bc

Me and Mr. Robot

book_age18+
82
FOLLOW
1K
READ
confident
drama
comedy
sweet
female lead
city
enimies to lovers
office lady
passionate
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Sally adalah perempuan yang sangat membenci robot lantaran menyalahkan robot sebagai penyebab kematian ibunya. Namun, ketika ayahnya sakit dan harus beristirahat dari bekerja selama dua tahun, ayahnya justru menunjuk robot bernama Nicky untuk menjadi pengganti sementara sebagai CEO di Star Track Group. Sally yang menjadi makin kesal, dan bertekad untuk mencari kesalahan Nicky agar ayahnya memberhentikannya sebagai CEO. Alih-alih berhasil, perlahan-perlahan cinta tumbuh di dalam hati Sally.

Di saat yang sama, Sally mengetahui kalau tujuan ayahnya menunjuk Nicky sebenarnya untuk membongkar kasus korupsi yang terjadi di dalam perusahaan. Setelah mengetahui hal itu, Sally berniat mencari pelakunya. Bersama Nicky dan Beth memulai penyelidikan itu.

Bagaimana akhir kisah cinta antara robot dan manusia itu? Siapakah yang melakukan korupsi di dalam perusahaan? Temukan jawabannya dalam “Me and Mr. Robot”.

chap-preview
Free preview
1
Pada tahun 3075, teknologi sudah sangat maju. Kehidupan manusia kian dimudahkan dengan berbagai temuan. Di antara semua temuan, robot merupakan teknologi yang paling diandalkan. Hampir semua aktivitas menggunakan robot, terutama pada pekerjaan yang berisiko tinggi. Namun, tidak ada yang menggunakan robot untuk memimpin suatu instansi, juga kelompok. Manusia tetap mengambil kendali perintah dalam semua hal. Ketergantungan pada robot terjadi di seluruh dunia, demikan pula di Australia. Namun, ada satu orang yang membenci robot. Dia adalah Sally Morgan, yang menyalahkan robot atas kematian ibundanya. Tujuh tahun lalu, kendaraan yang disupiri robot mengalami kecelakaaan tragis. Ibunda Sally terluka parah, dan akhirnya tak dapat diselamatkan. Sejak itu, ia tidak pernah menggunakan robot—setidaknya untuk keperluan pribadi. Lain halnya dengan ayahnya—Howard Morgan—yang menganggap kecelakaan tersebut sudah takdir. Ia tetap menggunakan robot untuk melakukan pekerjaan berbahaya pada perusahaan tambangnya. Mereka memiliki perlakuan berbeda pada robot, tetapi suatu kejadian mengubah semuanya ….   *** Sidney, Rumah Sakit Health Center. Perempuan berambut hitam sebahu, memandang nanar laki-laki senja di hadapannya. Wajahnya yang cantik, tampak resah. Matanya yang lebar melengkung turun, serupa bahunya yang terkulai. Untuk kesekian kalinya ia menghela napas, memandang pria senja yang berada di kursi pesakitan. “Ayah, sudah kukatakan agar berhati-hati ketika di toilet.” Perempuan itu, menghela napas sekali lagi. “Lihatlah, akhirnya Ayah harus berada di sini gara-gara terpeleset di kamar mandi.” Mendengar itu, si pria senja tergelak. “Hahahaha! Sally, kalau aku tidak terjatuh, mungkin hari ini tidak bisa bertemu Dokter Jean yang seksi.” “Uuuh … ingat usia Ayah sudah tidak muda lagi. Masih saja senang perempuan seksi. Mudah sekali Ayah melupakan ibu,” ucap perempuan bernama Sally, masam. “Ibumu selalu nomor satu, tetapi aku masih mencari yang nomor dua,” gurau Howard. Sally tahu jika ayahnya tidak berkata sungguh-sungguh, dan sangat mencintai sang ibunda. Howard memang laki-laki yang humoris. Tak pernah sekalipun ia menampakkan perasaan sedih, kecuali saat sang ibunda meninggal. Namun, sifat humoris Howard kerap kali membuat pikirannya sulit diterka. Segala masalah di dalam perusahaan yang ia pimpin selalu berhasil ditutupi dari orang lain. Beruntung, ia memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, sehingga StarTrack Group mampu memuncaki daftar perusahaan terbesar di Australia. Sementara itu Sally yang mencintai sang ayah, masih terbilang awam mengatasi segala masalah-masalah StarTrack. Meskipun ia kini menjabat sebagai Direktur Keuangan, tetapi kurang peka terhadap kejadian di luar divisi-nya. Namun, ia selalu memusatkan perhatiannya demi membahagiakan orang tua satu-satunya. Seperti sekarang, tatkala mengantar Howard ke rumah sakit. “Pasien bernomor sembilan belas, silakan masuk ke ruang pemeriksaan.” Suster rumah sakit berseru. Sally menoleh. “Ayo, Ayah.” Ia menekan tombol hologram pada kursi pesakitan, membuatnya melayang masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Setibanya di dalam, seorang perempuan cantik tersenyum ramah. “Selamat pagi. Sakit apa Mr. Morgan?” “Ah, Dokter Jean! Rasanya badanku langsung segar ketika bertemu Dokter yang cantik! Hahahaha!” Howard tergelak. C. Lana Jean pun tertawa kecil. “Mr. Morgan selalu saja senang bergurau. Ayo, mari kuperiksa.” Howard dibaringkan di atas ranjang periksa. “Aku sungguh-sungguh, Dok.” “Ya, ya … kita lihat bagaimana hasil pemeriksaannya nanti,” tukas Dokter Jean, sembari menekan tombol hologram, yang memicu sinar hologram bergerak menyelisik seluruh tubuh Howard. Ia mengamati layar hologram di hadapannya, lalu menghela napas. “Kenapa ayah, Dok?” tanya Sally, cemas. “Mr. Morgan mengalami cedera serius pada tulang ekornya. Mengingat usia Mr. Morgan yang sudah enam pu—” “Tujuh belas tahun, Dok!” sergah Howard, tertawa. “Ayah! Berhentilah bercanda!” Sally mengalihkan pandangan pada Dokter Jean. “Yang betul lima puluh tiga tahun, Dok.” “Maaf, maaf. Jadi begini, Mr. Morgan harus beristirahat bekerja selama dua tahun, untuk memulihkan kondi—” “Apa?!” Howard berseru. Selama beberapa saat ia mencerna pikiran, sembari tertunduk lesu. “Aku bisa mati bosan di rumah. Lalu bagaimana dengan StarTrack?” ucapnya lirih, lantas meminum air putih dari botol minum yang dibawa dari rumah. “Ayah, ini hanya dua tahun. Ayah tidak perlu khawatir soal StarTrack, aku akan menggantikan posisi Ayah untuk sementara. Beristirahatlah di rumah selama masa penyembuhan.” Howard tersedak mendengar kata-kata itu. “Ja-jangan!” Sally terkejut. “Ma-maksud Ayah?” “E-eem … maksudku, jangan tergesa-gesa memutuskan masalah ini.” “Ta-tapi—” “Maaf, Miss dan Mr. Morgan. Masalah ini sebaiknya dibahas di rumah. Kebetulan pasien lain menunggu,” sergah Dokter Jean. “Maaf, dok.” “Tidak apa-apa.” Jean mengetik pesan pada ponselnya. “Sudah aku kirimkan obat-obat yang harus dikonsumsi Mr. Morgan. Nanti obatnya akan dikirim ke rumah,” terangnya, tersenyum ramah. Sally pun memberi salam. “Terima kasih, Dok.” Kemudian bersama sang ayah keluar dari dalam ruangan. Kata-kata Howard tadi, mengusik pikiran Sally. Namun, sepulang dari rumah sakit, ia tidak menanyakannya, karena tak ingin mengganggu Howard. Ia memutuskan akan bertanya esok ketika sedang sarapan. *** Keesokan harinya, Howard dan Sally tengah menyantap sarapan di Ruang Makan. Hidangan kali ini tidak sebanyak biasanya, sebab menyesuaikan saran Dokter Jean untuk menjaga pola makan. “Maddy, berikan ayah air putih saja.” Sally menegur seorang perempuan gemuk, ketika hendak menuangkan sirup ke dalam gelas ayahnya. “Apakah sirup juga dilarang, Miss?” Sally mengangguk. “Sirup mengandung pengawet. Mengingat kondisi ayah sekarang, sebaiknya jangan diberikan.” Howard menghela napas panjang. “Sally, bahkan Dokter Jean tidak melarang, tapi kamu justru membuat peraturan lebih ketat daripada dokter Jean,” keluhnya. “Memang, tapi usia Ayah sudah tidak muda. Sakit-tidak sakit, tetap wajib menjaga pola makan.” Howard Morgan membisu, dan menampakkan raut kecewa. Selama beberapa saat keadaan menjadi sunyi. Sampai mereka usai menyantap hidangan, Sally menanyakan masalah yang sejak kemarin mengusiknya. “Ayah. Mengenai yang menggantikan Ayah sementara, apakah sudah diputuskan?” “Ehem ….” Howard mengusap bibirnya dengan waslap, seraya berpikir sejenak. “Sudah. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya kuputuskan untuk me—” Tiba-tiba bel rumah berbunyi, menginterupsi perbincangan mereka. Keduanya saling bertukar pandang, sebab tak biasanya ada yang bertamu di pagi hari seperti sekarang. “Siapa yang datang pagi-pagi seperti ini?!” gerutu Sally, berjalan ke pintu depan. Ketika pintu terbuka, seorang pria tampan tampak. Pria itu berwajah oval dan agak lonjong. Ia memiliki atribut wajah yang sempurna: sepasang alis tebal, mata lebar dengan beretina safir, hidung mancung pipih, serta bibir tipis. Jas hitam dan kemeja putih yang dikenakan, membungkus tubuhnya yang ideal. Meskipun tampan, tetapi ekspresi wajahnya datar. “Mencari siapa?” tanya Sally. Kedua ujung bibir laki-laki tersebut setengah terangkat. “Saya mengantar pesanan dari Agen Tokpret.” Howard yang mendengar itu, segera mendekat dengan kursi pesakitan. “Wah! Padahal aku memesan untuk siang nanti!” serunya, semringah. “Saya pikir lebih baik datang lebih awal, agar dapat mengenal pekerjaan yang akan saya kerjakan,” jawab laki-laki itu. “Pesanan? Pekerjaan apa?’ Sally terlihat bingung. Alih-alih dijawab Howard, laki-laki tersebut segera menjelaskan maksud kedatangannya. “Perkenalkan saya Nicky 07. Robot yang lahir tiga tahun lalu, di pabrik SAE ZangetZ. Mr. Morgan memesan saya untuk menggantikannya sebagai CEO, dan tinggal di sini selama dua tahun. Benar begitu, Sir?” tanyanya, melayangkan pandangan pada Howard Morgan. “Benar sekali!” Howard tersenyum lebar. “Inilah keputusanku, Sally. Kamu masih terlalu muda untuk memimpin StarTrack.” Sepasang mata Sally melebar. Ia tak percaya dengan penjelasan yang baru saja didengarnya. “Ja-jadi, bu-bukan aku yang meng-menggantikan Ayah? Dan penggantinya adalah robot?” Howard Morgan mengangguk repetitif. “Ya, ya, ya ….” “Ti-tidak … tidaaaaaaaaaak!!!!!!” ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
101.4K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook