bc

TOUCH ME NOW

book_age18+
879
FOLLOW
5.7K
READ
age gap
second chance
independent
single mother
drama
bxg
love at the first sight
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Lima tahun menjanda, Lilianne hanya fokus pada pekerjaan dan anak semata wayangnya, Olivia. Baginya kehidupan yang dia jalani sudah sempurna, Lilianne tidak membutuhkan sosok pria baik untuknya atau untuk anaknya.

Hingga suatu ketidaksengajaan membuat Lilianne menghabiskan malam dengan seorang Pria bernama Valentino. Lilianne yang tidak ingin terlibat dengan hubungan serius, menganggap jika itu hanya petualangan sesaat saja.

Tapi pesona Valentino tidak dapat di tolak, pria itu membuat Lilianne kembali merasakan gejolak muda yang sudah dia lupakan.

Akankah Lilianne membuka hatinya untuk pria yang lebih muda itu?

chap-preview
Free preview
Lilianne 'Lil' Quinn
Aku mengulas lipstik tipis berwarna matte peach ke bibirku dan menambahkan sedikit lip gloss. Aku menatap ke cermin memastikan make-upku rapih kemudian menyisir asal rambut sebahuku. Aku berjalan membuka lemari mengambil rok selutut berwarna krem dan mengambil blouse coklat tua dan mengenakannya. Aku menyemprotkan parfum ke sekitar tengkuk dan bahuku, tidak lupa sedikit di pergelangan tangan. Aku menyiapkan tas kerjaku dan keluar kamar. Senyumku terurai melihat seorang gadis kecil sedang sibuk memakan rotinya sambil sesekali menyesap s**u. Aku menghampiri wanita paruh baya yang sedang menyiapkan sarapanku. "Pagi Mam.." aku mengecup pelan pipi ibuku, Marlia. "Pagi sayang..." Aku menghampiri anak gadisku, Olivia yang biasa kupanggil Liv dan mengecup puncak kepalanya. "Pagi Mommy.." "Pagi sayang. Kenapa ga makan nasi goreng buatan oma Lia?" "Aku mau nasi gorengnya buat bekel aja. Jadi aku makan roti." Jawabnya. Aku mengangguk kecil lalu menyantap sarapanku. Seperti inilah ruinitasku dipagi hari. Aku hanya tinggal dengan ibu dan anakku satu-satunya. Aku berasal dari Surabaya, umurku 35 tahun. Aku anak tunggal. Ayahku meninggal saat aku berusia 22tahun tepat setelah aku lulus kuliah. Setelah aku mendapatkan pekerjaan aku mengajak ibuku pindah ke Semarang. Aku mendapat pekerjaan di pabrik dan disana aku bertemu Thomas, ayah Liv yang saat itu bekerja sebagai atasanku. Kami menjalin hubungan selama 3 tahun dan aku hamil lalu kami menikah. Tapi ternyata keluarga Thomas tidak menyetujui hubungan kami dan mengancam akan mencoret namanya dari warisan keluarganya jika tidak berpisah denganku. Akhirnya kami bercerai saat usia Liv 2 tahun karena Thomas tidak sanggup menghadapi tekanan keluarganya. Dan aku menyerah terus berharap bahwa pria itu akan memperjuangkan aku dan Liv. Dia lebih memilih warisan keluarganya daripada kami. Setahun setelah berpisah aku dengar Thomas kembali menikah dan dia sama sekali tidak peduli padaku dan anaknya. Aku tidak mau ambil pusing dan ibuku meminta agar kami pindah dari kota itu. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Aku bekerja di perusahaan minuman kemasan di bagian HRD selama 8 tahun belakangan ini. Saat pindah kami mengontrak rumah kecil di pinggiran Jakarta. Setelah gajiku lumayan aku membeli apartemen dengan tabunganku dan sisa peninggalan warisan Ayah. Liv sudah berusia 10 tahun dan sekolah kelas 3 SD. Sekolahnya tidak jauh dari apartemen kami sehingga ibuku tidak repot saat harus menjemputnya. Aku menyicil mobil kecil untuk transportasi setelah 5 tahun aku menggunakan bus dan ojol. Lagipula memudahkanku saat weekend pergi mengajak Liv dan Mama ke mall dan belanja mingguan yang selalu rutin kami lakukan. Setelah selesai sarapan aku dan Liv berangkat. Arah sekolahnya memutar sedikit dari arah kantorku tapi untung tidak macet. Aku melajukan mobilku setelah menurunkan putri kecilku disekolahnya. Liv tidak pernah bertanya tentang Papanya dan aku juga tidak ingin bercerita tentang Thomas sedikitpun. Cukup baginya aku dan Mama yang menyayanginya. Aku tidak terpikir untuk menikah lagi karena itu bukan fokusku. Walau kedua sahabat karibku di kantor, Pamela 42 tahun, seorang ibu dengan 2 anak dan Keira 34 tahun, wanita tangguh petualang cinta yang belum terpikir untuk menikah, sering menyarankan untuk membuka kesempatan bagi pria-pria yang mendekatiku seperti Ryan, manager Finance, duda anak 3 atau pak Paul, sang perjaka tua usia 52 tahun. Bahkan Keira sering mengenalkan teman-teman klubnya padaku tapi aku tidak pernah menanggapi. Walau tidak pernah bercinta dengan siapapun sejak berpisah dengan Thomas tapi aku bukan wanita haus seks. Dikepalaku hanya fokus membesarkan Olivia dengan baik dan membahagiakan mama di usia tuanya. Tidak butuh waktu lama hanya 1 jam 10 menit aku sampai di kantor. Aku dan kedua sahabatku beda devisi. Tapi entah mengapa kami bisa akrab. Pertama kali kami bertemu saat kami terjebak di dalam lift. Saat itu aku bekerja di lantai 10 dan mereka berdua dilantai 8. Gedung tempatku bekerja tidak tinggi dan entah kenapa hari itu lift terhenti di lantai 5. Keira yang phobia tempat gelap berteriak histeris membuat Pamela yang tengah hamil 7 bulan berubah panik dan aku kerepotan menenangkan kedua wanita itu. Sejak kejadian itu aku sering makan siang bareng mereka dan kami menjadi dekat. Terkadang kami jalan bareng mengajak anakku dan anak Pamela. Keira terlihat enjoy bahkan membantu mengurus anak Pamela yang kecil. Keira bilang dia belum tertarik menikah tapi dia senang anak-anak. Posisiku di HRD 1 tingkat di bawah manager. Aku menyeleksi karyawan baru dan karyawan tetap. Seperti biasa pagi ini setumpuk berkas sudah ada di atas meja kerjaku. Asistenku Sari membawakan kopi s**u kesukaanku. "Thankyou Sar.." "Sama-sama bu Lian" dia tersenyum lalu menghilang di balik pintu. Aku menghela napas mendengar panggilan nama yang tidak bisa aku hindari. Bu Lian.. Memang Lil itu hanya panggilan orang-orang terdekatku. Kalau orang kantor pasti memanggilku Bu Lian. Kadang nama itu menjadi bahan olokan kedua sahabatku tapi mau bagaimana itu namaku. Aku mengambil tumpukan daftar pelamar pekerjaan hari ini. Posisi marketing staff dan PR staff kosong. Aku harus menyeleksi 5 orang untuk marketing dan 3 orang untuk PR. Ada 27 orang yang melamar dibagian tersebut yang sudah lolos 2 tahap seleksi pertama dan hari ini aku akan mewawancara mereka satu per satu. Keira bekerja dibagian PR hari ini akan membantu mewawancara mereka. Ting!! ✉️Keira Lil. Gw naik nih. Ketemu di ruang meeting aja ya.. Aku membalas dan bergegas berjalan keruangan meeting di lantaiku. Aku melihat sudah ada beberapa orang menunggu disana. Wawancara ini aku bagi 3 sesi. Jam 9, jam 11 dan jam 13.30. "Brondongsnya banyak.." Keira berbisik sambil mengerling jahil padaku saat melihat lebih banyak pelamar pria dari pada wanita. Aku hanya menggeleng. Keira memang tidak lihat umur saat berpacaran dengan pria. Dari yang tua hingga bocah mahasiswa pun di sikat. Entah sudah berapa panjang deretan mantannya. Kami mulai sesi wawancara hingga jam makan siang. Seperti biasa kami bertiga makan siang bersama di kantin kantor. Aku menolak makan diluar karena masih ada 1 sesi wawancara lagi. "Gimana ada yang menarik ga Lil?" Tanya Pamela. "Ada!" Keira langsung memotong. Aku hanya tersenyum tipis melihat kelakuannya. "Yang lulusan Atma loh Lil! Bodynya wow.. oke banget! Pasti kuat..." dia melirik genit ke arah kami berdua. Pamela terbahak sedangkan aku hanya menggeleng. "Penampilannya oke buat marketing keless.. apa coba kuat.. kuat..." aku menjawab. "Lagian lo tuh ya udah berapa lama nganggur tuh lembah kramat? Gatel banget liat brondong.." Pamela menyahut. Keira hanya mendengus kesal. Tapi tak urung akhirnya ikut tertawa bersama kami. "Lil udah baca yang buat nanti jam dua? Ada yang namanya Valentino Rossi loh..." "Seriusan lo..." Pamela menegakkan tubuhnya. Maklum, dia penggemar fanatik pembalap bernomor 46 itu. Keira tertawa. "Kagak. Cuma namanya aja Valentino." Sahutku. "Orangnya kurus n rambutnya kriting juga gak ya..." Keira menerawang. "Hus ah.. udah yuk.." kami beranjak ke arah lift. Lalu menunggu sambil ngobrol. Lift penuh saat jam istirahat selesai. Banyak orang juga yang makan keluar kantor rupanya. Kami sedikit berdesakan saat masuk lift dan aku terhimpit di antara Pamela dan pria didepanku. Keira memberi kode mengipas wajahnya yang bisa aku artikan bahwa pria didepanku 'hot' menurut wanita itu. Aku dan Pamela kompak menggeleng tapi aku tidak berani menatapnya, aku mengutak-atik ponselku dan tanpa sengaja melihat ujung sepatu pantovel dan setelan jas berwarna abu-abu. Sepatu mahal menurut analisaku, bahan jasnya pun tidak terlihat murahan. Ah, sejak kapan aku jadi perhatiin pakaian orang? Pamela turun dilantai 8, aku dan Keira turun di lantai 10 dengan beberapa orang lainnya. Kami kembali ke ruang meeting untuk kembali wawancara. Tidak terasa sudah 2 jam kami mewawancara 8 orang. Tinggal 2 orang lagi. Dan nama yang kami bicarakan tadi di panggil oleh Keira. Aku tidak memperhatikan saat pintu terbuka karena mengisi catatan tentang orang sebelumnya sampai Keira menyenggol lenganku dan reflek aku mendongak. "Selamat siang. Saya Valentino Edward.." *****************TBC****************** Hai, cerita baruku nih.. Aku ketik cerita ini tanpa pikir panjang, selingan untuk cerita panjangku yang lain. Apa ada yang nungguin? ;p

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook