bc

Sweet Stranger

book_age18+
3.2K
FOLLOW
36.5K
READ
one-night stand
CEO
boss
drama
comedy
bxg
city
virgin
office lady
selfish
like
intro-logo
Blurb

21+

Pagi itu, Ratu melenggang santai dan mondar-mandir dari dapur menuju kamarnya, hanya dengan mengenakan selembar handuk yang ukurannya sangat minim. Hal itu sudah biasa dia lakukan ketika wanita itu terburu-buru di pagi hari. Dia harus melakukan beberapa hal dalam satu waktu, menyiapkan roti panggang sebagai menu sarapannya, sekaligus memakai skincare di pagi hari. Namun entah mimpi buruk apa yang gadis itu alami semalam hingga pagi itu, dunia Ratu seakan runtuh karena kehadiran lelaki asing di tempat tinggalnya ketika seorang lelaki muncul dari sebuah kamar tamu yang jarang digunakan oleh pemilik rumah kos yang saat ini menjadi tempat tinggalnya.

"Si-siapa kamu?!"

"Harusnya saya yang bertanya, siapa kamu?” sahut lelaki itu santai, dan malah mengajukan pertanyaan yang sama.

"Heh, ini rumah saya. Ngapain kamu di rumah saya?!" Balas Ratu dengan mode ngajak ribut. Dia bahkan tidak terpikir bagaimana kalau lelaki asing ini menyerangnya begitu saja.

Lelaki itu hanya tersenyum tipis dan memberi tatapan nakal padanya karena penampilan Ratu saat ini jauh dari kata layak untuk dipandang oleh seorang lelaki asing. "Rumah kamu? Setahu saya, ini rumah nenek saya," jawab lelaki itu dengan santai. Dan tatapan nakalnya belum berpindah, masih menatap wajah dan pundak Ratu bergantian, berulang kali.

*

Sejak hari itu, rumah yang biasanya menjadi tempat paling nyaman bagi Ratu, justru menjadi tempat paling berbahaya baginya.

chap-preview
Free preview
Dicium Pria Asing
Saking lelahnya, alarm yang sudah berulang kali berbunyi di ponsel Ratu pagi ini, sama sekali tidak membuatnya membuka mata. Semalam, Ratu pulang kehujanan dan dengan bodohnya dia tidak membawa mantel, dan mengakibatkan dirinya basah kuyup. "Jam setengah enam." Gadis itu akhirnya tersadar setelah lima belas menit berlalu, dan alarm sudah lelah berbunyi, membangunkannya. Ratu langsung menyibakkan selimutnya, menekan tombol off pada kipas angin. Ya, kipas angin. Karena tidak ada AC di dalam kamarnya yang cukup sederhana ini. Sudah hampir dua tahun, Ratu tinggal dan menetap di sebuah rumah sederhana bergaya klassik atau bisa dikatakan rumah tua peninggalan zaman Belanda. Namun rumah ini sangat terawat dan sudah banyak dimodifikasi oleh pemiliknya. Ratu tinggal di rumah ini, secara cuma-cuma karena dia diberi kepercayaan oleh pemiliknya hingga tetap terkesan modern. Pemilik rumah yang merupakan seorang nenek-nenek berparas cantik, dan biasa Ratu panggil dengan panggilan Nek Miftah. Dia sangat bersyukur, karena bisa mengurangi biaya hidupnya di kota besar ini. Ratu tidak perlu mengeluarkan biaya tempat tinggal, dia hanya perlu membayar tagihan listrik dan air saja. Ratu membereskan kamarnya, walau dalam keadaan terburu-buru. Tujuannya, agar nanti tiba di rumah, dia bisa langsung rebahan. Setelahnya, mengambil handuk, keluar dari kamarnya dan menuju kamar mandi yang terletak tepat di hadapan pintu kamarnya. Tidak ada keramas pagi ini. Ratu hanya mandi biasa tanpa luluran karena sedang terburu-buru. Tidak sampai sepuluh menit dia selesai, keluar dari kamar mandi. Melenggang santai menuju dapur, untuk menyiapkan dua lembar roti tawar yang diisi dengan selai nanas. Karena hanya itu yang bisa Ratu sajikan dengan cepat. Setelah memasukkan sepasang roti ke dalam alat pemanggang, gadis itu kembali melangkah menuju kamarnya. Merasa aman dan tidak ada siapapun selain dirinya di rumah ini, Ratu tidak peduli dengan penampilannya yang hanya mengenakan selembar handuk super minim. Namun, baru beberapa langkah dia berjalan, Ratu benar-benar dikagetkan oleh kehadiran seorang lelaki yang baru saja keluar dari kamar tamu. Kamar yang biasanya digunakan oleh Nek Miftah kalau beliau pulang ke rumah ini. Lelaki itu mengenakan celana training dan kaos tipis. Ratu akui dia memang tampan, wajah kebule-buleannya mirip seorang aktor yang sempat Ratu kagumi. Tapi otak Ratu masih berjalan dengan baik saat ini, setampan apapun, tetap saja dia orang asing yang harus dihindari. Ratu mendadak gugup, jantungnya berdebar kencang, tubuhnya gemetaran. "Si-siapa kamu?!" Tidak lupa Ratu menyilangkan kedua lengannya di d**a. "Harusnya saya yang bertanya, siapa kamu?” sahut lelaki itu santai dan malah mengajukan pertanyaan yang sama. "Heh, ini rumah saya. Ngapain kamu di rumah saya?!" Balas Ratu dengan mode ngajak ribut. Dia bahkan tidak terpikir bagaimana kalau lelaki asing ini menyerangnya begitu saja. Berbeda dengan Ratu yang sudah panik setengah mati, lelaki itu justru terlihat santai. Dia tersenyum tipis "Rumah kamu? Setahu saya, ini rumah nenek saya." Dengan mata yang masih menatap pada wajah dan pundak Ratu secara bergantian, hingga dia merasa terintimidasi oleh tatapan itu. "Jaga mata kamu jangan lihat kemana-mana!" Sungguh Ratu tidak tahu harus berbuat apa saat ini, barusan lelaki ini mengatakan nenek saya. Itu artinya? Apa dia salah satu dari cucu Nek Miftah yang akan mewarisi rumah ini? Oh tidak… "Gede juga, ya," ucap lelaki itu lagi, dengan seringai mesumnya, lalu dia menertawakan wajah Ratu yang terlihat semakin panik. Ratu membulatkan mata dan tersadar bahwa saat ini dia sedang berada dalam bahaya. Dengan cepat dia mengambil langkah menuju kamarnya. "Ternyata depan belakang oke juga." Si lelaki asing kembali berkomentar, membuat Ratu semakin geram. Tunggu dulu, bukankah ini termasuk pelecehan secara tidak langsung? Lihat saja, Ratu akan membuat perhitungan padanya. * Ratu Ananda Sahara atau yang akrab disapa Ratu itu, sudah selesai memakai setelan kerjanya. Sebuah kemeja dan rok pendek selutut, serta sebuah blazer berwarna cream juga membalut di butuhnya. Dia masih duduk di hadapan meja rias, setelah memberi riasan tipis-tipis pada wajahnya. Dia terus menatap jam dinding dengan gelisah. Waktu terus berjalan, jika dia tidak berangkat sekarang juga, dia akan terlambat sampai di kantornya. "Bodo amat dengan cowok asing itu. Toh aku duluan tinggal di sini. Tapi, apa benar dia cucu Nek Miftah?" Ratu terus bertanya-tanya. Setelah menguncir rambutnya, dia mengambil tas dan kunci motor maticnya. Ratu tidak peduli lagi, saat ini dia sedang terburu-buru. Urusan dengan lelaki asing itu, akan dia selesaikan nanti saja. Walau sebenarnya dia sangat penasaran tentang mengapa bisa ada lelaki itu di rumah ini, kapan masuknya, dan bagaimana caranya? "Gosong nggak, ya?!" Ratu baru ingat, sebelum dia ke kamar tadi, dia sempat memanggang roti menggunakan toaster alat pemanggang roti. Gara-gara memikirikan si cowok asing, dia jadi lupa dengan rotinya. Dengan langkah tergesa-gesa, dia menuju dapur. Mendapati sebuah pemandangan yang berhasil membuatnya kembali emosi. Lelaki yang sudah melecehkannya dengan kata-kata tadi, sedang duduk di kursi makan dengan santai sambil memegang roti yang sebagian sudah dihabiskan. Tapi dia mendadak curiga dengan roti yang sedang dipegang lelaki itu. Nggak usah peduli. Abaikan, abaikan aja. Hati Ratu berbicara. Ketika dia membuka pemanggang roti, dia tidak menemukan apapun di sana. "Hampir gosong tadi rotinya, ya daripada mubazir mending saya makan." Lelaki itu langsung memasukkan ke dalam mulutnya, seperempat bagian roti panggang yang masih terisisa. Seakan memamerkan pada Ratu bahwa menu sarapan gadis itu sudah berpindah ke perutnya. "Thanks untuk rotinya." Deru napas Ratu seperti naik turun, menahan emosi melihat tingkah lelaki tak tahu diri ini. Setelah menghabiskan rotinya, dia meneguk air putih, melangkah meninggalkan Ratu begitu saja. "Nggak punya etika," umpat Ratu dengan suara pelan. Tapi masih bisa terdengar jelas di telinga lelaki itu "Apa? Kamu bilang apa barusan?" Tanya lelaki itu, mengurungkan niatnya untuk melangkah karena mendengar umpatan dari Ratu, untuknya. "Nggak punya etika, emang benar, kan? Makan makanan orang lain tanpa izin." Tantang Ratu dengan tatapan penuh kebencian. Lelaki di hadapannya masih diam tanpa berkata apapun. Namun, langkahnya semakin dekat menuju padanya. "Nggak cuma itu, kamu juga ngatain bentuk tubuh saya, tadi!" Geram Ratu mengingat kejadian setengah jam lalu. "Walaupun saya makan tanpa izin kamu, tapi saya nggak lupa mengucapkan terima kasih. Dan tadi itu bukan bentuk hinaan, apalagi pelecehan. Itu pujian. Body kamu memang bagus depan belakang." Seringai di wajah lelaki itu semakin menjadi-jadi, matanya kembali tertuju pada salah satu bagian tubuh Ratu. Saking kesalnya, Ratu akhirnya melayangkan telapak tangannya pada pipi halus dan berambut tipis di bagian rahang, milik lelaki tak beretika ini hingga yang ditampar meringis kesakitan. Tatapan kedua netra kecoklatan milik lelaki di hadapannya semakin intens, pergerakannya juga semakin merapat pada Ratu hingga tubuhnya reflek mundur dan berpapasan dengan pintu kulkas yang ada di dapur itu. "Mau ap–" Seperti kehabisan napas, Ratu tidak bisa melanjutkan kata-katanya, karena bibirnya terbungkam oleh sebuah ciuman yang begitu memburu, namun masih terkesan lembut. Mimpi buruk apa Ratu semalam? sampai pagi ini dia harus dicium oleh pria asing yang begitu kurang ajar. Meski mengumpat di dalam hati, Ratu membiarkan lelaki itu melakukannya selama sekitar lima belas detik sebelum akhirnya tendangan melayang ke bagian vital lelaki itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook