelakiku yang menyatakan perasaannya, tapi yang kurasakan hanya perasaan lucu. Rasanya aneh pacaran dengan satu seragam yang sama. Apalagi dengan teman sekelas yang sehari-hari bertemu. Saat usiaku masuk 15 tahun, aku sudah menyukai satu pria yang usianya jauh berada di atasku. Dan aku hanya menyukai satu orang yang ku simpan sendiri. Aku tak berani menyatakan perasaanku. Jangankan menyatakan perasaan, menatapnya saja aku sungguh tak berani. Jantungku seperti tidak bisa berkompromi, selalu bekerja ekstra jika dia di dekatku. Membuatku tak bisa bicara sepatah kata pun. Kalian mungkin berpikir dia teman satu sekolahku, kakak kelas mungkin. Dan tentu saja bukan. Aku menyukai atau mengagumi atau entahlah apa namanya pada seseorang yang jauh lebih tua usianya denganku, aku 17 tahun lalu dia 27 tahun. Wow. Hahaha jauh sekali. Tapi aku tidak peduli. Aku sendiri tidak mengerti kenapa hatiku terpaut padanya. Melihat senyumnya saja aku merasa dunia seolah berhenti berputar. Lalu suaranya bagai melodi yang mengalun indah di telingaku. Hahaha, sudahlah bicara tentang dia membuatku menggila. "Aisha, tolong kamu telefon dr. Bintang, nenek sakit." Begitu ibu menyuruhku menelpon dr. Bintang, kau tahu ada sesuatu yang menggelitik hatiku saat itu, aku gugup. Kalian pasti heran. Yupz, dia adalah seseorang yang ada di hatiku ! Dokter itu. Yang membuat hari-hariku berwarna. Ya Tuhan... aku harus mengambil nafas, lalu buang lagi, tarik lagi dan buang lagi. Aku harus menghentikan tabuh yang bertalu di jantungku sebelum aku berbicara padanya. "Hallo... Assalamualaikum!” Aduh dia sudah angkat, hatiku bersorak, tapi bibirku kelu. "Y-ya.. wa'alaikum salam," Ya Tuhan, kenapa aku masih gugup. "Aisha ya? Ada yang bisa saya bantu?" "Anu... itu... nenek saya sakit.. dokter bisa datang ke rumah saya?" Huh... Aku gugup setengah mati. "Oh iya, baiklah tunggu saya 15 menit lagi ya, saya masih di Rumah sakit." "Ya, baik dokter.. t-terima kasih..." "Sama-sama..." Klik. Dia menutup sambungan telepon. Aku buru-buru ke kamar nenek dan mengabari bahwa dr Bintang akan ke rumah 15 menit lagi. "Baguslah. Terima kasih ya sayang. Padahal ibu tadi nyuruh tetehmu nelfon. Tapi katanya tidak di angkat. Makanya ibu nyuruh kamu." Ibu tersenyum padaku. Entahlah seperti ada arti lain dari senyuman ibu. Aku juga tidak tahu, dr Bintang selalu mengangkat telepon dariku. Balas SMS juga. Tapi kata orang-orang di kampungku dia tidak begitu pada yang lain. Malah harus dijemput baru datang. Makanya banyak orang-orang yang ingin mengundang dia nyuruh aku yang nelfon. Ah ya, aku sampai lupa menjelaskan bahwa di desa kami, yang notabene jauh dari kota, hanya ada dokter di puskesmas yang ditugaskan di sana. Dan dokter yang bertugas selalu siap siaga kapan pun dibutuhkan. Dan dr. Bintang adalah dokter yang bertugas di desaku. Meski begitu, dengan kesibukannya di luar, kadang sedikit sulit mengundangnya ke rumah pasien yang membutuhkan. Dan entah kebetulan atau bukan, setiap aku yang menelpon, selalu dia angkat dan tentu saja dia selalu bela-belain datang ke tempat yang dibutuhkan. Kalian pasti bertanya bagaimana dia tahu aku. Ya, waktu itu seperti biasa nenek sakit. Dan kebetulan ibu pergi ke sekolah adikku yang masih SD untuk pengambilan raport. Dan alhasil, akulah yang menjaga nenek. Dr bintang datang dijemput Mang Emir tetanggaku. Saat itu, dr Bintang memberikan resepnya dan aku sibuk menghafal jadwal minum obat buat nenek. Aku tidak mengerti dengan satu resep dan bermaksud bertanya padanya. Degh! Ya Tuhan dia sedang menatapku begitu lekat ! Mata kami bertemu! Wush! Seperti ada hawa panas yang menyambar dadaku! Sepersekian detik kami saling menatap, dan jantungku seperti meloncat-loncat. Dia yang dulu sadar dan memalingkan wajahnya. Aku jadi gugup. Pertanyaan yang ingin kutanyakan menguap seketika. "Ah... sudah selesai. Semoga lekas sembuh ya?" "oh i-iya... terimakasih , Dok!" Aku mengantar dr Bintang keluar. Sampai di luar dia membalikkan badannya. Aku kaget tentu saja karena berada tepat dibelakangnya. "Ah maaf... kamu anaknya Bapak Syamsi ya?" Aku yang melongo karena masih kaget hanya mengangguk. Syamsi memang bapakku. Tapi.. kenapa dia bertanya begitu ya? "Ah.. pasti kamu ingin tahu kenapa saya bertanya, kan?" Dan seperti orang bodoh, aku hanya mengangguk lagi. "Jadi bapak Syamsi pernah cerita katanya dia punya anak gadis yang ia banggakan. Beliau bilang anaknya sering menjuarai berbagai perlombaan antar sekolah dibidang matematika. Dan kalau tidak salah namanya Aisha Permata Hazima." Wooww... bagai dibawa terbang ke udara, dipuji oleh sang pujaan hati, bagi remaja sepertiku tentu saja hatiku langsung melayang, aku tersipu. Aku yakin pipiku memerah saat ini. "Kamu Aisha itu, bukan?" "......" "Bukan ya? Ah maaf... ku kira..." Aduh, aku melamun lagi! Aku terlalu asyik melihat wajah dokter tampan ini. Tuhan tolong sadarkan aku dari mimpi indah ini! "Oh.. emm.. Ya, saya orangnya, ah, bapak saya memang terlalu berlebihan. Saya tidak sehebat itu, hehe." Aku tersenyum garing. Maluu... rasanya! Ketahuan ngelamun. Dan saat itulah kami berbagi nomor telepon. Bukan, lebih tepatnya dia yang meminta nomor teleponku katanya barangkali ada perlu tentang obat nenek. Dan lagi, aku tidak mau terlalu percaya diri. Mana mungkin seorang dokter sepertinya suka padaku. Mimpi kali. Begitulah sampai sekarang dia tahu nomor ponselku. Bahkan banyak orang kampung minta tolong padaku buat nelfon dia kalau mereka butuh soalnya kata orang-orang dia agak susah nerima telfon. Paling harus dijemput. Tapi katanya kalo aku yang telfon dia suka langsung datang. Huh, orang kampung gak tahu ya kalau aku sebenarnya suka gugup saat bicara dengannya meskipun hanya di telfon! Seperti hari ini, selesai mengobati nenekku dia langsung pamit. Tapi tiba-tiba si bungsu nyeletuk dengan tingkahnya yang lucu. "Doktel bintang ganteng deh, teh Aica cuka ya? hihi." Aku? Menatap bodoh ekspresi kaget plus malu bukan main. Aku yakin pipiku saat ini bak kepiting rebus yang masih panas. Dasar bocah! Aduh... malunya !!!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.0K
bc

Unpredictable Marriage

read
280.5K
bc

Loving The Pain

read
2.9M
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.4K
bc

Rujuk

read
907.8K
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.8K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook