bc

Mr. Dominant

book_age16+
521
FOLLOW
1K
READ
possessive
dominant
goodgirl
powerful
sweet
friendship
like
intro-logo
Blurb

Keshira Lyn Maksalini terus menerima kotak hadiah berisi barang-barang mahal sejak hari ke-dua dia bekerja. Awalnya dia berpikir, seseorang salah meletakkan. Tapi sepucuk surat mengatakan itu memang ditujukan untuknya.

Dia mulai takut, apalagi ketika si pengirim tahu lebih banyak mengenai Keshira dan kehidupannya. Perlahan hatinya tersentuh.namun ketakutannya masih sama, bahkan bertambah besar. Bukan pada si secret admirer. Tapi pada sesosok yang melakukan segala hal untuk menjadi Keshira tetap miliknya.

chap-preview
Free preview
1. First Day to The Core
"I will not say welcome. You and your way are really not elegant" Saturday night, memang menjadi malam tersibuk di area cafe. Begitu pula BB'bee Cafe yang sudah penuh oleh pengunjung. Baik di dalam ruang, maupun di luar. Tidak heran, sebagai salah satu tempat bersantai terkenal se-ibu kota, BB'bee Cafe menyediakan suasana dan tempat yang pas. Dan jangan lupakan pelayanan baik dari ketiga owner, yang juga memerangkap sebagai pegawai. Selalu menjadi incaran orang-orang untuk menghabiskan waktu, BB'bee Cafe tidak pernah terasa lenggang pengunjung. "Allen, bawakan ini!" teriak Gladisa dari dapur. Wajahnya bertitik oleh peluh, begitu pula celemek merah muda yang penuh noda. Entah saus, atau kuah. Allen segera menuju meja kecil tempat pesanan di keluarkan dari lubang persegi yang terhubung langsung dengan dapur. Dengan keadaan sama, Allen pun penuh keringat karena memang tugasnya mengantarkan pesanan. Tidak jauh dari posisi Gladisa yang sibuk berkutat membuatkan pesanan, ada pula seorang gadis yang tangannya cekatan membubuhkan hiasan butter creame pada kue lapis red velvet. Di potongnya kue itu, kemudian disusun di atas piring kue cantik bercorak bunga. Dihiasnya pula, sehingga tampilan kue itu tidak kalah lezat dengan rasanya. Keshira tersenyum puas, dan mulai meletakkan piring kue ke nampan. Membawanya ke depan, tepatnya ke meja nomor 25 yang sudah ditempati sepasang remaja. "Selamat menikmati hidangan kami." katanya tak lupa dengan senyuman. Dua remaja itu mengangguk sopan dan kompak mengatakan terima kasih. Setelah mengantarkan pesanan, Keshira kembali ke meja kasir. Mengatur tata letak beberapa kue mangkuk yang hampir habis. Lalu di depannya bediri Bu Meta, wanita tua yang sudah menjadi pelanggan tetap BB'bee Cafe. Tersenyum dengan wajah semringah, dan mengulurkan uang pas untuk seporsi kue lapis red velvet. "Oh, Hai Bu Meta. Kebetulan sekali, Lapis red velvet kami hampir ludes. Untunglah kau datang di waktu yang tepat" Kata Keshira. Bu Meta hanya mempertahankan senyum hangatnya. Tahu betul, kata basa-basi yang dilontarkan Keshira tak lain hanya sebagai pengembang hatinya supaya wanita itu tidak merasa kecewa. lebih tepatnya, supaya wanita tua itu percaya dirinya tidak terlambat dan masih kebagian sepiring kue kesukaannya. Lagi pula, Keshira sudah menyisihkan pesanan spesial Bu Meta yang akan di beli setiap malam. Kue yang dibuat hanya dengan sedikit gula, dan juga sedikit butter creame. Khusus untuk Bu Meta yang berumur 53 tahun. Keshira yang baik hati. Itulah julukan untuknya. "Silakan, Bu. Hari ini potongan harga sebesar 20 persen" Bu Meta mendorong balik uang kembalian yang disodorkan Keshira. "Tidak ada cafe yang memberikan potongan harga sebesar itu setiap harinya, nak. Tapi akan kutoleransi jika hanya satu minggu sekali" Keshira terkesiap halus dan meringis pelan. Ketahuan-lah aksi berbuat baiknya yang kurang hati-hati. Pipinya merona malu dan dengan gerakan lambat dia memasukkan uang Bu Meta kedalam mesin kasir. "Terima kasih," Ucap Keshira pada akhirnya. Bu Meta berlalu setelah mengusap kepalanya. Malam yang menuju larut meninggalkan suasana cafe yang mulai sepi. Perlahan para pengunjung mulai meninggalkan tempat. Hanya tinggal beberapa anak muda yang menghabiskan waktu dengan membaca buku di sudut baca cafe. Juga ada yang sibuk dengan laptop menyala ditemani secangkir kopi. Di meja kasir, Keshira, Gladisa, dan Allen meregangkan otot. Rasanya penat dan mereka sangat butuh istirahat. Pekerjaan di dapur sudah dibereskan, piring-piring kotor pun sudah dicuci dan sekarang tersusun rapi di rak. Tinggal menunggu pelanggan terakhir dan mereka bisa tidur dengan lelap sampai pagi. "Rasanya lelah, dan aku ingin segera bergelung dalam selimut hangat" Kata Gladisa sambil memeluk dirinya sendiri. "Well, rasanya sepadan dengan pemasukannya, bukan?" Kekeh Keshira. Allen sudah menelungkupkan kepala di atas meja berbantalkan kedua lengan. "Aku lelah sekali" keluhnya parau. Tapi, beberapa saat kemudian pria itu menegakkan tubuhnya. Oh, dia teringat sesuatu. "Tanggal berapa besok?" "Tiga puluh dua" jawab Gladisa acuh. Allen mendorong kening gadis itu. Yang menyulut protes tidak terima dan diabaikan. "Bukankah besok tanggal 13?. Itu hari pertamamu bekerja, bukan?!" seru Allen antusias. Binar matanya bahagia sekali, ke arah Keshira. "Ya, benar" "Wah, kau harus bersiap!. Pulanglah lebih dulu. Kami akan membereskan cafe tanpamu" "No!. Keshira sudah menyiapkan semua kebutuhannya tadi sore. Besok dia hanya tinggal mandi dan merias wajah" sahut Gladisa. Dan segera melanjutkan ketika wajah Allen berkerut bingung "Saat kau terlentang di sofa dengan televisi menyala" Seketika Allen melengos, malas menghadapi Gladisa yang selalu mengolok-olok dirinya. Bukan salahnya jika dia tidak sengaja tertidur saat menonton. Memang Gladisa saja yang sengaja membesar-besarkan hal kecil. "Sudahlah, kalian selalu bertengkar. Aku sudah menyiapkan semuanya, Allen. Dan besok, kau harus mengantarkan aku ke tempat kerja" Allen memamerkan ibu jarinya dengan senyum lebar. "Aye aye captain" "Come on, guys. Kita masih harus membersihkan tempat ini" Sekejap, Allen dan Keshira berbarengan mengerang. Hampir saja melupakan mereka masih harus bebersih baru bisa pulang ke kamar masing-masing dan mengistirahatnya sendi-sendi yang seharian ini bekerja begitu keras. Okay, let's fight **** "Jika si kembar Mona dan Mondi datang, berarti mereka membutuhkan seporsi bubur ayam dan sup hangat. Roti panggang bumbu coffe untuk Pak Gery, Jus aneka buah untuk Tante Ava, dan jangan lupa sal-" ocehan Keshira terhenti oleh telapak tangan yang membungkam bibir kecilnya. "Salad buah ekstra keju untuk bibi Martin, dan terakhir, red velvet untuk seorang Bu Meta." sambung Allen. "Just relax honey. Kau sudah melafalkan kalimat panjang itu berulang kali hingga aku menghafalnya di luar kepala. Kami bisa mengatasi pelanggan kesayanganmu dan kamu hanya harus bekerja dan pulang. Okay?" "Baiklah," Pasrah Keshira. Allen mengulurkan kotak bekal Keshira dan menepuk kepalanya dua kali. Memutar arah motor maticnya, dan mulai pergi meninggalkan Keshira yang tengah dilanda gugup. Dia sudah berada di depan bangunan tempatnya akan bekerja. Tangannya bahkan sudah berkeringat. Merapikan penampilannya sejenak, Keshira mulai membuka langkah memasuki bangunan itu. Dia hanya berharap, hari pertama ini dia tidak dihadapkan dengan senior yang suka menyuruh ini itu dan banyak bicara. Sungguh Keshira yakin tidak akan tahan dengan mereka. Wanita cantik bertubuh mengagumkan -bagi Keshira dengan setelan kerja berwarna hitam mengantar Keshira ke meja miliknya. Di ruangan tempatnya bekerja. Di satu ruangan itu, ada beberapa orang yang sibuk dengan laptopnya masing-masing. Dan ketika pintu berayun terbuka, mereka semua menatap ke arah yang sama. "Nah, teman-teman. Kubawakan kalian partner baru." katanya. Sambil mendorong Keshira ke arah mereka. Ragu, Keshira menegakkan tubuh dan menarik senyuman. "Perkenalkan, Saya Keshira Lyn Maksalini. Karyawan baru di sini, mohon bantuannya" Beberapa detik tidak mendapat tanggapan, Keshira mulai merasa tenggorokannya kering. Apalagi ketika para senior saling menatap dengan ekspresi yang, err aneh? Salah satu wanita berdiri. Dia memakai blouse merah terang yang senada dengan pewarna di bibirnya. Mendekat ke arah Keshira dan segera menariknya dalam dekapan hangat. "Ahh, aku tidak meyangka ini kauu!" serunya, tak lupa menggoyangkan badan Keshira ke kanan dan ke kiri dengan riang gembira. "Baiklah, tugasku selesai. Bersikap baiklah kalian padanya. Jangan membuatnya takut" Suara wanita yang mengantar Keshira tadi, terdengar. Wanita yang lain mengibaskan tangannya tidak peduli. "Ya, ya, ya. Pergilah. Ruangan ini tidak cukup untukmu" Katanya. Orang yang memeluk Keshira tadi sudah melepaskannya. Beralih memutar tubuh Keshira untuk memperhatikan keseluruhan gadis itu. "Oh, astaga. Dia benar-benar Maksalini yang itu!" -Melan "Aku tidak percaya bisa bertemu langsung denganmu!" -Surra "Kuharap kau mau menandatangi novelku!. Hei bety, berhenti melakukan itu padanya kau membuatnya kebingungan" - Balqis "Selamat datang, nona manis" -Beno Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, Keshira berkata "Salam kenal, semuanya" dengan suara bergetar. "aww, dia cute sekali" pekik Bety, wanita yang memeluk Keshira tadi. Dan dia melakukannya lagi. Setelah semua aksi yang membuat kepala Keshira pening selesai, lima orang dewasa itu berbaris, seakan membentuk posisi untuk menerima gaji. Satu-satunya orang yang berjenis kelamin pria memimpin untukperkenalan yang lebih teratur. "Nama saya, Beno. Ini Balqis, Surra, Melani, dan yang terakhir Bety. Kita berada dalam satu tim di pekerjaan ini. Kami harap kamu bisa betah. Dan maafkan tentang perkenalan bar-bar barusan. Keempat wanita kekanakan ini begitu mengidolakanmu. Saat mendengar kau akan masuk ke dalam tim, mereka mulai bertingkah berlebihan. Maaf, sekali lagi" Keshira merasa terharu. Padahal dia tidak seterkenal itu sampai mereka harus mengidolakan dirinya. Tapi mau tak mau, hatinya mengembang pula. "Terima kasih banyak, aku tidak begitu terkenal, tapi kalian mengidolakan aku layaknya penulis papan atas. Aku terharu, sungguh" "Siapa bilang?!. Novelmu luar biasa bagus dan aktingmu benar-benar menakjubkan, Maksalini. Aku serius" Seru Bety, lagi. Kali ini diangguki semua orang, tak terkecuali Beno. Keshira merasa ia ingin menangis. Beralih memeluk mereka satu persatu dengan perasaan bahagia. Sambutan yang luar biasa. Sangat. Dan Keshira gagal untuk tidak menyukainya. "Just call me Keshira" *** Pada sore harinya, tepat pukul 4, Keshira meninggalkan bangunan tempatnya bekerja. Hari pertama yang menakjubkan, dan gadis itu langsung menebak akan menyukai pekerjaannya. Mengenai rekan-rekan kerjanya, di luar dugaan, ternyata mereka pengikut setia akun penulis Keshira. Bahkan mereka mengoleksi semua novel tulisannya. Dan pernah menonton film adaptasi salah satu novelnya, yang diperankan oleh Keshira sendiri. Saat itu, pak sutradara kesulitan mendapatkan feeling yang bagus dengan para aktris yang memerankan. Lalu Keshira sebagai penulis novel sekaligus penulis naskah dipanggil untuk mengarahkan. Tapi malah dia yang disuruh berakting. Dan Keshira bersumpah itu film pertama dan terakhir yang diperankannya. Dia tidak terlalu suka berinteraksi berlebihan dengan lawan jenis bahkan untuk skenario yang dirancangnya sendiri. Keshira sengaja tidak mengabari Allen jika dirinya sudah pulang. Dia berencana menaiki kendaraan umum saja untuk pulang. Tidak mau terlalu merepotkan sahabatnya yang sangat dia sayangi itu. Sesampainya di cafe, ternyata tidak ada satupun pengunjung menempati meja. Yah, ini kan sore di hari senin. Maklum saja. Para pekerja sibuk dengan pekerjaannya, pelajar dengan pelajarannya, dan anak-anak kecil dengan permainannya. "Eh, kau sudah pulang?. Kenapa tidak mengabari?. Aku bisa menjemputmu!" pertanyaan Allen yang bertubi-tubi dilanjutkan dengan kalimat terakhir bernada kesal hanya dihiraukan Keshira dengan senyuman. Sahabatnya terlalu cerewet, dan Keshira terlalu lelah untuk menanggapi. "Aku akan istirahat sebentar dan membantu kalian" katanya sambil lalu. Di bagian samping bangunan Cafe, terdapat sebuah bangunan yang lebih kecil. Di sanalah ketiga sahabat itu tinggal bersama. Ada dua lantai. Lantai pertama ada ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Jangan lupakan, kamar Allen yang berada di sudut. Saat menaiki tangga, akan ada dua ruangan di sisi kanan dan kiri. Sedangkan bagian tengah yang dibiarkan terbentang lebar, berfungsi sebagai tempat bersantai dengan sofa dan tiga kursi santai empuk. Juga beberapa perabotan lain. Balkon tersambung dengan bagian tengah yang terbuka. Angin akan menyusup masuk dan membunyikan lonceng angin yang tergantung di tengah pintu balkon. Lantai dua ini benar-benar tempat yang nyaman. Sebenarnya, cafe milik mereka beserta bangunan ini dibangun oleh Joshep Lawrence, ayah dari Thomas Allen Lawrence. Dia adalah tipe ayah yang menyayangi keluarga. Melakukan yang terbaik untuk mereka. Dan saat satu-satunya putra meminta izin mendirikan sebuah cafe bersama kedua sahabatnya, lelaki berumur lebih 3 angka dari 40 itu bukan hanya mengizinkan. Melainkan membangunkan cafe beserta tempat tinggal dalam waktu relatif cepat. Padahal mereka bertiga sudah punya tabungan sendiri untuk memulai usaha. Well, walaupun sudah diperkirakan tidak akan cukup. Tapi Joshep Lawrence bersikeras menghadiahkan cafe yang katanya kecil itu untuk Allen dan kedua temannya. Sungguh murah hati. Sekaligus berlebihan. Berganti pakaian, Keshira turun ke lantai satu dan menemukan Gladisa memutar kunci pintu. "Hai, kau sudah pulang." Keshira mengulas senyum. "Tentu. Aku akan segera membantu di cafe. Bagaimana hari pertama tanpaku?" Gadis berambut hitam legam di hadapan keshira memberenggut kesal. Wajahnya tertekuk masam. Dan dalam hitungan satu detik, Keshira mengerti. "Semuanya kacau. Hmm, yah.. awalnya. Kami kesusahan menemukan barang karena sembarangan meletakkannya. Ditambah sahabat tersayangmu itu terus menggangguku. Tapi pada akhirnya kami dapat mengatasinya juga. Hanya perlu terbiasa, bukan?" Keshira tertawa pelan. "Akhirnya kalian merasakan akibat perbuatan kalian, ya" ya, benar. Selama ini, kedua sahabat Keshira terus berkebiasaan menaruh peralatan di sembarang tempat setelah memakainya. Biasanya, Keshira akan dengan sabar menyusun kembali ke tempat semula agar sahabatnya tidak kesusahan. Tapi ternyata hari ini mereka harus kewalahan sendiri. Hahaha, Keshira tertawa juga di dalam hati. **** Hari kedua bekerja, Keshira diantar lagi oleh Allen. Pria keras kepala itu bahkan rela bangun pagi supaya Keshira tidak memiliki alasan untuk menolak diantar olehnya. Yah, jadilah Keshira pasrah saja. Setidaknya hanya untuk pagi hari. Dia akan pulang sendiri sorenya. Ternyata pagi di hari selasa tidak terlalu sesak. Maksudnya, Keshira bahkan menemukan ketukan sepatu flatnya menggema sepanjang jalannya. Belum banyak yang datang. Bahkan mungkin, dia bisa dibilang yang pertama tiba. Tentunya dengan para pekerja bersih-bersih yang dikecualikan. Keshira mendorong pintu ruangannya terbuka. Masuk ke dalam, dan sadar kalau ruangan itu belum dibersihkan. Keshira berdecak dalam hati. Dia tidak suka suasana berdebu. Jadi, dia tergesa menuju meja kerjanya dan menaruh tas, juga bekal makan siang. Berniat melangkah ke sudut ruang untuk mengambil peralatan pembersih. Tapi tepat saat tangannya memindahkan sebuah map berwarna kuning di atas meja kerjanya, sesuatu terjatuh ke lantai. Keshira berjongkok untuk mengambilnya. Kemudian, mengerutkan dahi. Kotak ini, tadi ada di atas mejanya?. Apa dia salah?. "Ah, mungkin kado dari salah satu senior?. Mereka kan, penggemarku" pikirnya. Jemarinya bergerak membelai tekstur permukaan kotak itu. Bewarna maroon, dengan aksen pita emas. Tutup kotak itu dibukanya perlahan. Hampir saja, bola mata Keshira menggelinding keluar dari tempatnya. Di dalam kotak hadiah cantik itu, terdapat sebuah kalung cantik yang berkilauan. Di gantungi sebuah bandul, berbentuk bunga kecil dengan permata biru terang di bagian tengah. Hati-hati, dibawanya keluar dari tempat, kalung itu. Keshira bahkan mendapati tangannya bergetar. Cantik sekali. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Love Match (Indonesia)

read
172.4K
bc

Skylove (Indonesia)

read
108.8K
bc

Unpredictable Marriage

read
280.4K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

Broken

read
6.2K
bc

Hubungan Terlarang

read
500.2K
bc

Rujuk

read
904.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook