bc

Mama Amnesia

book_age0+
789
FOLLOW
22.4K
READ
powerful
drama
tragedy
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

kisah Mama Tita yang mengalami amnesia dan hanya mengingat jika ia masih berumur 17 tahun. ia pun menemukan fakta bahwa sang pujaan hati, Angkasa yang juga ketua kelasnya kini menjadi suaminya??

Bagaimana kisah Tita , Angkasa serta Balqis putri mereka??

chap-preview
Free preview
Satu
            Derap langkah terburu-buru terdengar nyaring di lorong, seorang pemuda dengan penampilan penuh darah di jas yang tampak mahal dan wajah yang peluh akan keringat hanya bisa mengikuti langkah orang-orang berpakaian putih di hadapannya. Matanya terus menatap ke arah sang istri yang tidak sadarkan diri.             “Bapak silahkan tunggu di sini,” ucap seorang perawat dengan nada tenang.             “Tolong istri saya, Sus.”             “Kami akan berusaha sebaik mungkin,”             Begitu pintu tertutup, lelaki yang bernama Angkasa itu terduduk lemas seraya menundukkan kepala. Tangannya bergetar mengingat darah yang mengalir dari kepala istrinya. Rasa takut menjalar di hatinya, ketakutan akan kehilangan Tita membuatnya benar-benar dilanda kesedihan mendalam.             Untuk membersihkan diri atau menelpon sekolah anak seraya memberi kabar istrinya, Angkasa benar-benar tak sanggup.             Ia hanya ingin menunggu dan menjadi orang pertama yang mengetahui kondisi Tita.  ... Beberapa jam yang lalu               Angkasa dan Tita tengah menggandeng buah hati mereka, Balqis menuju TK putri satu-satunya itu.             “Ah.. sedih deh Balqis udah sekolah lagi! Enggak bisa nemenin Mama main lagi dong?” ucap Tita menampilkan wajah cemberut.             “Kan Balqis bisa temenin Mama sepulang sekolah, iya kan Sayang?” tanya Angkasa menatap putri mungilnya.             Balqis mengangguk dan menatap sang Mama dengan mata berbinar. “Es krim ya, Ma? Tapi maunya yang gambal spongebob.”             Tita mendengus, putrinya memang selalu pintar mencari kesempatan dalam kesempitan. “Jatah makan es krim nanti hari sabtu.”             “Kan ini sabtu,”             “Ini senin, anakku sayang.”             Balqis melirik sang Papa. “Ini sabtu kan Pa?”             Angkasa terkekeh, mencubit pipi tembam Balqis. “Nanti di sekolah belajar hari sama Kak Amel ya, kalau enggak nanti Mama marah lho!”             “Kan belajar ngitung dulu kata kak Amel, Papa!” protes Balqis.             Angkasa tertawa dan melirik Tita yang menatap jengah Balqis. Putrinya itu memang memiliki sifat seperti sang suami, selalu keras kepala dan tak mau mengalah.             Angkasa tersenyum ramah begitu melihat guru kelas Balqis yang sudah menyambut di depan gerbang sekolah, sementara Tita sibuk mencubit gemas Balqis yang hanya tertawa mendapatkan perlakuan usil sang Mama.             “Assalamualaikum Ayah, Bunda dan Balqis.” Sapa Kak Amel ramah.             “Waalaikumsalam Kak Amel,” balas keluarga kecil itu dengan senyum bahagia.             “Hari ini Balqis bawa baju ganti kan, Bun?”             “Yang pemberitahuan itu ya di grup chat? Bawa Kak, udah saya taruh di dalam tas.”             Kak Amel menatap lembut Balqis. “Alhamdulillah, Balqis hari ini main air sama teman-teman ya,”             Balqis mengangguk semangat dan menggandeng tangan Kak Amel.             “Balqis semangat banget main air hari ini Kak, malah dia bangun dari subuh.”             “Masha Allah, Tapi nanti Balqis enggak akan ngantuk kan?” tanya Kak Amel.             “Enggak, kan main air tinggal cuci muka!”             Kak Amel tertawa mendengar jawaban polos Balqis.             “Jangan nakal ya, nurut apa kata Kak Amel dan Kakak Fasil yang lain.” Ucao Tita sambil memakaikan tas ke punggung mungil Balqis.             “Iya Mama cantik,”             Tita merona mendengar pujian gadis mungilnya, sebelum ketahuan ia berpura-pura sibuk dengan seleting tas.             “Balqis salam dulu sama Mama Papa sebelum masuk ke kelas ya.”             Balqis menyalami kedua tangan Angkasa dan Tita serta memberi bonus kecupan pipi pada Mamanya yang gede gengsi.             Begitu Balqis dan Kak Amel masuk ke dalam sekolah, Angkasa menggenggam tangan Tita dengan lembut dan tersenyum ketika Tita menatap wajahnya.             “Hari ini mau nunggu Balqis di mana?”             “Aku mau pulang aja, banyak setrikaan juga numpuk.”             “Mama emangnya enggak cape? Papa enggak apa-apa lho kalau kita pake laundry atau panggil tukang cuci,” Angkasa mengangkat tangan Tita yang tengah digenggamnya. “Tuh lihat, tangan Mama jadi kasar banget.”             “Tangan ini sebagai bukti kalau aku bertanggung jawab ngurusin segala kebutuhan kalian. Lagipula, kayaknya kurang puas aja kalau baju dicuciin sama orang lain.”             Angkasa mengecup kening Tita. “Mama yang terbaik,”             “Pa, aku mau beli seblak dulu di sebrang boleh kan? Dari kemarin aku kepengen banget seblak sekolah Balqis,”             “Boleh, Papa tunggu di mobil enggak apa-apa kan? Atau mau Papa temenin?”             “Tunggu di mobil aja, aku bisa nyebrang sendiri kok.”             Angkasa menatap Tita sedikit lama, entah mengapa hatinya merasa tidak nyaman. Namun ketika ia ingin mengutarakannya, Hpnya berdering.             “Kamu angkat telponnya di mobil aja, aku enggak akan lama kok sayangku,” ujar Tita mengecup tangan Angkasa yang masih menggenggamnya. Suaminya ini memang selalu khawatiran.             Angkasa menghela napas dan mengusap pipi Tita, ia masuk ke dalam mobil sambil mengangkat telpon. Sementara Tita dengan riang berjalan menuju gerobak seblak favoritnya.             “Bu, seblak batagor tulang cekernya satu ya yang pedes!”             “Siap Mama Balqis,”             Tita duduk di kursi plastik sambil menatap si Ibu penjual yang dengan semangat menyiapkan pesanannya. Ia tersenyum kecil melirik suaminya yang sedang mengobrol di telpon, suaminya yang tampan dan selalu mencintainya. Betapa beruntungnya Tita memiliki Angkasa yang sudah menjadi pendamping hidupnya selama 6 tahun.             Perhatian Tita teralihkan ketika ia mendengar suara klakson nyaring yang tak jauh dari tempatnya. Pandangannya melesat kepada anak kecil yang tengah menyebrang menggunakan sepeda. Panik, tanpa sadar Tita berlari ke arah anak tersebut yang shock dengan mobil truk kecepatan tinggi. TIIIIITTTTT!! BRUK!             “Innalilahi Mama Balqis!” teriak Ibu penjual seblak. ...               Sementara di sisi lain,             “Saya masih di sekolah anak, sekitar satu jam lagi Insya Allah saya sampai di gedung pertemuan. Semua dokumen sudah saya siapkan di atas meja kerja disampul map biru dan kamu bisa ambil. Baik akan saya usahakan datang lebih cepat, Assalamualaikum.” Tutup Angkasa dan menyimpan HPnya di dashboard mobil.             Angkasa menatap keluar jendela, menatap kerumunan yang baru saja ia sadari. Ia lalu melihat jam di tangannya, mengapa istrinya begitu lama?             Merasa khawatir, Angkasa turun dari mobil dan berniat menyusul Tita. Namun entah mengapa hatinya terasa penasaran pada orang-orang yang berkumpul di dekat gerobak seblak. Ia pun mendekati salah satu pria yang menggunakan jaket ojek online yang berdiri paling belakang.             “Ada apa, Pak?”             “Ada yang ketabrak nih Mas,”             “Innalilahi, sudah panggil ambulans?”             “Wah saya kurang tahu juga, ini saya juga baru banget di sini soalnya jadi macet jalanan!”             Angkasa melihat sekelilingnya yang memang kini menjadi rusuh, beberapa klakson terdengar nyaring dan sebagian warga mengkoordinir jalan agar tidak terlalu menganggu pengguna jalan.             “Ya Allah, Mama Balqis!”             Angkasa tersentak mendengar suara isakan dari salah satu kerumunan. Ia pun mencoba memasuki kerumunan mengikuti instingnya yang entah mengapa sangat gelisah. Begitu sampai di posisi paling depan, Angkasa luar biasa terkejut menatap tubuh yang berbaring tidak berdaya dengan darah di sekujur tubuhnya.             “TITA???”  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bastard My Ex Husband

read
382.9K
bc

T E A R S

read
312.4K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
256.4K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.2K
bc

Papah Mertua

read
526.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook