bc

Jelek dan Zylek!

book_age18+
519
FOLLOW
3.1K
READ
family
dominant
goodgirl
comedy
sweet
bxg
heavy
highschool
brothers
sisters
like
intro-logo
Blurb

Ini tentang Lea Permata Carel dan Arizy Cudson. Tentang anak Mommy Griya dengan anak Mama Marsha dan Papa Andrean. Izy dan Lea, keduanya tidak pernah akur, sering bertengkar dan cekcok satu sama lain meski begitu mereka tidak terpisahkan. Di mana ada Lea, di situ ada Izy. Perasaan mereka diam-diam sama. Namun, Lea yang dibesarkan oleh Andrean sedari lahir, dianggap anak pula, tidak ingin membuat kecewa Papa Andrean nya itu, begitupun dengan Mama Marsha nya. Lea tidak mau keduanya kecewa. Lea malu akan perasaannya, karena bagi Lea perasaannya itu terlarang, Lea memilih memikirkan berbagai cara untuk menghilangkan perasaannya sendiri. Berbeda dengan Izy, Izy memilih berjuang untuk perasaannya hingga mendapatkan yang dimau. Tidak peduli sebanyak dan seberat apapun yang akan dilalui. Lea harus tetap di sini bersamanya, apapun caranya.

Cover by : terratia, Font : Goo Easter, Edit : Text On Photo

chap-preview
Free preview
Satu
Lea merasa dirinya adalah anak yang paling beruntung di dunia ini. Ia memiliki Mommy yang baik, Mama yang tulus, Papa yang diam-diam perhatian dan kelima adik berwajah cantik juga ganteng. Dalam hal ekonomi, sudah cukup. Baginya, ia tidak membutuhkan barang mewah, paling penting ialah kebahagiaan dirinya sendiri dan keluarganya. Hanya saja, ada satu hal yang membuat Lea merasa tidak beruntung. Cinta, ya cinta. Betapa indahnya jika mencintai seorang laki-laki yang juga memiliki perasaan cinta yang sama. Tidak terhalang apapun, hubungan bertahan lama dan selalu positif. Menurut Lea cinta seperti itu hanya ada di dongeng dan pada dua orang yang sudah ia anggap sebagai orang tua. Mama Marsha dan Papa Andrean, perjalanan cinta penuh liku berakhir mulus hingga detik ini. Lika-liku kehidupan, Lea tidak ingin merasakannya. Karma, Lea pun tidak mau mendapatkannya. Mommynya dulu memang bukan perempuan baik, setidaknya masa lalu bisa menjadi pelajaran untuknya, bukan malah dijadikan ajang pembalasan atau berniat menjadikan contoh. "Jelek, kau sudah siap belum?!" teriakan dari arah luar membuat Lea segera menyelesaikan menyisir rambutnya. "Iya, sebentar lagi!" teriak Lea, membalas. "Buruan, aku tidak mau jadi lumut di sini!" Lea tidak menjawab, ia lebih mempercepat gerakan tangan dan kakinya untuk mengambil barang-barang bawaannya. "Jelek!" Ceklek ... "Astaga, Zilek. Kesabaranmu di mana? Aku bilang sebentar ya sebentar," omel Lea, cukup kesal dengan tingkah Izy. "Kau pikir, aku 'kan mau santai. Kenapa harus mengantarmu?" "Aku tidak menyuruhmu. Tidak mau, bilang dari tadi. Enggak perlu berbuat ulah, membuat kesal saja." Hari ini memang Lea pulang ke tempat Griya. Mau minta jemput, Griya tidak bisa karena di kafe lagi ramai-ramainya. Mau diantar Andrean, Papanya itu juga tidak bisa. Malah meminta Izy untuk mengantarnya dan dirinya tidak diperbolehkan menggunakan ojek online. "Berisik!" Menghentakkan kakinya kesal, Lea meninggalkan Izy dan menuruni tangga. "Jelek, tunggu aku!" "Tidak perlu mengantarku, aku bisa pulang sendiri!" "Jangan keras kepala, Jelek! Aku lapor papa, nih," ancam Izy, ia tahu Lea kesal padanya. Sebenarnya ia tidak bermaksud mengatakan perkataan yang menyakiti hati. Cuma, mulutnya saja tidak bisa di rem. "Kupastikan kau yang akan dihukum, papa!" "Anak ini sungguh keras kepala sekali." "Hei, lepaskan aku!" Kekuatan lari Lea tidaklah sebanding dengan kekuatan lari Izy. Jadilah, Izy berhasil menarik tangan Lea dan sukses memaksa Lea duduk di boncengan sepeda motor miliknya. Jika sudah begini, tinggal berangkat saja. Cuss. "Ini bukan kafe mommyku." "Ya, memang bukan. Kau tidak lihat." Izy menunjuk sebuah tulisan besar di atas sebuah bangunan. "Jelas di sana tertulis, kedai es krim. Masih bisa baca, 'kan?" "Aku tidak mau makan es krim. Kalau kau mau mengantarku pulang, antar aku sekarang!" Tidak peduli akan protesan Lea. Izy turun dari kendaraannya, membiarkan Lea tetap tinggal di atas motornya. "Ya, sudah. Aku tidak memaksamu. Kau bisa menunggu di sini, sesuka hatimu. Berjemur saja, sampai kering." "Aku bisa memesan ojek online," balas Lea tidak mau kalah. "Oh, tidak bisa." Izy merampas ponsel di tangan Lea. "Kembalikan ponselku!" Lea turun dari motor Izy dan berusaha merebut ponselnya kembali. Namun, ia kalah tinggi sehingga cukup kesusahan. "Nah begini dong turun dari motorku. Kau harus temani aku makan es krim." Kesempatan bagi Izy. Kembali, ia berhasil menyeret Lea untuk ikut bersamanya. "Hobimu memang menyeret ku, kau tidak bisa bicara baik-baik ya?" "Jangan mempermalukan dirimu dengan menggeliat seperti cacing kepanasan, Jelek. Ingat, Malu." Tahu tempat, Lea menegakkan tubuhnya, merilekskan wajahnya dan mengukir senyum untuk beberapa orang yang baik sengaja atau tidak sengaja melihat dirinya. Hari ini memang Izy menang, tapi tidak lain kali. Izy dan Lea mendapat tempat di pojok kedai. Lea tadinya menolak pun ikut tergoda ingin makan es krim dengan banyak toping. Mereka berdua sudah memesan dan saat ini, sudah tersedia di depan mereka masing-masing. Tinggal menyantap saja. Sibuk dengan ponselnya sendiri-sendiri sembari menikmati es krim. Tiba-tiba Lea dan Izy dihampiri oleh seorang perempuan. Dari tampilannya, sepertinya masih seumuran. "Hai, aku boleh duduk di sini sebentar? Aku sedang menunggu temanku datang, tapi aku tidak mau menunggu sendirian." Perempuan itu menyampaikan alasannya menghampiri Izy dan Lea. Lea tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. "Boleh, duduk saja." "Ah, terima kasih banyak. Namaku Resi, aku bersekolah di sekolah paling favorit di Jakarta." Perempuan bernama Resi memperkenalkan diri dengan sedikit angkuh. "Kalian, dari ... sekolah apa? Sepertinya kita seumuran." Lea langsung ilfil setelah mendengar perkenalan itu. "Ya, tapi sayangnya, sekolah kita tidak sebagus sekolahmu, tidak terlalu favorit." "Yah, sayang sekali. Perempuan semanis dirimu dan emm ... setampan dia tidak cocok berada di sana, apalagi dia." Lea dapat melihat cara Resi menatap Izy dengan malu-malu. Mendadak hati Lea terbakar, semoga tidak sampai hangus. "Pasti akan menjadi idola sekolah. Apa dia pacarmu?" "Bukan," ketus Lea. Dadanya sudah kembang-kempis akibat kekesalan yang menumpuk. "Wah, kesem--" "Lea, aku ke kamar mandi dulu." Izy memotong Resi, ia beranjak dari duduknya dan pergi sembari mendumel, "aku tahu aku tampan, sekali lirik saja sudah banyak yang terpikat." Izy memukul telapak tangannya. "Kenapa ketampanan ku ini tidak mempan padanya? Menyebalkan," tambahnya. "Dia tampan sekali ya." Resi masih belum puas, ia lanjut memuji Izy tanpa mempedulikan aroma asap di sebelahnya dari hati yang terbakar. "Boleh bagi nomor telepon temanmu?" "Nomornya sudah tersebar di mana-mana. Cari aja di setiap tiang listrik. Kau akan mendapatkannya." Resi mengerutkan dahinya, ia jadi bingung sendiri. Sementara Lea tersenyum licik. "Eman iya?" Lea berdiri, tidak tahan berada di sini dalam satu ruangan bersama orang asing yang menyebalkan. "Iya, cari saja tulisan--" "Tulisan apa?" Menunduk tepat di telinga Resi, Lea membisikkan, "sedot WC." Setelah itu Lea cabut, meninggalkan Resi yang menganga di tempat. Lea senang bisa mengerjai perempuan angkuh itu. Daripada mengurusi dia, alangkah baiknya segera pulang untuk melepas rindu bersama sang Mommy. Meski sering berkomunikasi, rindu akan tetap ada sebelum adanya pertemuan. Lea berharap Izy bisa membawanya pulang. Kasihan Mommy nya kalau mengurusi kafe yang ramai di malam Minggu begini. "Jelek tunggu!" Izy tidak melihat Lea di tempat duduk dalam kedai es krim ini, langsung berlari keluar menyusul. Sampai ia mengacuhkan Resi yang berusaha menghalanginya. "Dasar Jelek, seenaknya meninggalkanku." "Sesama jelek, dilarang menghina. Lebih baik cepat antarkan aku pulang, sekian dan terima kasih." "Dasar tukang perintah!" "Itu memang tugas seorang Leandra Permata Carel." "Ck, menyebalkan!" Ya, Lea bukan lagi Leandra Cudson. Andrean tidak jadi mengangkat Lea sebagai anak. Griya tidak menginginkan itu, sehingga rencana Andrean mengangkat Lea sebagai anak gagal. Mengangkat seorang anak tidak semudah yang dipikirkan, beruntung di tengah proses itu belum sampai akhir, Griya berhasil meyakinkan Andrean bahwa dirinya bisa merawat Lea meskipun tidak sebaik Andrean dan Marsha. Lea yang baru berusia 7 tahun pun, memilih ikut ibunya. Griya lalu mengurus semua hal berkaitan dengan Lea, dari akte kelahiran dan perwalian. Lea sudah memiliki akte kelahiran bertuliskan ayah kandungnya sendiri yaitu, Edo Carel. Dan semua harta yang Edo tinggalkan, berhasil menjadi milik Lea ketika Lea berusia 17 tahun nanti. Proses tidak mudah butuh waktu hingga bertahun-tahun lamanya Griya berjuang demi anaknya dan hak anaknya terhadap wasiat terakhir ayah kandung Lea sendiri yang akhirnya berhasil didapatkan. Hubungan pun terjalin sangat baik antara Griya, Marsha dan Andrean. Tak ketinggalan hubungan anak-anak mereka juga. Dan sekarang babak baru telah di mulai. Mungkinkah dua keturunan ini bisa bersatu? Leandra Permata Carel dengan Arizy Cudson. Nantikan!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

After That Night

read
8.2K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
6.7K
bc

Revenge

read
13.6K
bc

BELENGGU

read
64.2K
bc

The CEO's Little Wife

read
625.8K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.5K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook