bc

ENDING SCENE

book_age16+
16
FOLLOW
1K
READ
BE
one-night stand
kickass heroine
blue collar
tragedy
city
like
intro-logo
Blurb

Soojin hamil, tapi Minho tidak mau bertanggung jawab dan justru mengatakan jika itu bukanlah anaknya.

Minho sendiri adalah seorang model yang akan memulai debutnya sebagai seorang aktor, oleh karena itulah ia tidak ingin kehamilan Soojin membuat karirnya hancur.

Saat itu malam yang dingin, Soojin berdiri di pembatas jembatan sambil merenung, sampai kemudian seorang pria dengan ransel di punggungnya berteriak, ia mengira jika Soojin ingin mengakhiri nyawanya sendiri dengan lompat dari atas jembatan.

Namanya Baekho, seorang dokter muda dengan kepribadian cerah juga sifat yang hangat, ia selalu bisa membuat orang-orang disekitarnya tertawa dengan sikap juga kepribadian yang ia punya.

Meski tidak sling mengenal, Baekho berhasil membuat Soojin menceritakkan masalah yang tengah dihadapinya sekarang. Pria itu tersenyum kecil sebelum menawarkan sebuah bantuan.

Baekho bersedia bertanggung jawab dengan anak dalam kandungan Soojin. Baekho bersedia menikahi Soojin demi melindungi wanita tersebut dari pandangan lingkungan sekitar.

Tapi bagaimana jadinya saat Soojin juga Baekho kembali ke apartemen Minho untuk mengambil barang milik Soojin, dan mereka melihat ekspresi juga raut wajah Minho yang seakan kecewa.

Juga, pesan beruntun dan kiriman-kiriman aneh yang Soojin teima setelah dirinya memutuskan untuk keluar dari apartemen Minho.

chap-preview
Free preview
SATU
“Aku hamil.” Soojin mengatakan hal tersebut dengan kepala tertunduk, di depannya duduk seorang lelaki dengan jaket hitam yang melekat di tubuhnya. Ia terus mengawasi Soojin dengan lekat, seolah mencari tahu kebenaran akan apa yang dikatakannya barusan. “Kau bercanda?” Soojin mendongak, ia tidak menyangka jika respon yang diberikan oleh Minho, sang kekasih justru berada jauh di luar bayangan. “Apa maksud mu? Kau mengira aku sedang bermain-main sekaang?” nada bicara Soojin mulai naik. Minho menggeleng, pria itu memijit pelipisnya sendiri yang mendadak terasa berdenyut. Priaitu menghela napas dan menatap lekat sekali lagi ke arah Soojin yang masih menatapnya tajam. “Begini, bagaimana mungkin anak yang kau kandung adalah anakku? Kita baru saja melakukannya sekali dan itu tidak mungkin akan langsung membuahkan hasil. Bisa saja itu adalah anakmu dengan lelaki lain.” Sebuah tamparan keras mendarat dengan apik pada pipi kiri Minho. Pria itu memegangi pipi kirinya yang tampak merah juga terasa perih. Ia melihat ke arah Soojin yang sudah berdiri dengan napas memburu. “Ku pikir aku adalah seorang murahan yang bisa dengan mudah tidur dengan siapa saja? Aku bahkan baru pertam kali melakukannya denganmu!” pekik Soojin dengan suara keras. Beruntung tempat keduanya berada saat ini agak sepi, hingga sedikit orang yang bisa mendengar pembicaraan mereka pada saat ini. “Siapa tahu saja kau benar-benar sudah tidur dengan pria lain tanp sepengetahuan ku, lalu saat kau hamil kau dengan sengaja menjebak ku dan mengajakku tidur bersama supaya kau bisa mengatakan jika itu adalah anakku.” “Kau tahu bukan jika sebentar lagi aku akan menjalani debut ku sebagai aktor setelah menunggu selama tiga tahun. Kau pikir aku akan dengan mudah tertipu dan kehilangan kesempatan besarku hanya karena ucapan mu itu? Tidak akan pernah!” Satu tangan Soojin menggantung di atas kepala, siap melayangkan sebuah tamparan ke arah pria di hadapannya yang tidak mau menatapnya sama sekali. Namun bukannya melakukannya dengan segera, Soojin justru mengurungkan niatnya. “Aku tidak tahu jika kau ternyata adalah pria sebrengsek itu. Ku kira Choi Minho, seorang model terkenal dengan kepribadian baik dan hangat yang selama ini ku kenal memanglah dirimu, tapi ternyata aku salah. Kau tidak ubahnya hanya seorang lelaki bengsek yang tidak mau mengakui kesalahan mu sendiri.” Soojin menghapus air matanya dengan kasar, membenahi penampilannya sendiri dan menghela napas panjang beberapa kali. “Aku bertanya sekali lagi, apa kau benar-benar serius dengan perkataanmu?” Minho diam, pria itu masih saja berusaha untuk menghindari kontak mata dengan Soojin. “Choi Minho,” panggilan Soojin pada akhirnya membuat Minho menoleh. Ia menatap Soojin yang tengah melihat ke arahnya dengan air mata berlinang. “Ya, aku serius.” Jawaban tegas dari Minho sanggup untuk meluruhkan hati Soojin sepenuhnya. Setets air mata itu kembali luruh bersamaan dengan helaan napasnya yang terasa begitu mencekik. “Baiklah, jikai tu memang kemauan mu.ku harap kau tidak akan pernah menyesalinya, Choi Minho.” Setelah mengatakan hal itu Soojin memutuskan untuk pergi meninggalkan Minho. Ia tahu akan percuma berdebat dengan pria itu, ia sudah tahu bagaimana akhirnya. Dirinya menjalin hubungan dengan Minho bukanlah dalam kurun waktu sebentar, keduanya bahkan sudah saling mengenal semenjak pria itu masih menjadi siswa pelatihan dan baru saat ia memulai debutnya sebagai seorang model profesional keduanya menjalin sebuah hubungan serius. Soojin tahu bagaimana watak seorang Choi Minho, ia takkan mau merubah keputusannya dengan mudah, pria itu juga hanya mau percaya dengan apa yang memang ingin ia percaya. Dan Soojin sendiri sudah mulai lelah dengan hal itu. Awal permasalahan adaah saat malam perayaan anniversary hubungan mereka. Saat itu Minho baru saja pulang dari pekerjaanya. Keduanya memang tinggal bersama di sebuah apartemen yang dibeli atas nama Minho. Pukul dua belas malam saat pria itu membuka pintu dengan kondisi dalam apartemen yang nampak begitu gelap, padahal bisanya mau selarut apapun Minho pulamh, Soojin akan selalu setia menunggunya di depan televisi dengan lampu rumah yang menyala hampir seluruhnya. Omong-omong, Soojin memang memiliki phobia akan kegelapan. Dirinya akan merasa sesak napas dan pusing saat berada di kegelapan. “Soojin-ah, Lee Soojin?” Minho terus mencari keberadaan Soojin juga memanggil wanita itu dengan suara keras. Ia merasa khawatir akan terjadi sesuatu dengannya. Tidak lama kemudian dari arah dapur samar-samar terdengar suara nyanyian lirih juga samar-samar terlihat cahaya. Kemudian Soojin muncul dengan sebuah kue berhias lilin yang menyala di atasnya. Dengan segera Minho menghampiri sang kekasih, ia benar-benar khawatir dengan Soojin. “Selamat hari perayaan empat ahun, Minho,” kata Soojin dengan senyum yang terkembang lebar di wajahnya. Minho juga melakukan hal yang sama, keduanya kemudian meniup lilin bersama. Setelah lampu menyala, Soojin membawa Minho ke arah meja makan yang menyatu dengan dapur. Di sana sudah terhidang berbagai makanan lezat juga satu botol minuman beralkohol. “Khusus untuk malam ini, aku memasak makanan spesial!” pekik Soojin sambil menunjukkan makanan di meja. Ia kemudian meminta Minho untuk duduk di sana dan mulai menyiapkan makanan. Keduanya menyantap makan malam dengan tawa gembira, hingga tanpa terasa kesadaran keduanya perlahan mulai hilang karena minuman beralkohol tersebut. Pagi hari datang saat Soojin yang baru saja terbangun menyadari sesuatu. Ia dan Minho tidur di satu ranjang yang sama, dan juga pakaian mereka yang berceceran di lantai kamar. Dengan segera Soojin membangunkan Minho yang masih terlelap nyaman di sebelahnya. Ia takut, tentu saja. “Minho, bangun! Apa yang sudah kita lakukan?!” Melihat Soojin yang begitu panik, seketika membuat Minho sadar dengan apa yang terjadi. Memang, apa yang dilakukan mereka sudah tergolong biasa di negara mereka. Namun, Soojin sendiri memiliki prinsip untuk tetap menjaga apa yang ada dalam dirinya hingga hari pernikahannya nanti. Menyadari Soojin yang panik, dengan cepat Minho merengkuh wanita itu dalam dekapannya. “Sudah, semua akan baik-baik saja,” katanya berusaha menenangkan. *** Soojin menendang batu kecil di hadapannya dengan kesal. Ia menghapus air matanya sekali lagi dengan kasar, “Baik apanya, setelah semuanya terjadi kau justru membuang ku dengan seenaknya agar tidak menganggu karirmu. Dasar b******k! Aku seharusnya tidak mempercayainya dengan mudah,” gumam Soojin dengan air mata yang masih saja membasahi pipi. Rambutnya yang ia biarkan tergerai bebas terbang karena angin malam, genggamannya pada jembatan mengerat seiring dengan isak tangis yang terdengar kian sedih. “Choi Minho b******k!!” Soojin berteriak nyaring, ia berusaha menyalurkan rasa marah juga sedihnya secara bersamaan. Perlahan kaki kanan Soojin mulai naik ke arah pembatas, ia juga menangis kian keras saat ini. “Nona! Apa yang kau lakukan?!” Tubuh Soojin terhuyung, ia jatuh di atas tubuh seorang lelaki yang baru saja menariknya. “Nona, apa yang akan kau lakukan? Aku tidak tahu seberapa berat masalah yang sedang kau hadapi, tapi mengakhiri hidup bukanlah satu-satunya cara,” ucap seorang lelaki yang telah menolongnya. Alis Soojin menukik, ia menatap lamat ke arah pria dengan ransel yang menggantung di punggungnya itu. “Apa maksud mu, memang kau pikir siapa yang mau mengakhiri hidup?!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook