bc

Cadarku dan Obsesimu

book_age16+
2.9K
FOLLOW
25.3K
READ
like
intro-logo
Blurb

Abdiel Justin Gilbert, Dingin, kejam, berjiwa psikopath. Pria yang tak pernah ingin hidup karena penderitaan yang dia rasakan. Jatuh cinta dengan gadis bercadar, yang sudah akan menikah dengan orang lain. Abdiel terobsesi, menjadikan Aylin sebagai tujuan hidupnya, sumber kebahagiaannya, hingga rela membunuh semua orang yang berani menyakiti gadisnya itu.

"Meski ke ujung dunia aku akan tetap ingin bersamamu dalam hidup dan mati , percayalah aku begitu mencintaimu akan aku lakukan apapun asal kita bisa bersama "

*ABDIEL JUSTIN GILBERT*

"Kau berbeda denganku, aku begitu mencintai Allah dari pada dirimu, dan aku akan menikah beberapa hari lagi, jadi ku mohon menjauhlah "

*AYLIN DALISHA MUMTAZAH*

"Aku akan memperjuangkan gadis yang sudah Allah takdirkan untukku, kami saling mencintai terserah dengan kata pria gila yang terobsesi denganmu "

*ARFAN MIYAZ AWWAHAB *

Cover by: Sky Cover

chap-preview
Free preview
Dia lagi
"Jadi ... Bagaimana keadaannya?" tanya lelaki berorasi dingin itu dengan senyum licik tercetak jelas "Baik tuan, nona Aylin baik-baik saja." Bawahannya menjawab dengan kepala tertunduk. "Bagus, aku ingin kau tetap mengawasinya dan oh ya BUNUH semua orang yang mendekatinya." "Baik tuan," jawab bawahannya. Pria berekspresi dingin itu pergi meninggalkan orang suruhannya setelah mengetahui gadisnya, ya gadisnya entah itu cinta atau obsesi tapi pria dingin itu mengaku gadisnya. Dan tak seorangpun yang bisa membantunya. Abdiel Justin Gilbert, yang sangat terkenal di kalangan pebisnis sebagai sang Iblis Penguasa Eropa. Mungkin sangat terkesan berlebihan jika tidak dilihat langsung, tetapi bagi yang sudah mengenalnya, mungkin mereka tidak akan menganggap Abdiel sebagai Iblis disetujui setan dari Neraka. Iblis yang kini tergila-gila pada kekasih memenangkan, gadis yang mampu memenangkan sepuluh, gadis yang mampu mencari ingin hidup, dan gadis yang selalu dia klaim sebagai miliknya— Aylin. "Aku kembali, Aylin sayang. Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi. Kau tidak tau bagaimana merasakan jauh dari sumber kehidupanku, tapi sekarang, kita akan bersama. Akankah aku membuktikan bahwa kamu akan berharapaiku." Abdiel tersenyum memandang foto gadis yang hanya kelihatan mata itu. *** Aylin Dhalisha Mumtazah, gadis berkerudung panjang dan cadar yang menggendong wajah Ayunya itu, tetap setia tidur diatas ranjang empuknya. Entah sudah lama, dia tetap setia tidur dengan nyenyaknya di atas, tidur, berdominan hijau itu. Kedua matanya masih setia terpejam. Allahhu akbar ... Allahhu akbar ... Sayup sayup azan subuh mulai terdengar. "Asstagfirullahhalazim, ya Allahku gak bangun buat sholat malam." Aylin langsung turun dari kasur, mengambil air wudhu lalu membawakan tugasnya sebagai seorang muslim. Sehabis sholat tak lupa membaca Al-Qur'an, suaranya merdu dan memenuhi hati, memenuhi seluruh ruangan ini. Membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa tenang. Tok ... Tok .. Tok .. "Nak boleh Ummi masuk?" Terdengar suara di balik pintu "Iya Ummi," jawab Aylin setelah tahu itu Umi tercintanya. Terlihat wanita memutuskan untuk masuk, Setelah duduk di tepi ranjang dia pergi dengan lembut. "Dek, ayo sini Ummi mau bicara," ajak umminya dengan lembut "Iya, Ummi," gadis itu berjalan dengan ragu dan duduk di samping umminya "Ada yang Ummi ingin mencari nak, ini masalah lelaki itu dan dirimu." sang ibu menjelaskannya dengan lembut namun gadis itu sudah pucat mendengar kata pria itu. "Ken ... Kenapa Umi? Ap ... Ap dia tahuuu .. ??" Gadis itu melihat Umminya dengan pandangan nanar "Sudah bebas, dan sekarang ada di Indonesia." Penjelasan Umminya itu membuat gadis itu membeku seketika, jantungnya mulai berpacu di atas normal, kilasan masa lalu mulai memenuhi hasil. "Mungkin ... Itu orang lain." Aylin berusaha menyangkal "Apa kau meragukan penglihatan Ummimu ini?" "Tidak, hanya saja ..." "Jangan terlalu khawatir, semoga dia tak mengenalimu. Karena kau sudah berubah sekarang." ucap sang ibu mencoba menenangkannya. Air mata mulai di pipi Aylin. Anisa, Umminya, Yang tahu hal itu langsung memeluk menangis sayang. "Kenapa dia bisa kembali? Apa kita harus pergi dari sini ?! Aku takut Ummi, dia pasti masih gila seperti dulu. Dia kejam dia ... Dia sudah mem ...." "Stttt, jangan khawatir sayang. Ummimu ini masih hidup. Tidak akan Ummi biarkan dia terlukaimu." Aylin semakin menenggelamkan pada pelukan Umminya. diam dan tak ingin menjawab atau menyetujui untuk kembali, memulai hidup baru, atau apa pun yang dia suka kehidupan seperti ini. Hidup tenang tanpa rasa takut dan di kejar-kejar pria seperti dulu. • ÷ • ÷ • ÷ Pagi ini terlihat seorang gadis dengan mata yang lembut tetapi menyimpan begitu banyak kesedihan, wajah yang lembut nan putih tetapi menyimpan begitu banyak yang mencerminkan senang yang mendalam. Dan jangan lupakan cadar yang membingkai wajah ayunya. Gadis itu berjalan dalam diam sambil membawa kopi dan membawa buku yang tebal, siapa pun yang akan tahu itu gadis yang ingin mengerjakan tugas di kafe sambil menikmati wifi. Gadis itu duduk di pojokan yang menghadap ke arah jalan raya langsung. "Permisi, kamu mau memesan apa?" tanya pelayan itu dengan senyuman dan siap menulis. "Tolong Kopi Terlambat dan cakenya," jawabnya dengan senyuman. Meski tak ada yang tahu karna tersembunyi di balik cadar hijaunya. Setelah memesan gadis itu mulai berkutat dengan tugas kuliahnya yang menumpuk. Akan tetapi dia tidak tahu itu di ujung caffe ini seorang pria dengan wajah dingin menatapnya penuh rindu. "Meskipun kamu menutup semua wajahmu aku akan tetap mengenalmu, Aylin" gumam pria itu dengan seringaian bak seorang iblis. Ya gadis itu Aylin, gadis bercadar dan berbaju muslimah yang apik, badannya terbungkus sempurna. Dengan tatapan tajam pria itu mendekat dan duduk di dekat Aylin. Aylin masih sibuk berkutat dengan tugasnya yang berhasil meyakinkan pria yang sedang duduk di tengah harapannya. Saat Aylin ingin minum, barulah dia menyadarinya dan seketika gelas itu pun terjatuh, dengan tubuh gemetar dan juga keringat dingin meluncur bebas di dahinya. Hal ini menjadi sorotan pengunjung caffe tersebut. Tapi pria yang membantah tetap di tempat dan tak pernah mengalihkan pandangannya dari mata gadis bercadar hijau tersebut. "Ka ... Ka ... Kammuuu ...," Tubuhnya mulai gemetar, lalu ia memilih itu sekarang ia memakai cadar. Dengan tergesa gesa dia berlari ke pintu keluar caffe langsung menyetop taksi menuju rumah. "Hah! Kau masih takut memenuhi rupanya, Ay," gumam pria itu dengan senyum yang miris. "Aku tak peduli aku akan mati menantang karnaku Aylin, setelah beberapa bulan lagi kau akan menjadi milikku." gumamnya di sertai senyuman setannya. Di sisi lain .... "Ya Allah dia ... Dia kembali ... !!" gumam wanita itu dengan gemetar, berkeringat dan tatapan kesulitan terpancar jelas di mata sendu itu. Ya pria yang menghancurkan mimpinya, pria yang begitu iya takuti hadir dalam pertarungan, dan seseorang yang begitu terobsesi dengan baik Abdiel justin gilbert Sepanjang perjalanan Aylin masih sedikit gemetar, rasa cemas takut, benci, takut ingin pergi bersarang di coba. Dan semua rasa itu tertuang dalam air yang mengalir bak sungai di pipi mulusnya, hingga membasahi cadar yang dikenakannya. Supir di heran hanya menatapnya heran dalam diam. Sampai di pinggir taman dia meminta berhenti dan duduk di taman Aylin melihat anak-anak yang bermain dengan bahagia, senyum, tawa mereka tanpa beban dan paksaan. Sesaaat dia mengingat masa kecilnya yang sama bahagianya "Aku ingin terus bahagia seperti anak kecil itu, bisakah kau menjauh dari hidupku El." Aylin bergumam meminta sesuatu yang tak akan pernah terjadi Aylin masih takut kepada seseorang memeluknya dengan penuh tak terlepas. Aylin tetap diam tanpa balas, balas udara tetap setia membasahi pipi putihnya. "Aylin, jangan menangis sendiri ... Aku di takdirkan untuk menemanimu setiap waktu, ku mohon bagilah kesedihanmu dengan ku." Gadis mengatakan itu pelan-pelan Aylin masih menangis dan mulai membalas pelukan hangat yang diterima oleh sahabat tercintanya, Naila Talita, sahabat sekaligus saudara sepupu nya. "Aku ... Aku tak kuat lagi nai ... Kenapa dia hadir dalam hidupku lagi, apa tidak cukup dia menghancurkan hidupku" Air mata aylin tambah mengalir deras tatkala dia mengingat apa yang sudah di lakukan laki-laki itu yang ditolak. "Aku tau ... Tapi menciptakanlah ikhlas Ay, kau hamba Allah yang kuat kan, dia hanya sebagian kecil dari cobaan Allah." Aylin masih terdiam dan menangis. "Terkadang aku ingin menjadi anak lagi ... Di mana senyum mereka tulus dan tanpa beban." Ucap Aylin kemudian, setelah tangisnya sedikit reda.   Aylin mengatakan itu dengan senyum dan membayangkan dia di masa lalu. "Semua orang di dunia ini selalu menyukai anak-anak kecil saat menghadapi masalah karena ingin menghindarinya. Menginginkan kembali ke masa lalu. Tapi tentu saja itu hal yang bodoh. Mereka membodohi diri sendiri. Mereka membuat angan-angan yang pasti tak akan tercipta . " Aylin diam menunggu perkataan Naila, karna memang disetujui itu benar. Dia lebih suka menghindari masalah dari pada menghadapinya dengan tenang dan ikhlas. "Apa kau tau dia sudah kembali?" Aylin bertanya kemudian setelah diam cukup lama. "Iya, aku tau ummi yang memberi tahu" balas Naila. "Hah ... Begitu rupa nya, jadi dia kenaliku ya. Aylin mengatakan nya di sertai senyuman miris. " Meski kau oprasi plastik dia akan tetap mengenalimu ay. " Ya Aylin menerima itu kata kata sahabatnya itu benar adanya. Laki-laki terlalu terobsesi, hanya karna, perawatan kecil yang diberikan sebelumnya. Menganggapnya dia menyesali kelakuannya yang selalu ingin merawat semua orang. "Dia pasti akan mulai bertingkah gila lagi seperti dulu." Aylin bersuara lesu. "Ya seperti terbukti, kamu diberikan sihir apa yang membuatnya jadi?" Pletak! Satu pukulan mulus mendarat sempurna di lengan Naila, "Sihir apa ?! Jika Allah memperbolehkan sihir di Dunia ini, aku akan menyihirnya agar dia pergi dari hidupku." Aylin bersuara sebal. "Sebegitu bencinya ya?" Aylin hanya menundukan kepala. 'Bukan hanya benci, aku takut pada pria itu'. "Sudahlah, ayo kita pulang." Aylin mengangguk dan mengajak sahabatnya pulang. Tanpa mereka sadari lelaki berekspresi dingin itu memandang gadisnya dengan pandangan beragam. "Aku begitu mengingat mu sayang ... Sampai habis ini berhenti mengalir rsanya melihatmu seperti ini." dengan langkah tak terhibur pria itu meninggalkan taman di mana gadisnya berada. Dan berhasil menyakinkan dirinya tentang hari nanti gadisnya itu akan memaafkan ke egoisan nya dulu .. • ÷ • ÷ • ÷ Mengingat hari yang sudah lebih larut Aylin dan sahabatnya pindah kembali. Sementara dalam hati gadis itu masih tersimpan sakit yang begitu mendalam. Begitu sampai di rumah langsung di sambut umminya dengan gembira. "Ada apa nak? Kenapa kau terlihat sangat lelah, dan apa lagi ini kau pulang terlambat sayang." Wanita memutuskan baya itu melepaskannnya dengan lembut dan tatapan melepaskan. "Tak apa ummi, aylin hanya lelah, tugas hari ini begitu menguras tenaga." Elakknya dengan senyum yang di paksakan. Anisa mengangguk memaklumi. "Bersihkan dirimu nak, lalu turunlah kita makan bersama." "Iya ummi." Saat di meja makan Aylin masih membahas lelaki yang ia temui di caffe tadi. Berbagai pikiran buruk dan kelakuan pria terlukis jelas di otaknya. Serta berkecamuk pula pertanyaan yang membuat makanan di mejanya terbelengkalai. Saat umminya selesai makan dia langsung naik ke atas lalu merebahkan kasur di hijau muda itu. ; apa kau ingin menikah dengan pria ini !!!? Hah ..! ; maaf aku hanya membantu, dan aku tak perlu membalas ; jadi kau lebih suka dia dari pada aku tanya orang itu dengan berteriak sambil mengambil pisau kecil di sakunya dan bass..s ... Dor! Dor! ; inilah membalas jika kau lebih memilih dia dari aku. TIDAK ..... !!!! Hah hah hah huffff ... Lagi mimpi itu, ah bukan, itu kilasan masa lalu bukan lah mimpi. Keringat dingin membanjiri pipi halus nan putih itu rambutnya sudah basah seperti habis keramas. "Kenapa mimpi itu menghantuiku lagi?" Gumam Aylin takut, air mata mulai mengalir di pipi mulusnya. "Ay, berhentilah mengingat masa lalu yang terburuk nak, dan mengeluarkan lembaran baru, cara terbaik melupakan seseorang dengan memaafkan kesalahannya." Umminya menasehatinya dengan lembut. Aylin tersentak seketika saat Umminya berada di sampingnya. Dengan kesulitan Aylin memeluk Anisa dengan erat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

See Me!!

read
87.8K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.0K
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook