bc

(When) See You (Again)

book_age12+
5.1K
FOLLOW
30.5K
READ
love-triangle
friends to lovers
independent
journalists
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Araya Sabila biasa disapa Raya, gadis yang baru lulus Sarjana Sastra dan berkerja sebagai jurnalis.

Saat tugas dilapangan, Raya yang memiliki sikap keras kepala dan berani yang tengah melaporkan berita pengeboman disalah satu pos polisi sekitar Mall Sarinah.

Raya mencoba memberanikan diri, agar trauma masa kecilnya tidak terulang. Raya mengidap trauma jika mendengar desing peluru dan ledakan granat, saat kecil ia mendengar desing peluru dan setelahnya ia mendengar kakaknya dinyatakan meninggal.

Percekcokannya dengan Bimo bermula dari Raya yang melewati garis polisi guna mendapatkan view latar berita yang epic.

Karena kecerobohannya itu, Bimo tidak bisa mentolerir dan terjadilah adu mulut antara Raya dan Bimo.

Rahmad sahabat Raya sedari kecil, selalu ada untuk sekedar mengantar jemput atau menemani Raya ditengah kesibukkannya sebagai Perwira Muda.

Konflik ketiganya semakin rumit saat, Bimo tidak sengaja bertemu Rahmad dan keduanya mengingat masa kecil. Tak sengaja Bimo menyinggung soal keberadaan Raya nya. Gadis kecil tetangganya yang membuatnya enggan pindah dulu. Keengganan Rahmad memberitahu keberadaan Raya.

Selalu berkelit dan mengalihkan pembicaraan.

Sejak saat itu, Raya dan Bimo dekat dan mengenang masa lalu. Ada rasa iri di benak Rahmad, namun tiba-tiba ia mendapatkan tugas dalam membantu mencari teroris yang memasuki wilayah RI.

Tanpa disangka Bimo juga termasuk didalamnya. Pemerintah memerintahkann gabungan TNI-Polri membantu Interpol dalam pencarian teroris yang diduga memasuki kawasan RI.

Raya juga secara kebetulan mendapat tugas diperbatasan guna meliput daerah batas Negeri. Disanalah Bimo dan Rahmad bertemu Raya.

Aksi penyelamatan dan baku tembak tak terhindarkan. Trauma Raya kambuh, bagaimana ia akan gemetar ketakutan ketika mendengar desingan peluru dan granat. Puncaknya Rahmad yang kala itu menerobos ke sarang teroris guna secepatnya menyelamatkan Raya. Namun, naas dirinya harus ditembak saat berhasil menemukan Raya terikat didepan tiang besi.

....

Bagaimana nasib Raya, Bimo dan Rahmad selanjutnya?

Apakah Rahmad meninggal?

Check this out!! Enjoy :)

Cover: edited by Canva

chap-preview
Free preview
Prolog
Pagi yang cerah di sekitar ibu kota Jakarta. Semburat awan putih membumbung menghiasi langit biru. Bukan riuh kicauan burung terdengar namun, dengungan mesin motor, mobil hingga truk muatan beradu di pagi itu hingga melenyapkan suara merdu beberapa burung. Menambah kebisingan pagi yang sudah semrawut. Kebisingan lain juga melanda gadis yang baru mendapatkan gelar Sarjana dan tengah menggeluti profesi wartawannya. Dia sedang bersiap atau lebih tepatnya, terburu-buru menuju lokasi untuk liputan pagi ini. Dengan mandi kilat, memakai parfum dari ujung rambut hingga kaki. Tidak lupa membawa tas make-up. Raya berpikir ia akan menata diri setelah sampai di sana. Dengan secepat kilat tangan Raya sudah sibuk dengan ponselnya, memesan kendaraan online dan di mulutnya menjepit setangkup roti tawar tanpa selai. Pagi ini Raya di tengah lautan kendaraan. Kemacetan terjadi dan kebisingan menambah alunan musik di ibu kota. Salah satunya Raya, gadis yang tengah menumpang ojek online menggerutu dan berdecak kesal dengan kemacetan yang ada. Dirinya harus melakukan siaran langsung pagi ini. Namun, karena kesiangan bangun dirinya hampir terlambat -bukan- tapi sudah sangat terlambat. Dering gawainya terus berbunyi sedari tadi, semakin membuat resah dirinya. Sedangkan lautan kendaraan masih menghadangnya. Nama kontak yang menelponnya terus memenuhi layar ponselnya. Siapa lagi kalau bukan kameramannya, Gio. Dan mau tidak mau Raya akhirnya menggeser layar dan menempelkannya ke telinga kirinya. Baru saja di tempelkan, semprotan sudah ia dengar “Ray, buruan kesini bentar lagi siaran pagi. Gila loe belom sampai jam segini” semprot Gio dengan nada kesal “Iya Bang, lagi otw nih gue!!” kilah Raya yang juga sibuk dengan barang bawaannya “Dari tadi otw, on the wc apa!!” gerutu Gio di sebrang menglun di telinga Raya “Udah gak usah ngomel stand by aja, bentar lagi sampai nih” tukasnya sambil melepaskan ponselnya dan mematikannya langsung “Eh bocah…” Terdengar tut panjang, tanda telepon dimatikan sepihak “Bang*at, pagi-pagi udah nambahin dosa aja tuh bocah” omel Gio mencak-mencak karena sambunganna di matikan sepihak. . Lima belas menit kemudian, Di depan sebuah gedung yang ada di ibu kota. Dengan terburu Raya turun dari motor si ojek online dan langsung berlari menuju kru siarannya. Menerobos orang yang sedang jalan atau gerombolan orang entah sedanga apa. Bahkan teriakan marah juga protes dari beberapa orang yang di tabraknya tidak membuat Raya yang tengah terburu menoleh. Hanya teriakan maaf Sampai di sana pun nafas Raya tersengal juga keadaan rambutnya yang sudah acak-acakan menambah minus Raya pagi ini. Di tambah keadaan Raya yang masih terlihat baru bangun. “Hoshh…hoshh… Bang maaf telat hehe” cengir Raya tanpa merasa bersalah Yang dilapori hanya diam dan menatap datar Raya. Mengabaikan kehadiran Raya dengan sibuk mempersiapkan kameranya, entah mengelap atau men-setting ulang. Raya yang diacuhkan tidak tinggal diam, ide terlintas di otak cantiknya. Segera Raya mengambil bungkusan yang tadi ia beli di jalan. Sebungkus nasi yang niatnya akan ia makan selesai siaran nanti. Namun, sekarang ia butuh untuk senjatanya membujuk Gia. Dengan seringaiannya, Raya mendekati Gio yang sok menyibukkan diri “Tenang gue bawain sarapan nih, belum sarapan kan” bujuk Raya dengan menaik turunkan alisnya -- Rinai hujan sore tidak menyurutkan semangat bocah-bocah yang berlari kejar-kejaran di lapangan. Riuh keceriaan terus terlukis di wajah polos bocah-bocah. Saling mengejar tanpa kenal lelah. Sengatan matahari di kuliat mereka tak di hiraukan lagi. Hanya kecerian juga senyum bahagia yang terpancar “Raya, awas tembakan dari Doni,” pekik suara di dekat Raya memperingati Raya yang kurang fokus, terlambat menyadari datangnya musuh. Segera ia berlari menjauh. Namun, DEERRR DORRR Tawa bahagia riuh terdengar “Bang Ar, ada musuh” sekencang Raya berteriak dan melindungi Arya dari tembakan peluru Doni DOOORRR DEERRR “Akhh, aku tertembak” pekik Raya pura-pura terkena peluru dan jatuh terduduk di tanah "Tenang Ray, abang akan balas musuh kita" ujar Arya dan di dengar Raya. Ia tersenyum menyemangati “Raya keluar” teriak Ana dari saung di pinggir lapangan "Yah, Raya keluar" keluhnya sambil berjalan menuju saung bersama teman-temannya yang sudah menanti Keceriaan sore itu harus berhenti kala, suara menggelegar dengan gagang sapu menghampiri mereka yang sedang bermain. “Rahmad ayo pulang!! Udah sore, lagi juga gerimis ini” pekik ibunya Rahmad dengan wajah garang “Bentar mak, masih seru ini” ucapnya yang masih asyik bermain tanpa mengindahkan perintah ibunya Dengan geram, emak Rahmad mengambil batang kayu didekatnya dan memukulkannya pada asbes yang teronggok di dekat pagar lapangan. TRANGGG TRANGGG Suara yang dihasilkan dari pukulan emak pada asbes cukup membuat atensi Rahmad dan kawan-kawannya yang lain menengok ke arah emak yang berdiri dengan wajah sangar. Mereka otomatis terdiam dan berkumpul menjadi satu. Antara takut dan ngeri. Terutama Rahmad yang sudah mulai berjalan mendekati emaknya tercinta. “Pulang kagak? Gak emak kasih duit jajan loh ya” ancam emak dengan wajah garang “Iye mak, ini balik” jawab Rahmad sambil memunguti sandalnya dan berjalan mendekati emak “Ayo yang lain balik semua, awas masih main!!” ujar emak pada semua anak yang ia ketahui anak tetangga sekitarnya “Ya mak” jawab mereka serentak, patuh “Dadah Bang Rahmad, besok main lagi yaa” teriak Raya sambil berlari menuju rumahnya diikuti teman-temannya yang lain “Oke Ray, besok ye” jawab Rahmad tak kalah dengan teriakan Raya -- TIARAP !!! Pekikan lantang terdengar beradu dengan bisingnya tembakan yang nyaring, melesat di bawah atap gedung pusat perbelanjaan. Hiruk pikuk kepanikan warga sekitar di susul dengan bunyi ledakan bom menambah meriah suasana pagi menjelang siang. “Bang*at” u*****n terdengar dari bibir Bimo saat melihat sebuah timah panas mengenai lengan kanannya “Komandan,…” lirih panik Yuda kala melihat sang komandan tertembak peluru “Fokus, Yud. Saya tidak apa-apa” ujarnya menenangkan anak buahnya juga pada dirinya “Tapi,…” “Udah ayo maju, kita ringkus mereka” ujarnya memotong omongan anak buahnya yang terlihat mengkhawatirkannya Yuda yang mendengar titah sang komandan hanya menghela napas dan mengangguk. Bersiaga dan sedikit merunduk mengikuti Bimo yang berjalan di depan. Semantara itu di luar, “Rabu, 10 Januari terjadi pengeboman di sekitar Sarinah. Melibatkan aparat polisi yang tengah baku tembak dengan terduga teroris peledakan bom, selengkapnya Airis” “Baik, bagaimana kondisi di sekitar saat ini? Raya” “Ya, Airis. Terlihat reruntuhan dan bekas-bekas terbakar juga puing-puing sisa ledakan yang dapat kita lihat bersama” Kamera menyorot keadaan sekitar, kacau dan panik. Terlihat beberapa aparat mengamankan area, menstrerilkan area sekitar dari warga sipil yang hadir. Namun, di pojok di bawah pohon mahoni terlihat penjual nasi yang dikerumuni warga yang mengantre, seolah tidak memperdulikan keadaan sekitar yang mencekam. DOR!! DORR!! DUAARRRR DAKK GRUDAAKKK BRAAAKKKKK “Aaaaaaa!!! Tolonggggg” . . . Holaaa kamuu Salam kenal Terimakasih sudah mampir dan baca cerita ku Semoga suka yaa Di tunggu tap love-nya juga jangan lupa follow akun ku Bedankt :)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.4K
bc

Living with sexy CEO

read
277.6K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
570.0K
bc

Fake Marriage

read
8.4K
bc

MOVE ON

read
94.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook