bc

Sketsa Jatuh Cinta

book_age16+
640
FOLLOW
2.1K
READ
dark
drama
tragedy
comedy
sweet
heavy
mystery
scary
like
intro-logo
Blurb

Key Asyilla, gadis berpipi bulat yang mempunyai senyuman manis hingga orang orang menyukainya. Wajahnya yang ayu dan lembut namun bertolak belakang dengan kelakuan absurd yang ia punya. Gadis itu bahkan hobi makan mie instan mentah jika sedang stres.

Kehadiran Noel mempunyai hal berarti bagi gadis itu. Pasalnya, Noel yang sejatinya adalah sahabat dari kecil hingga sekarang. Yang tak pernah lelah untuk melindungi Kura apapun yang terjadi pada gadis itu. Walau di gadis sendiri tak pernah membuka hati untuknya yang sudah terlanjur mencintai sebagai seorang gadis. Bukan ia mencintai sebagai seorang sahabat.

Hingga hadirnya Joe mampu membuat hubungan keduanya menjadi renggang akibat kesalahpahaman yang kerap terjadi. Lalu, bagaiman cara penyelesaian tiga manusia itu?

chap-preview
Free preview
1. Hi! Kyra
Kepada hujan penghantar rindu yang dulunya memeluk diriku di dalam keheningan. Aku ingin menyampaikan rindu pada seseorang yang pernah bersama menari disini bersamaku. Yang hobinya marah marah namun selalu mau saja jika aku bergemelut dengan hujan. Bahkan ia mengikutinya. Sepertinya kau tak lupa pada sosok ini kan? Dia pemuda bermata bulan sabit yang jika tersenyum seakan adalah suatu hal langka yang lihat orang orang. Secuek itu? Iya semesta dia secuek itu. Jika tak percaya tanyakan saja pada hujan. Dulu di bawah hujan ini bahkan aku selalu berdoa agar kita di persatukan dalam suatu hal yang baik. Selalu memberi semoga yang kita impikan. Aku tidak mencintaimu. Aku menyayangimu paling tertinggi adalah menyayangi. Biarkan saja apa yang orang katakan kalau mencintai adalah yang paling tinggi derajatnya. Dan menurutku terlepas kita sahabat. Kamu adalah hal berharga yang aku punya. Noel, setidaknya kamu paham hal itu. Aku hanya ingin kita bersatu bukan karena hubungan. Aku ingin kita bersama bukan dalam artian kita yang sesungguhnya. Namun, karena aku hanya tidak ingin semesta memisahkan kita dengan hal sepele bernama kebosanan. Aku tau kalau pemuda ini takkan bosan. Hanya saja, keadaan yang tidak memungkinkan atau peluang perpisahan juga pasti ada. Aku takut, aku yang menyerah. Aku takut kalau aku yang menyakiti. Aku terlalu khawatir kalau aku yang membuatmu kecewa. Ketakutan yang tak berdasar yang entah mengapa mengubah kita menjadi sepasang asing yang tak pernah saling lagi. Joe datang dalam hubungan kami semesta. Aku tau, aku salah menyambut Joe yang baru dalam hidupku dan sedikit melupakan tentang Noel. Tapi, aku hanya ingin pemuda ini tau bahwa perasaannya tak bisa ku balas semestinya. Aku mencintai Joe. Namun lebih dari itu. Noel adalah yang terbaik dari segi manapun. Bukan menjadi hal yang mudah meninggalkan orang yang kita saying karena ketakutan yang tak berdasar. Dan itu yang menjadi bebanku. Semesta, jika kau bisa mengantar rindu. Bilang, aku menyayangi dirinya. Bahkan saat aku atau siapapun di antara kami menutup mata terlebih dahulu. -/- Pagi ini aku sedang pergi  ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Ya, aku memang menggunakan sepeda karena jarak sekolah dan rumahku lumayan jauh dan yang paling penting itu irit uang jajan hehehe. Ya gimana ya. Kalau mau dibilang iri karena teman temanku bahkan bisa dengan enak pergi sekolah tanpa takut hujan di tengah jalan. Atau pergi sekolah dengan agak siang karena memiliki sepeda motor yang bisa menetralisir waktu. Ya tapi balik lagi. Kalau aku tidak bersyukur atas apa yang aku punya sekarang. Bagaimana Tuhan mau menambahkan rezeki ku lebih lagi. Setidaknya apa yang aku punya sekarang sudah lebih baik dari anak yang lainnya. Karena sejatinya jika membandingkan harta yang kita punya dengan orang lain ya gak bakalan selesai alias tingkat keinginan manusia kan emang gak terbendung. Selalu ada aja yang mereka inginkan. Ya begitu deh pokoknya. Dengan menggunakan sepeda yang selalu ku bunyikan bel nya setiap melaju supaya aku semangat pergi ke sekolah. Biasanya sih aku pergi jam 06.30 gitu. Padahal masuknya kan jam 07.30 baru bel. Tapi aku sih karena rajin dan nggak bisa lagi tidur kalau udah habis shalat Shubuh. Itu namanya anak rajin loh ya. Contoh dong teman teman. Kring kring Suara bel sepedaku ku bunyikan untuk menyapa seorang ibu muda yang biasa ku panggil Aunty. Setiap pagi pasti dia akan menyiram bunga yang ia tanam di depan rumahnya. Dia sangat rajin menyiram tanaman dan kadang dia mengajak cerita bunganya. Jadi tak heran kalau aku memanggilnya ia akan selalu kaget. Kadang ia mengomel dengan panjang lebar pada bunganya yang layu.  “Selamat pagi Aunty Rahma,” sapaku kemudian mencium tangan Aunty. Tangannya lembut dan harum. Wajahnya juga sangat cantik dan bercahaya. Sifatnya ramah dan penyayang. Itu yang membuatku sangat menyayangi Aunty ku ini. Ya kalau mau menanyakan tingkat kecerewetan ya begitulah. Kalian tau sendirikan jika seorang ibu itu sudah notabenenya mempunyai bicara yang pedas nan sarkas. Juga selalu darah tinggian tiap saat.  “Pagi anak cantik, yang selalu mengagetkan Aunty nya setiap pagi ini,” katanya sambil medumel kesal. Aku sih hanya cengir saja. Dan Aunty juga tersenyum. Rasaku, ia tak cocok menjadi ibu dari anak berumur 18 tahun. Soalnya wajahnya masih cantik dan awet muda. Biasalah mama muda pasti cantik terus. Juga ia rajin senyum juga ibadah. Itu nilai plus yang akan di dapatkan oleh seseorang jika ia ingin mempunyai jiwa damai dan wajah cantik. “Hehehe jangan marah dong Aunty cantik, nanti cantikknya luntur trus jelek kayak hantu. Duh, kan Kei jadi takut huhu,” aku memeragakan gaya takut agar menambah kesan drama. Aunty ku yang mendengar itu langsung menjewer telingaku sampai aku meringis kesakitan dibuat olehnya. Memang kalau meledek Aunty membuatku jadi senang. Soalnya kan  Aunty  ini lumayan muda. Jadi, Soal bercandaan aku bisa menganggapnya seperti bercanda dengan teman. Tapi masih dalam batas wajar ya. Bukan keterlaluan seperti tidak ada etika yang mendasar. “Senang ya mengejek Aunty nya ini ha? Iya?” “Ahh aunty jangan gitu dong nanti telinga Key panjang gimana?” kataku mengelus telingaku yang di jewer Aunty. Sepertinya Aunty punya cubitan maut yang menggelegar. Kalau sudah yang namanya mencubit pasti sangat sakit. Pasti dia belajar mencubit dari tuan crab. Ituloh, yang jualan Kraby Patty di bawah laut bersama spons dan gurita. Ada ada saja dunia yang bulat ini. “Biarin biar kayak belalainya gajah mau?” "Astaga Aunty, kalau ngomong pake bismillah deh.” Aku medumel pelan dengan mengerucutkan bibirku. Pura pura marah. Padahal mah biasa aja. “Hehe iya ya anak manis dan cantik ini," Aunty mengelus kepalaku."Oh iya gimana kabar bunda kamu? Nggak berulah lagi kan?,”tanyanya menatap ku serius. Aku diam saja tanpa menghiraukan perkataannya dan pamit mau kesekolah. Aku memang tidak terlalu suka jika ada yang bertanya tentang keluargaku. Sekalipun itu Aunty. “Hei,”dia menahan tanganku. ”Ada apa? Kamu cerita dong sama Aunty jangan di pendam sendirian. Kalau kamu pendam sendiri nanti makin sakit sayang. Kita menceritakan masalah kita pada orang lain bukan untuk di kasihani. Tapi supaya hati kita lebih tenang sayang” “It’s okay, nggak ada yang perlu di khawatirin kok Aunty. Key gak bakalan kenapa napa selama Bunda juga baik baik aja. Jadi, Aunty jangan khawatir" Aku tersenyum terpaksa kemudian mengambil s**u yang akan ku jual di sekolah. Aunty paling peka terhadap apapun yang ada di sekelilingnya. Itu yang membuatku berharap seseorang bisa menjadi sosok seperti Aunty. Sosok yang menyayangi dan selalu mengerti apa yang ku rasakan. Aku mengambil s**u yang berada di gudang samping rumah Aunty. Memang aku menjual s**u yang diolah dari keluarga Aunty. Aku meminta sebagian s**u itu untuk ku jual agar uangnya bisa buat aku  makan siang. Sebenarnya Aunty  hanya mau memberi uangnya saja,tapi berhubung aku keras kepala dan tidak mau merepotkan Aunty ku jadi aku berniat menjual sebagian dagangannya saja. Aku tak mau hanya berpangku tangan dan mengharap dari orang lain. Selagi bisa kenapa tidak?  Benar kan? “Yaudah ya Aunty, Key berangkat nanti takutnya telat.” Aku mencium tangan Aunty untuk pamit. Tapi dia menahan tanganku sebentar sambil tersenyum ke arah rumahnya.  “Sebentar dong nunggu si Noel. Manusia galak itu kalau kamu tinggal yang ada malah marah marah ntar," Ya kalian harus tau bahwa Aunty punya  anak  yang menyebalkan sekali. Dan aku dekat dengan anaknya karena Aunty itu sahabat dari bundaku. Aunty sangat menyayangiku layaknya anaknya sendiri. Usaha nya sukses di daerah tempat tinggal kami. Dia membuka produksi rumahan. Padahal suaminya itu pemilik perusahaan teknologi yang besar. Tapi dia tetap mau bekerja tanpa berpangku tangan. Dan anaknya hanya membuatku naik darah setiap bersamanya. “Pagi princess yang cantik jelita bagai rembulan,” teriak seseorang yang berlari dari rumahnya sambil membawa 2 roti selai. Siapa lagi kalau bukan anak Aunty yang menyebalkan. Setiap hari harus sekali meneriakiku seperti itu. Seperti orang kesetanan saja. “Apaan sih ganggu aja pagi pagi. Lagian tolong ya. Bulan itu penuh dengan kebopengan. Ya kali lo samain gue sama tuh bulan," “Persamaan lo dengan bulan gak jauh beda. Jadi gue anggap aja begitu,” katanya sambil mencubit pipiku sampai merah. Tidak anak tidak ibu, sama saja membuat tubuhku merah merah akibat cubitan mau dari tangan tangan jahannam mereka. “Ahuu…syakit….vodoh,” Aku meringis karena pipiku di cubit oleh seseorang yang bernama Noel menyebalkan. Eh bukan kok. Namanya itu Noel Archandra Kesuma. Dia anak dari Aunty kesayanganku. Tapi dia manusia menyebalkan dalam hidupku. Kadang aku bertanya apakah Aunty tahan dengan manusia gila ini? Kadang saja aku ingin sekali menamparnya dan meraup wajah tampannya itu. Kalian harus tau betapa menyebalkannya dia. Dulu waktu kecil, aku pernah di dorong masuk selokan. Di jatuhi dari atas pohon.  Minumanku di beri garam. Bahkan baju dalamku di sembunyikan olehnya saat aku masih SMP. Benar benar definisi manusia gila yang sangat sempurna. Cocok sekali dengan dirinya yang selalu membuatku naik darah. Menyebalkan,menyebalkan,menyebalkan sekali. “Apa?! bodoh?! Siapa yang bodoh coba?" “Lo si bodoh yang malang, udah ah gue mau ke kantin dulu nyerahin s**u ini,”kataku sambil mengangkat s**u yang kubawa menggunakan keranjang itu ke sepedaku. “Sini biar pangeran bantuin.” Dia menahan tanganku dan membawa keranjang yang ku bawa tadi. Mendengar kata pangeran keluar dari mulutnya, aku berlagak seperti orang muntah.  “Udah nggak usah biar gue aja.” Aku menahan keranjang itu. Ya tapi gagal karena tenaga dia 11 12 sama babon. “Udah nggak usah banyak comment, nih makan aja rotinya dulu.” Noel menyumpelkan rotinya ke mulutku. Memang kurang di sterilkan pemikiran cowok ini. Sepertinya otaknya belum pernah kena servis jadi ya begitu. Menyebalkan. Astaga, kalian jangan bosan jika aku menuliskan kata menyebalkan terus. Karena memang dia menyebalkan. Percayalah padaku. “Utututu co cweet bingitz ya anak anak mama ini,” Aunty menggoda aku dan noel sambil mencubit pipi kami berdua. Kayaknya semua ibu harus di jauhkan dari sinetron alay. Ya ini sudah ada contohnya. Aunty Rahma sudah mengalami hal ini. Bagi kalian para remaja zaman sekarang, jangan biarkan orangtua kita menonton sinetron alay. Itu akan membahayakan nusa dan bangsa. “Aishh apaan sih Aunty jangan gitu ah,” kataku melepaskan cubitan aunty. “Dah ah sama Noel pergi dulu ya ma,” Noel mencium tangan dan wajah mamanya. Dia sangat menyayangi mamanya. Aku saja kadang iri dengan kedekatan mereka. Rasanya ingin sekali selalu seperti itu. Bahagia dengan orang yang kita sayang. Tak perlu pacar. Orangtua saja sudah cukup. “Iya hati hati ya jangan ngebut jangan-” kata Aunty yang dilanjut oleh kami berdua. “Sampai meleng kan?,” kata kami serentak. “Tenang aja ma kita nggak bakalan kenapa napa kok,orang mama selalu menasihati  kita dengan kata kata itu aja,”lanjut Noel sambil duduk sebagai supir dan aku penumpangnya. Memang Aunty selalu memberi wejangan yang sama kepada kami. Maka dari itu kami sudah hafal apa yang ia katakana. Sangat jelas dan terekam di memori milyaran giga. “Iyaya anak anak mama yang jelas sampai sekolah ya jangan kemana mana” “Iya ma udah ya kita berangkat dulu,Assalammualaikum” “Assalammualaikum Aunty” “Waalaikumsalam hati hati ya,” katanya setengah menjerit ketika kami sudah melaju. “Iya” jeritku juga. Sepeda berjalan dengan santainya karena jalanan Bandung masih santai dan belum ramai oleh orang orang. Lampu jalanan masih menyala dan suara ayam berkokok masih terdengar sayup sayup. Entah kenapa kalau bangun pagi pasti bawannya malas namun saat sudah bangun dan pergi sekolah jalanan seakan memberi sapaan yang mampu membuat semua orang mungkin akan sedikit menghilangkan rasa kesal dan suntuk karena rutinitas yang padat. “Tadi malam film thriller yang lo rekomendasikan mampu membuat gue pengen bunuh lo juga” ucapku memulai pembicaraan setelah 10 menit berlalu dengan keheningan. “Gue gak tau lo lagi nonton film itu. Kayaknya sekitaran jam 10 malam gue masih bangun,” Noel menoleh kebelakang sebentar, “Kenapa gak telepon kalau lagi takut?” “Pulsa gue habis karena telepon pak Faisal nanyain tugas PKN. Lo tau sendiri kalau Whatsaap gue masih error” “Di tawari Mama beli baru kenapa gak mau? Lo selalu menganggap kita semua orang lain. Itu nyakitin kita banget sebenarnya Key” “Kok gitu sih. Bukan gitu maksud gue. Ya, gue gak mau repotin kalian terus. Lo tau kan prinsip gue. Kalau gu-“ “Lo masih bisa sendiri lo bakalan berusaha,” potong Noel, “Gue udah muak dengan kata kata lo. Mama sama Papa sampai tersingggung karena lo yang selalu menolak pemberian dari mereka. Mereka gak menganggap lo orang lain tapi lo selalu menganggap diri lo bukan siapa siapa. Itu menyakitkan buat orang orang disekitar lo, Key” ucap Noel, “Mungkin sebagian orang gak masalah saat lo menolak apa yang mereka berikan. Tapi sebagian orang yang benar benar tulus bakalan tersinggung karena perlakuan lo, gue gak menyalahkan lo yang mandiri. Tapi seenggaknya lo bisa berpangku tangan sama kami yang udah anggap lo keluarga kami sendiri” Aku menarik nafas dalam dalam. Mengeratkan pelukanku pada pinggang Noel saat kami akan menyebrang di jalanan yang tengah menandakan lampu merah. Bukannya aku tak mau menerima apapun yang di berikan pada mereka. Aku hanya ingin usaha sendiri agar aku tak kesusahan saat nanti misalnya aku dalam keadaan sulit. Bukan masalah tidak menghormati. Kalian pasti sering di fase begitu. Di fase dimana kalian ingin berusaha dan akut merepotkan. Aku sudah dewasa. Kelas dua belas SMA. Masa begini aku lebih suka menjalankan kehidupan dengan menjadi diriku sendiri. Aku hanya mau berusaha tanpa merepotkan. Itu saja. Tapi kadang aku akan menerima pemberian orang lain karena mungkin benar kata Noel,  ada sebagian orang yang mungkin tidak suka jika ditolak pemberiannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Istri Muda

read
391.9K
bc

Bermain Panas dengan Bosku

read
1.2M
bc

HYPER!

read
556.3K
bc

Love Me or Not | INDONESIA

read
532.7K
bc

Call Girl Contract

read
323.1K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook