bc

Tritanian History : A Tale from a Forgotten Land

book_age0+
526
FOLLOW
3.1K
READ
adventure
second chance
royalty/noble
king
queen
tragedy
no-couple
like
intro-logo
Blurb

Archanne punya kedudukan sebagai putri tertinggi di daratan Tritanian dan bertugas untuk melindungi seluruh daratan di dunia fantasi. Ia selalu merasa bahwa dirinya bukan bagian dari tata sistem Tritanian tetapi ia terus mebcoba untuk merasa diterima sampai beberapa kejadian membangunkannya kembali ke kenyataan tempat seharusnya ia berada.

"Singgasana hanya benda simbolik di istana ini dan ayahlah yang duduk disana," Archanne mengangkat gaun birunya sedikit dan melangkah dengan penuh kehati-hatian, langkah kecil yang tidak akan membuatnya jatuh konyol.

"Karena semua orang tahu." Gadis itu memperbaiki posisi mahkota perak yang berhiaskan batuan rubi dan permata biru yang langka diatas kepalanya. Ia memutar badannya, kini ia berdiri diatas panggung yang dikelilingi orang-orang perwakilan dari dataran mereka sendiri.

"Hanya akulah Putri Tertinggi di semua dataran ini."

chap-preview
Free preview
1. White Haired Princess
Hari ini, kerajaan diselimuti dengan salju. Tidak seperti biasanya, salju turun tak hentinya. Gunungan salju ada di setiap sudut kerajaan yang kian lama kian dingin. Seluruh binatang di dataran itu mengadah ke langit yang tadinya biru nan lembut perlahan berubah menjadi putih keabu-abuan. Para penduduk yang dengan seksama mendengarkan dari luar dinding istana berlutut tak percaya dengan nyanyian angin, antara harus senang ataupun sedih. Didalam ruangan yang megah dengan dinding dilapisi emas putih yang berkilauan, menyilaukan dan berdenting karena nyanyian angin yang datang dari celah jendela yang terbuka. Menyanyikan apa yang telah disaksikannya kepada siapa saja yang sudi mendengar. Didalam ruangan itu, hanya ada seorang wanita nan elok berbaring. Diwajahnya terukir senyuman yang menandakan berakhirnya penderitaan yang dibawanya. Atau kebahagian yang tak bisa dijelaskan, semata telah selesai dengan tugas sucinya. Disebelahnya berlutut seorang pria yang memegang erat tangan kanan wanita itu sambil terisak menangis. Dalam diam. Waktu pun enggan berdetik, ikut berduka cita bersama paduka raja mereka. Dari ruangan itu keluar seorang pelayan sambil menimang seorang bayi mungil yang terlelap. Wajah sang pelayan telah basah dengan air mata. Semua orang di luar ruangan terkesiap dari doanya pada dewa. "Sang putri, telah lahir." *** "Nona sedang merangkai mahkota bunga?" Tanya pelayan yang duduk bersama dengan seorang anak berusia sekitar tujuh tahun. Gadis kecil itu menoleh sejenak dengan kedua mata abu-abunya dan mengangguk. "Darimana nona menemukan bunga indah itu?" Tanya pelayannya sambil tetap mengepang rambut gadis itu; sesuai dengan permintaannya. "Kutemukan di taman dekat pelabuhan Haliun." "Nona. Seharusnya Anda tidak boleh kesana. Banyak orang-orang asing berlalu lalang, mereka mungkin tidak mengenal Anda." Kata pelayan itu dengan nada seriusnya, khawatir dengan informasi dari tuannya tadi mungkin hampir mencelakakannya. "Ah tidak kok. Malah aku bertemu dengan Charles. Sangat langka untuk melihatnya turun dari kapal." "Tuan Charles takut laut." "Benar." Pelayan itu menyelesaikan kepangan terakhir dan menempatkan mahkota perak yang mungil di puncak kepala gadis itu. "Anda sudah selesai, nona." "Terimakasih." Katanya sambil turun dari kursi dan berlari menggenggam mahkota perak di kepalanya dan mahkota bunga di tangan yang satunya. "Charles!" Panggil gadis itu sambil bergegas mengikuti seorang anak laki-laki berusia sekitar sembilan tahun. Wajah riang gadis itu menggambarkan kepolosan yang belum tersentuh pengetahuan apapun. "Nona." Charles berhenti melangkah, berbalik dan membungkuk dalam; memberikan hormat kepada tuan putri itu. Archane ikut membungkuk hormat (meskipun salah karena seharusnya seorang lady mengangkat dua sisi gaunnya sedikit dan tersenyum). Charles hanya terkekeh kecil menyaksikan kepolosan gadis kecil, temannya itu. "Anda akan menyaksikan pertandingan kali ini?" Tanya Charles. "Ya, tentu saja! Akhirnya ayah memberikan izin untuk hari ini. Tahun ketujuh! Setelah 6 kali ulang tahun dan enam kali juga aku tidak diperbolehkan melihat sayembara tahunan ini." Gadis kecil itu terlihat sangat antusias dengan hadiah kecil yang diberikan ayahnya. Charles terkekeh lagi sambil menggenggam tangan gadis itu dan mulai kembali berjalan ke arena. Ia tidak berhenti bercerita, sedangkan Charles hanya mendengarkan dengan sabar cerita-cerita ringan gadis disebelahnya itu. Mereka sampai di gerbang depan arena tanding milik kerajaan. Semua orang yang hadir disana segera sadar dengan kehadiran mereka berdua dan membungkukkan badannya memberi hormat. "Nona, silahkan duduk di singgasana." kata seorang pelayan pada gadis kecil itu, sekaligus meminta Charles untuk mengoper genggaman tangannya kepada pelayan itu. Ia mengangguk dan segera menerima genggaman tangab pelayan itu dan mengikutinya ke singgasana yang sedikit lebih kecil daripada singgasana disebelahnya, milik ayahnya. Semua pandangan mata mengikuti gerak-geriknya sampai ke singgasana, kecuali Charles yang sibuk mempersiapkan diri untuk sayembara tahunan untuk memperingati hari besar kerajaan milik gadis yang tadi itu. "Kau semakin dekat saja dengan Archanne." Kata bocah lain yang duduk di sebelah Charles; sama-sama akan mengikuti sayembara. "Mungkin kamu saja yang terlalu sibuk menangkap tikus, William." Kata Charles tanpa sekalipun menatap lawan bicaranya. William hanya tertawa dan memperbaiki posisi mahkota hitamnya. Charles juga ikut dipersembahkan rangkaian mahkota bunga yang terbuat dari emas dan permata; khas kerajannya. Archanne naik ke singgasananya dengan sedikit susah payah, disebelahnya seorang pria menatapnya, menungguinya sampai ia duduk dengan nyaman. Ia mengenakan banyak lencana kehormatan dan mahkota perak, sang raja. Sang raja lalu berdiri, mengangkat kedua tangannya dan berseru, "Dengan ini, pertandingan akan dimulai." suara sang raja bergema keseluruh penjuru. Ia kembali duduk ke singgasananya dan menatap putri yang sangat ia sayangi sedang bertepuk tangan ria sambil tersenyum gembira. Ia tersenyum lembut melihat pemandangan yang sangat menyegarkan itu."Apakh kamu senang, Anne?" tanya ayahnya. Archanne mengangguk sambil terus menatap kepada arena sayembara, masih belum mengalihkan perhatian dari para anak laki-laki dari umur tujuh sampai lima belas tahun mengadu pedang mereka satu persatu. Seketika wajah sang raja menjadi datar dan menghadap kembali ke arena. "Kau tahu Archanne, putriku. Ini adalah hari ulang tahunmu kan?" Archanne mengangguk. "Dalam sejarah Elliens, sebuah sayembara pertarungan menandakan datangnya dua buah kabar berbeda secara bersamaan ketika awal mula pewaris mahkota lahir." kata sang raja menatap langit biru lembut. Gadis itu langsung paham maksud ayahnya dan kembali menatap ayahnua. Di usianya yang masih anak-anak, pikirannya sudah berkembang pesat dan mampu untuk memahami segala hal lebih cepat dari anak yang lainnya. Ia mengingat penjelasan dayang-dayangnya mengenai kabar baik dan kabar buruk ketika ia lahir. Ia lahir, dan ibunya, pemilik mahkota Elliens sebelum dirinya, meninggal. Ia menatap ayahnya, dengan matanya yang berubah biru. "Aku rindu ibu" gumamnya kembali melihat arena tanding. Seketika atmosfer yang dirasakan Archanne berubah menjadi perasaan berkabung. Seakan hal yang mereka lakukan ini adalah upacara peringatan keseratus hari seseorang yang telah meninggal. *** "Tidak bisa diterima! Kerajaan Kehidupan Denveria adalah kerajaan yang tidak boleh kembali mengatur dunia kita!" "Tetapi kerajaan itu semakin kuat, dan mungkin dalam waktu dekat dapat menandingi kekuatan kita! Kita harus segera memulai penyergapan supaya mereka tak berkembang lebih hebat lagi." "Nona Archanne, apa yang harus kita lakukan?" Archanne berhenti menulis di perkamennya lalu mengadah kepada yang bertanya, salah satu dewan kerajaan yang ditunjuk ayahnya dulu. "Ayahku tak mengkehendaki peperangan walaupun seluruh penduduk menyutujui peperangan pun ia akan tetap pada pendiriannya. Itu adalah perjanjian terakhirnya dengan ibuku." "Tetapi nona, kerajaan itu punya masa lalu yang sangat hebat." "Ya. Tentu." "Mereka bisa melakukan apa yang mereka lakukan dulu jika mereka mau." Kata seorang dewan dari ujung berbeda. "Dan itu adalah membawa dunia ini kembali ke zaman kegelapan." Lanjut yang lainnya. "Selama mereka tidak mengirimkan ultimatum, kita tidak akan bergerak. Rapat dibubarkan." *** Archanne terduduk diatas meja dekat jendela besar yang menghadap kearah gerbang masuk istana. Ia berharap bisa melihat ketika gerbang dengan ukiran mawar salju itu terbuka kembali. Semenjak pertandingan peringatan yang ketujuh itu, raja tak pernah memiliki pikiran untuk membuka dan membiarkan para penduduk masuk dan bermain di pekarangan yang sangat-sangat luas, ia bahkan tak pernah menyelenggarakan hal-hal yang menyenangkan lagi, istana nampak terlalu sunyi untuk tempat tinggal untuk ribuan pelayan dan ribuan prajurit. "Nona, anda harus segera bersiap-siap. Siang ini ada pertemuan 4 elemen." seorang pelayan membawakan sarapan ke kamar Archanne. Gadis itu mengangguk dan segera beranjak dari lamunannya yang berlebihan. Toh siang ini gerbang itu akan dibuka kembali. *** Archanne berjalan lambat kearah kerumunan orang banyak yang sedang mengagumi pangeran dan putri yang datang. Dengan dikawal beberapa puluh orang pengawal yang berjalan didepan dan dibelakangnya, ia bisa menerobos dengan cepat. Apalagi karena orang berjalan mundur sambil membungkukkan badan mereka. Ia mampu melihat jelas semua pangeran dan putri terkesiap melihat betapa cantik dan anggunnya dia. Mereka membungkukkan badan mereka padanya. Walau wajahnya kelihatan tenang, ia masih tetap meremas tangannya sendiri dengan keras karena terlalu gugup. Ia berjalan agak cepat melewati semua pangeran dan putri yang datang. Salah satu dari antara mereka adalah ketiga elemen paling kuat di seluruh dataran. Archarian, Vagor, dan Vierith. Archanne duduk diatas singgasananya. Karena hanya dialah perwakilan yang sah untuk mengikuti pertemuan ini. 'Pertemuan 4 Elemen' adalah pertemuan pemimpin dari seluruh penjuru Tritanian. Tapi walaupun banyak sekali perwakilan yang datang, api, air, tanah, dan kehidupan adalah 4 elemen terkuat yang hadir. Archanne melihat satu persatu wajah para hadirin. Ia menemukan wajah orang yang dicarinya. "Bagaimana keadaan kerajaanmu, Jeff?" tanya Archanne sambil meneguk minumannya. "O, tentu saja tidak lebih dingin dari kerajaanmu, Archanne." semua orang terkekeh kecil dengan candaan ringan yang dilontarkan Jeff. Saudaranya, Michael menyikutnya dengan keras, tetapi Jeff tidak menggubris sikutannya. "Maafkan saudaraku, Yang Mulia, ia tak bermaksud meyinggung perasaan Anda." "Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan sikap pangeran kesayangan kita yang datang dari kerajaan indahnya, Vierith." Charles disisi lain meja meneguk anggur dari cawannya sambil mendelik kearah Jeff dan Michael. Jeff segera mempelototi Charles seperti anak-anak yang merasa daerah kekuasannya sedang terancam.  Tapi Charles malah tersenyum dan melambaikan tangannya kepada pangeran itu. "Kurasa Pangeran Kerajaan Api tidak suka denganku, Tuan Putri."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Rujuk

read
907.8K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
660.7K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.4K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook