bc

The Bad Boy Young Master

book_age0+
5.0K
FOLLOW
44.4K
READ
arrogant
badboy
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Meski sudah sembilan tahun tinggal di rumah yang sama. Naura masih tetap menyimpan rasa takut saat berada di dekat Ravel. Terlebih lelaki itu selalu menggodanya dan terkadang berlaku m***m. Bahkan disaat lelaki itu telah memiliki calon tunangan, ia masih saja kerap kali mengganggu Naura. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk menjauh dari Ravel.

Namun entah kenapa takdir mempermainkannya. Meski demikian, Ravel tidak pernah sekalipun untuk melakukan lebih terlebih melecehkan Naura.

"Jangan jauh-jauh dari kakak ya. Kakak ga bakalan main-main kalo kamu coba ngejauh" bisik Ravel pada Naura yang tengah damai dalam tidurnya.

chap-preview
Free preview
Prolog
Naura Despalia. Itulah nama anak kecil berusia sepuluh tahun yang kini baru saja menginjakkan kaki di kawasan perumahan elit bersama kakak perempuannya-Naila. Keduanya tengah berdiri di hadapan sebuah rumah mewah yang menjulang bagaikan istana di tengah perumahan para pesohor itu. Dari binar yang dipancarkan oleh kedua mata mereka, terlihat jelas bahwa mereka memandang takjub seperti baru pertama kali melihat sesuatu yang memukau. Padahal setiap hari mereka selalu melihat rumah yang juga bergaya royal. Akan tetapi mereka tidak menyangka bisa berkesempatan untuk tinggal di rumah seperti ini. Meskipun bagi Naila menjadi seperti apa mereka nanti disini, lantas gadis itu hanya menghela nafas setelah mengingat nasib ia dan adiknya di rumah megah ini. "Kak? Beneran ini rumah kita?" Tanya Naura, tanpa mengalihkan perhatiannya dari rumah tersebut. dengan polosnya sambil menatap tidak percaya pada rumah yang tengah berdiri dengan megah dihadapannya saat ini. Naila merapatkan bibir "Bukan. Ini rumah orang yang ditolong oleh Ayah sama Ibu" Setelah mengatakannya. Naila membawa barang bawaannya mendekati gerbang rumah tersebut setelah merasa puas menatap kemegahannya. Merasakan ada sesuatu yang tertinggal. Ia pun berbalik dan baru menyadari kalau adiknya masih berdiri dengan tatapan takjubnya. "Eh Naura! Bantu kakakmu ini! Itu bawain barang-barang yang di dekatmu itu" seru Naila dan berhasil membuat Naura tersadar dari kegiatannya. Kemudian barulah gadis itu bertindak untuk membantu sang kakak. "Iya deh iya" Naura berdecak lesu dan mengambil beberapa barangnya. Begitu di hadapan gerbang rumah, Naila menekan tombol yang berada di dinding gerbang dan tak lama mereka dihampiri oleh seorang Bapak satpam yang tengah berpatroli di depan gerbang rumah yang tengah berjaga. "Kalian siapa?" Tanya satpam berkumis tebal dan berbadan gempal itu anehnya bukannya bersikap ramah ia malah memandang sinis setelah melihat penampilan dua orang gadis yang tengah berdiri dibalik pagar besi berbahan perunggu itu. "Maaf pak! Kami tamu pemilik rumah, kami diminta buat tinggal disini!" Ujar Naila yang dengan percaya dirinya. Pak satpam melingkarkan tangan di d**a, ia nampak tidak percaya dengan perkataan gadis di hadapannya ini. "Jangan main-main nak, tuan besar tidak sembarangan menerima orang. Apalagi kamu yang seperti orang asing ini" katanya sarkastis. Naila tampak kesal dibuatnya kemudian dia mengambil ponsel bututnya dan tidak pikir panjang lagi ia langsung menghubungi seseorang. "Halo? Buk! Ini bu, Saya sudah sampai di depan rumah bapak, tapi ini ada bapak-bapak security ngelarang saya untuk masuk bu!" Katanya sambil melirik sinis kearah pak satpam yang kini menatapnya dengan pelototan. "Oke bu!" Kemudian Naila menutup ponselnya dengan senyum kemenangan sembari berkacak pinggang dihadapan Pak satpam. "Saya sudah kasih tau ibu pemilik rumah! Dia bilang dia bakal bukakan pintu ini untuk saya!" Lagi-lagi Naila berkata dengan penuh percaya diri. Lalu muncul seorang wanita parubaya datang menghampiri mereka. Terlihat kalau pakaian yang dikenakannya adalah seragam seorang pelayan rumah yang berwarna pink. "Maaf karena kalian harus tertahan disini. Pak Min tolong bukain pintunya! Ini tamu tuan besar!" Seru wanita itu sambil mendorong tubuh pak satpam. Pak satpam pun terkejut mendengarnya dan akhirnya sambil mendesah berat, pak satpam membuka pagar dan membiarkan Naila dan Naura masuk ke halaman rumah. Saat berada di dalam, Naura semakin takjub dengan apa yang kini dia lihat. Bagian luar rumah yang besar bercat cream, dengan sedikit warna orange dan tidak tertinggal berbagai corak yang amat indah dipandang. Siapa saja yang membuat rumah ini, tangan-tangannya amatlah berbakat sampai membuat relief nan indah untuk menciptakan nuansa seni yang kental pada rumah ini. "Naura! Mau jadi patung berdiri mulu! Cepat sini!" Naura berdecak sebal kemudian dia membawa tasnya dan berjalan kearah sang kakak yang telah pergi duluan meninggalkannya menuju pintu masuk. Sesampainya di dalam rumah Naura makin dibuat takjub dengan apa yang mereka lihat. Desain interior ruang tamu luas yang kental akan nuansa eropa dengan sebuah perapian dipinggir ruang tamu. "Silahkan duduk, saya tinggal sebentar ya. Saya mau panggil Ibu dulu" ujar wanita itu dengan senyuman manis kemudian beralih meninggalkan kedua gadis yang tengah duduk di sofa empuk itu. "Kak, Kira-kira apa ya pekerjaan pemilik rumah ini? Kok rumahnya bisa gede kayak gini?" Tanya Naura polos sambil memandang sang kakak. "Tuan rumah ini pemilik dari perusahaan Arkaz group tau kan, pemilik hotel dan properti yang sudah sampe ke luar kota itu" jawab Naila yang kemudian di-ohkan oleh sang adik. Beberapa menit kemudian, datanglah seorang pria berperawakan tinggi dengan pakaian rapi dan diekori oleh seorang wanita parubaya yang memiliki paras anggun. Ia berjilbab pasmina berwarna biru yang senada dengan baju yang dikenakannya. Wanita itu terlihat anggun saat kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman yang manis pada wajahnya yang nampak terlihat seperti perpaduan arab itu. "Assalamu'alaikum" Salamnya kemudian dibalas oleh kedua kakak dan adik itu. "Wa'alaikum salam bu" balas Naila. Kemudian kedua gadis itu menyalami tangan halus wanita yang diduga sebagai istri dari pemilik rumah. "Kalian sudah lama nunggu?" Tanya wanita tersebut. "eh belum kok tante, baru aja masuk tadi" jawab Naila dengan senyuman yang ia paksakan agar terlihat sopan-menurutnya. "Maaf ya, suami saya sedang ada perkerjaan di luar jadinya cuma saya saja. Oh iya, senang bertemu dengan kalian. Naila dan Naura" Ramona pun duduk di kursi yang bersebrangan dengan keduanya. Naura menggigit bibir, dia ingin buang air kecil. Sebenarnya sudah dari sejam yang lalu ia ingin buang air kecil hanya saja rasa itu hilang beberapa saat dan mulai lagi datang setelah ia duduk. "Ng, maaf bu. Saya mau ke toilet, boleh?" Naura menggigit bibirnya. "oh iya silahkan toiletnya ada di belakang" Naura langsung masuk pamit ke toilet dan kemudian dia langsung berjalan cepat menuju arah yang di tunjuk oleh Ramona. Ia langsung berlari menuju dapur sembari menoleh ke kanan dan ke kiri menatap kemegahan rumah tersebut di saat-saat darurat seperti ini. Sampai ia tidak menyadari kalau di depannya tengah berjalan seorang pemuda yang sedang berjalan ke arahnya dengan segelas air mineral dan ponsel yang tengah dimainkan oleh orang itu. Lelaki itu langsung berhenti saat ekor matanya mendapati sesuatu yang asing berada di rumah ini. Ia pun mengalihkan pandangan dan menatap kearah seorang gadis yang tengah gelisah sekaligus takjub. Lalu keduanya pun saling menatap saat Naura tanpa sengaja menoleh kearahnya. Lelaki itu mengangkat salah satu alisnya seolah bertanya 'Siapa ya?' "Eh, kak. Boleh tanya, toiletnya dimana ya?" tanya Naura, ia sedikit risih ditatap demikian oleh orang yang dianggapnya asing itu. Lelaki itu langsung menunjukkan arah toilet tanpa mengalihkan pandangannya dari bocah asing itu. Naura langsung berjalan menuju toilet melewati orang yang bahkan sedari tadi tidak mengalihkan pandangan darinya. "Den Ravel?" Pandangannya langsung teralihkan saat seorang pelayan memanggilnya. "I-iya bi?" "Den Ravel udah sehat?" tanya Bi Uci sambil mendekat pada Ravel. "Iya udah agak mendingan Bi. Oh iya Bi tadi ada anak perempuan lewat sini anaknya siapa sih?" Bi Uci yang langsung paham dengan pertanyaan Ravel pun tersenyum "Ooh, itu loh anaknya orang yang nyelamatin Ibu sama Bapak. Aden belum tau?" Ravel menggeleng akan tetapi ia ingat kalau ia pernah bertemu dengan seorang gadis saat di rumah sakit ketika orang tuanya dirawat karena mengalami kecelakaan. Namun gadis yang dia lihat bukanlah anak kecil yang barusan dia temui. Melainkan seoraang gadis berseragam putih abu-abu. "oh, gitu ya Bi" "Iya, eh Bibi permisi dulu ya Den, soalnya masih banyak kerjaan" Setelah kepergian Bi Uci, seulas senyuman tipis terukir pada wajah Ravel lantas ia pun kembali berbalik menuju dapur untuk melihat sesuatu. Naura yang baru saja keluar dari kamar mandi selepas menandaskan hajatnya terkejut saat mendapati seorang yang ia temui tadi berdiri tepat disamping pintu kamar mandi. Dilihatnya lelaki itu tengah tersenyum menatapnya sembari berkata "Hai" Naura sedikit takut dengan ekspresi yang diberikan oleh orang dihadapannya ini. Lantas ia memberanikan diri untuk memberikan senyuman "Eh, kakak mau ke toilet juga?" tanya Naura sambil berusaha menjauh dari Ravel. "Tadi udah pipis kok. Kesini Cuma mau lihat sesuatu" Ravel melebarkan senyumannya yang berhasil membuat Naura takut. "Oh, kalo gitu aku permisi dulu ya kak" Naura langsung berbalik dan berjalan cepat menuju ruang tamu. Namun pergerakannya tertahan saat Ravel menahan tangannya. Naura refleks memekik dan Ravel langsung membungkam mulutnya. "Ga usah takut. Ga bakal kusakiti kok" Ravel terkekeh dan matanya menatap tepat pada pupil Naura. Ia pun melepaskan Naura saat tau gadis itu menghentikan nafasnya karena gerakan Ravel yang tiba-tiba. "Namanya siapa, dek?" tanya Ravel sambil menarik kursi di dekatnya. "Na.. Naura kak" jawab Naura sambil menunduk. "Ooh Naura ya" Ravel manggut-manggut "Naura sekolah dimana?" tanya basa basi alih-alih kepo. "SD Pratiwi kak" Naura masih menunduk. Ia sungguh takut untuk melihat wajah Ravel yang terkesan-m***m itu. "jangan berdiri aja disitu. Ayo duduk sini" Ravel menepuk kursi di sampingnya. Naura ragu untuk duduk di sana. "kenapa gak duduk? Gak pegel?" Naura menelan saliva kemudian ia menarik kursi tersebut dan duduk disamping Ravel. Kemudian keheningan melanda diantara keduanya. Naura mengetuk-ngetuk meja makan sementara Ravel sibuk memainkan ponselnya. Naura mengerucutkan bibirnya. Sungguh ia ingin pergi dari hadapan Ravel. Jujur ia takut kalau Ravel akan berlaku aneh-aneh padanya. "Naura?" Keduanya menoleh ke sumber suara. Ternyata Naila lah yang memanggil Naura. Naila menatap keduanya secara bergantian terlebih pada lelaki yang duduk di samping Naura. "Dari tadi di tungguin ternyata lagi sama...." Naila menggantung ucapannya. Naila berpikir kalau ia pernah melihat lelaki itu dan baginya wajahnya terlihat familiar. Ravel langsung berdiri ketika menyadari kebingungan Naila-berjalan menghampiri gadis yang lebih tua satu tahun darinya. "Kakaknya Naura ya?" Naila mengerjap "Iya, kamu pasti...." Belum sempat Naila berkata, Ravel langsung memotong ucapannya. "Gue Ravel. Calon adik ipar lo" ucap Ravel sambil tersenyum lebar merasa tanpa beban sesudah berucap demikian. Naura yang memang belum mengerti apa-apa hanya dapat mengerjap bingung sementara Naila yang mendengar perkataan Ravel itu terkejut bukan main seolah ribuan petir menyambarnya sekaligus. "Apa!!!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
919.3K
bc

Yes Daddy?

read
797.0K
bc

OLIVIA

read
29.1K
bc

I Love You Dad

read
282.4K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.5K
bc

Living with sexy CEO

read
277.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook