bc

Crush on You

book_age18+
536
FOLLOW
2.7K
READ
family
drama
tragedy
comedy
sweet
bxg
campus
office/work place
regency
small town
like
intro-logo
Blurb

Gendis (nama panggilannya) nama aslinya Saras Ayu Putri, gadis yang baru masuk dunia perkuliahan. Dia yang lugu, jahil juga murah senyum. Pembuat onar dan seenaknya, sayang kedua orang tuanya. Dia anak sulung dari dua bersaudara.

Rajendra Haryo Dananjaya (Alexander Edison Maverick) pemuda keturuan Indonesia-Yunani, dengan darah Jawa dari sang Kakek yang memberikan nama dari beberapa tokoh pewayangan. Mahasiswa semester tua yang menjabat di sisa tahun menjadi Ketua Mahasiswa.

Mereka dipertemukan karena takdir yang kembali terulang

.

.

.

Gimana kisah mereka?

Check this out :)

Cover: edited by Adobe Illustrator

chap-preview
Free preview
Bab 1
Pagi ini matahari sudah semakin tinggi di ufuk timur jeritan ayam jantan sudah sedari tadi terdengar. Bersamaan dengan gedoran di pintu kamar seorang gadis yang masih asyik bergelung dengan nikmatnya mimpi. Hanya desahan malas juga erangan penolakan terdengar. "Gendis, buruan bangun udah jam delapan. Kamu ada ospek kan katanya kemarin" Teriak emak dari luar pintu kamar “GENDIS!!” Gedoran pintu terus terdengar, awalnya memang ketukan biasa tapi karena si empunya kamar tidak menyahut akhirnya berubah menjadi gedoran bak penagih hutang. Tapi gadis yang di teriaki hanya bergeming dan semakin bergelung di antara selimutnya. Dan semakin gencar gedoran tangan emak di pintu kamarnya "Iye Mak" Gerutuan terdengar dari si gadis yang menggerang malas "Buruan bangun, gue panggilin Bapak lu kalau gak bangun juga" Ancam emaknya "Iye Mak, lima menit lagi" Jawabnya sambil menggeliatkan tubuhnya "Gak usah kumpul nyawa segala buruan bangun. Telat ntar elu" Teriak emaknya lagi "Iye Emakku" Jawabnya sambil beranjak duduk namun masih menutup matanya "Buruan Emak tunggu. Awas lu tidur lagi" Ancam Emak lagi "Hm" gumam Gendis sambil menggeliat malas --- "Sial!? Telat nih. Duh Emak telat bangunin nih" Gerutunya sambil melihat jam yang ada di pergelangan tangan Kakinya juga terus berlari berpacu dengan waktu yang semakin menuju siang. "Huwaa udah jam setengah sembilan lagi" Gumamnya sambil terus berlari berburu Tak mengindahkan beberapa kerikil yang hampir membuatnya tersandung. Bahkan parit kecit hampir membuatnya terperosok Kakinya terus berlari menerjang apa saja di depannya. Hingga sampai di lapangan yang sudah mulai ramai dan sudah di mulai dengan upacara penyambutan Kepalanya celingak-celinguk menoleh ke kanan dan ke kiri mencari kelompoknya. Gendis sedikit lompat untuk melihat ke depan. Tapi nihil "Duh mana nih kelompok gue" Tanyanya lirih Pergerakannya menarik perhatian seorang pemuda yang tengah berpatroli mengawasi dari belakang. Dahinya mengkerut seolah bertanya "Ngapain tuh anak celingukan?!" gumamnya bertanya Karena penasaran ini kemudian menghampirinya. Berjalan mendekati "Ngapain lu masih di sini?" Tanyanya yang sudah berdiri di belakang tubuhnya "Ha? Eh loh em apa ya? " Tanyanya dengan wajah kebingungan Sang pemuda yang melihatnya tersenyum tipis melihat tingkah lucu gadis di depannya. Apalagi wajah imut dan polosnya. "Ngapain lo masih berdiri di sini?! Cepat masuk ke barisan sekarang " Ucapnya dengan nada tegas dan perintah menutupi kekagumannya sesaat "Aduh kak maaf saya gak tau kelompok saya mana? " Ucap perempuan tersebut kebingungan Laki-laki tersebut menaikkan alisnya mendengar jawaban gadis di depannya. Matanya menatap tajam perempuan muda yang menatapnya dengan tatapan lugu. Sebisa mungkin ia menahan kedutan di ujung bibirnya untuk tidak tersenyum terpesona dengan gadis mungil di hadapannya. "Kamu gak tau kelompok mu dimana?" Tanyanya setelah menatap heran perempuan di hadapannya cukup lama "Iya Kak maaf tadi saya telat dan sepertinya ketinggalan" Sesal perempuan tersebut dengan kepala menunduk Tiba-tiba sebuah ide muncul di otak laki-laki tersebut. Bibirnya menyeringai. Segera tangannya menarik lengan gadis di hadapannya. "Eh kak loh aku mau di bawa kemana nih?" Tanyanya heran bahkan ia tersaruk mengikuti langkah laki-laki yang menariknya Pasrah --- Siang semakin terik udara terasa panas, bahkan angin yang berhembus terasa panas sedangkan keringat membanjiri tubuhnya. Es teh yang tadi di belinya juga tinggal es batu di bawah gelas plastiknya. "Mana masih haus lagi, uuhh!!?" Keluhannya sambil menggoyang-goyangkan gelas plastiknya yang kosong hingga bunyi es batu yang bertubrukkan terdengar "Udah sih sana beli aja lagi Dis, apa kamu mau jus alpukat punya aku? " Tawar Andin, teman yang baru ia kenal dan satu kelompok dengannya "Gak usah deh An, biar nunggu cair aja nih esnya." Ucap Gendis "Nih gue beliin lagi Ndis, sekalian tadi" Ucap Bita, kawan barunya yang juga masih satu kelompok dengannya Bita baru saja bergabung ke meja yang di duduki Gendis dan Andin, setelah ia memesan makanan tadi "Wah makasih ya Bit, tau aja lu yang seger gini" Ujar riang Gendis sambil menerima segelas plastik es teh dari nampan yang di bawa Bita "Sip dah. Eh Ndis lu tadi keren loh mana jadi terkenal lagi habis itu" Ucap Bita yang duduk di depan Gendis "Dih gak usah di ingetin napa Bita, gue udah mulai nglupain tau" Ujar Gendis kesal bersamaan dengan dia yang menyedot es "Oh iya bener, keren kamu Dis bisa langsung kenal sama ketua BEM kita" Tambah Andin Beberapa jam yang lalu Gendis di paksa maju ke depan oleh sang pemuda. Di tariknya tangan Gendis hingga ia berdiri di depan semua mahasiswa dan dengan polosnya Gendis bertanya "Kak ini kelompok ku ya?" Ucap Gendis yang bingung "Diem dulu kalau belum di suruh ngomong. Diem dulu" Ujarnya tegas dengan nada sedikit membentak Gendis "Eh iya iya kak " Ucap Gendis dengan raut wajah kesal dan menyembunyikannya dengan menundukkan kepala Di pikiran si pemuda tersirat sebuah ide untuk memberi hukuman ke gadis polos yang di tariknya tadi. Senyum miring terlihat samar "Bagi kelompoknya yang kehilangan salah satu anggotanya, pendamping kelompok silakan maju ke depan" Ucapnya lantang membuat atensi mereka yang mulanya ribut jadi terdiam dan fokus pada orang yang berbicara di depan Tidak lama seorang laki-laki dengan kaos berwarna merah dan tanda pengenal di lehernya berjalan mendekati Gendis dan si pemuda. "Benar ini anggota kelompok mu? " Tanyanya dengan tegas "Benar Bang, dia anggota kelompok yang saya dampingi" Jawabnya "Oke, kamu boleh kembali ke belakang” ujarnya “Dan kamu inget tuh pendamping kelompok mu" tambahnya sambil menunjuk Gendis Di balas anggukkan kecil oleh Gendis, ia tidak berani mengangkat kepalanya karena malu tentu saja. "Sekarang kamu, saya suruh nyanyi hymne mahasiswa sebagai hukuman karena lo telat. Ini buat semuanya jika kalian ada yang telat siapa pun entah panitia atau peserta akan kena hukuman" Ucap sang pemuda yang menyuruh Gendis "Baik Kak" jawab semua serentak berikut Gendis "Eh kak kok... " baru saja Gendis akan protes "Mau protes?" Tanya si pemuda yang meliriknya "Oh enggak kak. Oke aku nyanyi ya sekarang kan?" "Gak, nunggu lebaran aja. Yah sekarang, eh bentar dulu" Si pemuda mengkode temannya yang sedang memberi arahan dengan mic "Bas, pinjam bentar. Ada yang mau nyanyi" ucapnya Sang pemuda itu menyodorkan mic ke Gendis “Nih pegang mic nya lo nyanyi sekarang biar semua kedengeran” ucap sang pemuda “Iya kak iya” Ucap Gendis yang pasrah menurut perintah nya Gendis bernyanyi di hadapan semua mahasiswa yang berkumpul di lapangan. Beberapa ada yang menertawakan ada juga yang ikut bernyanyi. Sedangkan si pemuda hanya tersenyum tipis tapi, dalam hatinya tengah mengagumi gadis yang ada di depannya. Hingga tidak sadar jika gadis tersebut selesai bernyanyi dan gemuruh tepuk tangan terdengar saat Gendis selesai bernyanyi. Suara Gendis ternyata cukup merdu. “Kak sudah” Ucap Gendis yang menyodorkan kembali mic yang ia pegang ke arah sang pemuda “Bagus juga suara lo” Ucap sang pemuda tanpa sadar menyuarakan isi hatinya kepada Gendis dan bodohnya mic yang di sodorkan Gendis masih menyala, otomatis ucapan pemuda tersebut di dengar oleh semua “Apa kak? Aku gak kedengeran kakak ngomong apa” Ucap Gendis yang tidak mendengar apa yang di katakan sang pemuda barusan karena sudah kepalang malu, juga ia tidak fokus seolah di sekitarnya tidak terlihat “Hah lupakan bukan apa-apa” ucapnya gagap, apalagi hampir semua yang berkumpul di lapangan mendengarnya kecuali Gendis. Sial!! “Oh, ya sudah” ucap Gendis sambil mengangguk Jika Gendis mengingat kembali kejadian tadi pagi sungguh membuatnya malu, baik Andin maupun Bita saling berpandangan saat tau Gendis berekspresi aneh. “Dih, mikiran apaan sih Ndis?” sentak Bita yang menggeplak bahu Gendis “Eh Oh, aduh” pekik Gendis kaget sekaligus merasa sakit “Eh sakit Ndis? Duh padahal pelan gue tadi” sesal Bita “Udah gak apa sih. Ada apaan?” tanya Gendis yang kembali menyedot es tehnya “Lu tuh lagi mikirn apaan sih? Wajah lu gak enak” ucap Bita “Gak ada” jawab Gendis singkat “Eh balik ke kelas yuk, udah jamnya nih” ucap Gendis mengalihkan tapi, memang benar jika sudah pukul satu siang saatnya kembali . . .

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.7K
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
399.9K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.7K
bc

Rujuk

read
909.0K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama (Indonesia)

read
450.8K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook