bc

The Shadow of You

book_age16+
10
FOLLOW
1K
READ
billionaire
revenge
fated
self-improved
confident
gangster
drama
bxg
city
slice of life
like
intro-logo
Blurb

Hans, seorang anak konglomerat yang memberontak dan ingin mengejar impiannya sebagai seorang pianis. Di tengah pemberontakannya, dia bertemu dengan perempuan misterius yang miskin bernama Erin. Ternyata, Erin memiliki sebuah rahasia yang tak terduga.

chap-preview
Free preview
Prolog
Napasnya memburu.... Waktu tak bisa menunggu siapapun.  Rinai hujan terdengar deras di luar sana. Hujan telah bertransformasi menjadi mahluk hidup yang menjadi saksi atas takdir hidup mereka. Hujan akan menyimpan semua memori dan akan terus mengulang kenangan itu sewaktu mereka datang kembali.   Bisa dikatakan, “hujan” adalah sesuatu yang jahat untuk manusia yang tak bisa lepas dari “memori”. Kini, hanyalah dua orang di dalam sebuah ruangan. Tak ada seorang pun yang bergerak, seolah ada yang mengikat mereka di atas tanah. Meski dengan penglihatan seadanya, mereka bisa melihat jelas barang-barang tergeletak berantakan di lantai; mulai dari pakaian, bantal, lukisan, sampai perabotan yang pecah dan rusak.  Ruangan itu mulai diselimuti asap tebal. Api yang bersumber dari minyak yang tumpah mulai menjalar ke ruangan mereka berada.  Panggilah salah satu dari mereka si Penarik. Seluruh tubuhnya berkeringat karena panasnya udara dan keringat dingin. Mulut pistol dibidik tepat pada jantung lawan—seorang Bapak. Jantungnya berdesir cepat. Berkali-kali dia menelah ludah, rasanya masih terlalu haus—bahkan semakin haus. Berkali-kali pula dia hendak menarik pelatuk, tetapi dia tidak melakukannya seolah ada sesuatu yang menahan jari telunjuknya.  Dia tidak ingin lari, tetapi dia takut mati. Tubuh Si Penarik mendadak gentar. Dia menyaksikan Bapak yang di hadapannya tidak berbuat apa-apa, bahkan tak ada satu pun kata yang keluar dari bibirnya. Bapak itu menanggapi semuanya seolah beliau sudah menaklukan ketakutan dan ikhlas terhadap keputusan Si Penarik. Bapak itu tersenyum dan berkata kepadanya, “lakukanlah, Nak.” Kenapa? Kenapa Bapak memintaku? Kenapa Bapak tersenyum seperti itu?! Mata Si Penarik menangkap kaca yang berdiri tegak di dinding. Inilah yang paling dia benci; melihat pantulan cermin. Pantulan matanya memancarkan keinginan disertai keraguan, tangan yang terkepal kuat tetapi bergetar, tubuh yang kurus berkulit pucat dibalut jaket usang, dan satu pantulan diri yang paling dia benci: ekspresi ketakutannya. Ketakutan tak hanya tertoreh di wajah, tetapi memancar bagai aura tubuh yang menyelubungi dirinya. Ketakutan sedang mencekik lehernya perlahan.  Kenapa aku...kenapa aku mau melakukan semua ini?! Tangannya gemetar.  Aku...tidak mau. Dahinya bercucuran keringat. Aku benci...Aku benci semua ini! Si Penarik pada akhirnya melepaskan satu tembakan.  Semuanya hanya sedetik. Suara peluru telah bergema keras di segala penjuru sudut ruangan. Gemuruh hujan terdengar kecewa, tetapi hujan tidak akan bubar begitu saja. Karena hujan tahu, ada akan pertunjukan paling menarik disana.  Tak sedetik pun keduanya menutup mata. Tak ada yang berani bertindak disana, tidak ada yang tahu apa isi kepala lawan mereka. Yang ada, mereka saling tatap di bawah atap keraguan.   Tubuh Si Penarik pelatuk merosot ke tanah. Pistol dalam genggamannya melonggar. Napasnya mulai sesak hingga telinganya tak dapat mendengar apapun. Matanya berani menatap hasil tembakannya barusan. Remah-remah ketakutannya telah pecah di atas tanah. Ya, cermin yang memberi bayangan dirinya telah musnah. Dia tidak akan melihat ketakutannya lagi. Sementara, Bapak hanya menatapnya penuh tanda tanya.  “Apakah ada orang di dalam!?”  Orang di luar pintu memanggil kesadaran mereka kembali. Kepala Si Penarik mendadak pusing. Dia bingung, para pemadam kebakaran itu akan menemukannya. Dia akan menjadi tersangka percobaan pembunuhan. Kemudian, dia menatap Bapak yang di hadapannya yang sudah menyadari keadaan ini. Bapak itu mendekatinya. Beliau tersenyum lembut dan ikhlas. Bahkan, tangan yang mulai mengerut di makan usia mengenggam tangan Si Penarik yang masih terasa dingin dan gemetar. “Hidup yang sebenarnya baru akan mulai setelah kau keluar dari ruangan ini,” kata Bapak itu. Si Penarik menggeleng keras seolah dia ingin memutuskan kepalanya. Dia ingin menangis. “A-aku tidak bisa. A-aku takut.” “Tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja.” Suara bapak merendah, menenangkan jiwa si Penarik. Tangan bapak itu mengelus kepala si Penarik perlahan.  “La-lalu, bagaimana dengan Bapak?” Suara lirih si Penarik sedikit tercekat. “Bapak akan baik-baik saja. Sebelumnya, Bapak ingin bilang terima kasih padamu atas permintaanku yang terlalu egois.” Tangan Bapak melepaskan genggaman si Penarik. “Kau adalah orang terhebat yang pernah kutemui. Aku yakin kau bisa mengambil keputusan sendiri. Kau tahu, aku sangat bahagia bisa melihatmu setelah sepuluh tahun lebih tak berjumpa.” “TIDAK,” isak si Penarik mengenggam erat lengan Bapak itu. “Lebih baik...kita pergi sama-sama. Ya… Ayo! Kita pergi bersama-sama.”  Bapak tersebut membantunya berdiri, kemudian menuntunnya berjalan mundur. Senyum bapak itu tidak luntur. Senyum yang dikenalnya hangat mulai mendingin. Sebelumnya, bapak itu mengumamkan sebuah kata, yang nyaris tak terdengar oleh Si Penarik. “Jangan berhenti disini. Kau harus terus berlari…” Tanpa disadari, pistol telah beralih tangan. Bapak itu mendorongnya dengan sekuat tenaga dari ketinggian, membiarkan tubuh lemah Si Penarik terjatuh dari lantai dua. Air mata Si Penarik terjatuh mendengar suara tembakan dari dalam sana.... DOR! Senyum kebaikan Bapak tadi adalah hal terakhir yang diingatnya sebelum tubuhnya menyentuh permukaan air yang cukup dalam. Bapak!  ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook