bc

SANG PEMBELA

book_age18+
299
FOLLOW
2.2K
READ
HE
arrogant
boss
mafia
twisted
icy
ambitious
male lead
like
intro-logo
Blurb

Alexandro Harvest merupakan mafia terkenal dan terkaya di Eropa. Dia tampan, namun licik sejak trauma masa lalu menimpanya. Ketampanan Alexandro membuatnya dipuja banyak wanita dan tak peduli meski dia pria playboy. Hampir semua wanita rela membuka kaki untuk Alexandro, tapi tidak dengan penyidik cantik yang kebetulan hadir di pesta malam itu.

Wanita itu adalah Ellena Stein, si penyidik bertubuh seksi dan berwajah lembut. Impiannya menjadi dokter terpaksa kandas karena masalah yang dihadapi oleh keluarga Ellena. Alhasil, Ellena pun harus mengubur impian dan menjadi penyidik yang ternyata membuatnya terjerumus dengan Alexandro.

"Kau harus menjadi pacarku jika ingin selamat, Ellena."

"Aku tidak mau!"

Akankah Alexandro mampu meluluhkan hati Ellena yang sekeras batu? Maukah Ellena menerima Alexandro demi menyelamatkan nyawanya?

chap-preview
Free preview
Sosok Yang Menantang.
Di sebuah ruangan kerja yang di atas mejanya terdapat beberapa berkas dan latar belakang pemandangan kota yang dipenuhi gedung-gedung tinggi dengan langit musim panas yang cerah, sosok Alexandro kini sedang berkutat dengan sebuah koran baru yang tayang hari ini. Wajahnya bahkan terlihat tampan dan mempesona meski pria itu sedang marah. Merasa tak senang dengan apa yang dilihatnya, Alexandro pun segera meraih ponsel untuk menghubungi seseorang. "Kenapa beritanya seperti ini, hah?" pekiknya begitu panggilan terhubung. "Maaf, Bos. Kami juga tidak tahu. Menurut kabar, tadi pagi ada seorang penyidik yang telah memberikan keterangan pada media tentang kasus kematian nona Gladis. Katanya kematian itu murni karena dibunuh. Jadi besar kemungkinan para anggota polisi itu akan memeriksa orang-orang yang terkait mengenai kasus kematian nona Gladis termasuk Anda, Bos." "Apa?! Siapa penyidik itu? Apa dia sudah bosan hidup di dunia ini, hah?" geram pria yang bernama lengkap Alexandro Harvest. "Tadi kami sudah melacak dan mencari tahu datanya, Bos. Penyidik itu bernama Ellena Stein. Dia anggota polisi baru yang bertugas di kantor kepolisian New York." Alexandro menyipitkan matanya. "Ellena Stein," lirihnya, "Jadi dia seorang perempuan," Alex berdecak, "Bukan sesuatu yang kebetulan, memang. Baru kali ini ada seorang wanita yang berani menantangku. Sekarang kalian cari di mana wanita itu tinggal dan siapa dia sebenarnya. Berani sekali dia menantangku." "Baik, Boss!" Tut! Tut! Alexandro memutuskan panggilannya. Dengan kasar ia menaruh ponselnya lagi di atas meja. Matanya kini kembali menatap koran yang memuat semua berita tentang keterkaitannya mengenai kematian Gladis Robbie, gadis cantik yang notabene adalah tunangannya. Kesal dengan semua berita-berita itu, pria yang sering dipanggil Alex itu kembali meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang. Dengan wajah garang ia menempelkan ponselnya ke telinga. "Suruh mereka menghapus namaku di berita itu. Jika mereka tidak mau, ancam mereka sampai mereka mau menghapus namaku." "Baik, Bos." Tut! Tut! Alexandro memutuskan panggilannya kemudian berdiri di depan kaca untuk menatap indahnya pemandangan kota. Dengan tangan berada di saku celana dan sorot mata abu-abu yang tajam ia berkata dalam hati, "Ellena Stein ... Aku tak peduli meski kau seorang perempuan. Karena kau sudah berani mengusik kehidupanku, maka kau pun harus menerima resikonya." Di sisi lain Ellena berjalan kaki sambil tersenyum saat udara sejuk di pagi hari menerpa wajahnya yang cantik. Rambutnya yang cokelat itu tergerai lembut saat terkena angin. Namun kebahagiaan di wajah Ellena itu sesaat lenyap begitu sebuah mobil sedan tak sengaja menyerangnya dari belakang. Karena menghindar agar mobil itu tidak menabraknya, Ellena menepi dan kakinya tersandung mengenai trotoar hingga terjatuh. "Aaaww!" Lututnya lecet terkena tembok. Karena rok yang ia kenakan terlalu ketat, Ellena sulit untuk mengendalikan tubuhnya hingga akhirnya terjatuh. Lututnya pun terluka dan berdarah. "Dasar orang buta!" pekiknya ke arah mobil itu. Tak berapa lama mobil itu berhenti dan pengemudinya keluar untuk membukakan pintu di bagian belakang. Terlihat sosok pria keluar dari bangku kemudi. Tubuhnya yang kekar terbalutkan setelan jas berwarna hitam. Rambutnya yang gelap terlihat berantakan seakan tidak di sisir. Dan ketika pria itu berbalik, Ellena hampir saja pingsan. Lelaki itu sangat tampan dengan mata abu-abu yang indah dengan rahang tegas berjambang meski mimik wajahnya datar. Perlahan pria itu mendekati Ellena dan berdiri tepat di hadapan gadis itu. "Kalau jalan pakai mata, Nona! Apa kau tidak sadar kalau dirimu berjalan bukan pada tempatnya? Atau jangan-jangan kau mabuk?" Mata Ellena melotot karena kesal. Ia bahkan sangat mengenali sosok pria yang ada di hadapannya itu. "Kau yang hampir menyenggolku, Tuan. Harusnya kaulah yang menyuruh supirmu agar menyetir pakai mata. Aku berjalan sesuai dengan tempatku. Supirmu saja yang mengendarai mobil tidak benar." Pria itu semakin mendekat hingga jarak tubuhnya dan Ellena nyaris menempel. "Benarkah? Lalu apa maumu?" "Tanggung jawab!" balas Ellena, "Kau sudah membuat lututku lecet." Pria itu menyipitkan matanya. "Kalau aku tidak mau kenapa?" "Kau harus mau! Kalau tidak aku___" "Aku apa?" sergah pria itu cepat. Ia mengulurkan tangan untuk berjabat, "Perkenalkan, namaku Alexandro Harvest." Ellena tak menggubris. Ia hanya diam berdiri sambil menatap pria itu. "Baiklah, Nona. Tapi jika kau ingin aku bertanggung jawab, oke. Aku akan bertanggung jawab, tapi ...," Alex semakin mendekatkan tubuhnya lalu berbisik, "Aku akan bertanggung jawab jika kau berhasil mengandung anakku." Emosi Ellena meledak. "Dasar buaya!" pekiknya sambil mengarahkan tas salempangnya untuk memukul Alexandro, "Kau pikir aku apa, hah?" Lelaki itu merampas tas Ellena dan membuangnya ke tengah jalan. Emosi Ellena pun semakin meluap. Mau tidak mau ia pun harus mengambil tas itu agar tidak dilindas mobil lain. Dan saat itu hendak berbalik, mobil Alexandro ternyata sudah tidak ada. "Dasar buaya! Awas kau Alex. Lihat saja apa yang akan kulakukan. Aku tak peduli sebesar apa kau menguasai kota ini, pokoknya kau harus diberi pelajaran!" Ellena pun merapikan dirinya yang sedikit berantakan kemudian berjalan menuju kantornya. Dan hanya memakan waktu beberapa menit saja, kini ia sudah tiba di gedung kepolisian New York. "Selamat pagi," sapanya begitu memasuki ruangan dengan wajah ceria dan senyum yang menawan. Dilihatnya semua rekan polisi sedang berkumpul di satu meja dan balas menatapnya. "Pagi, Ellena. Syukurlah kau sudah datang," balas salah seorang polisi laki-laki yang merupakan atasan Ellena, "Kau masuk dalam tim penyelidikan kasus kematian Gladis Robbie, Elle." "A-aku? Kenapa harus aku?" Lelaki yang bernama lengkap Jonathan Prins itu menjelaskan, "Kau sepahaman dengan kami. Dari bukti-bukti yang kami minta kemarin, tim kami tidak mendapatkan rekaman cctv yang mengarah ke TKP. Tapi di sana mereka menemukan rambut yang berjatuhan dari depan pintu kamar korban hingga kamar mandi. Dugaan bahwa sang korban hendak melawan saat tubuhnya diseret sebelum digantung hingga tewas adalah benar. Hanya saja aku merasa ada yang aneh soal si pembunuh sampai bisa tak terlacak, padahal semua cctv waktu itu sedang aktif." "Aku rasa dugaanmu terhadap Alexandro juga benar, Elle," tamba Inezh selaku penyidik senior, "Di balik kasus ini pasti ada orang yang berkuasa, sehingga dia mampu mempengaruhi bukti-bukti yang ada. Sebab kalau tidak, mana mungkin orang itu bisa memanipulasi keadaan hingga mempersulit kita untuk mengumpulkan bukti-bukti itu." "Benar," Jonathan menambahkan," Besok ada pesta yang nanti akan diadakan oleh salah satu pengusaha terkaya di kota ini. Aku juga mendapat bocoran bahwa Alexandro Harvest akan hadir di acara itu. Jadi ini kesempatan kita untuk mengorek informasi darinya." Semua rekan-rekan polisi itu menatap Ellena dengan wajah menggoda. "Ada apa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?" kata Ellena. Inezh merangkul tubuh Ellena. "Karena kau sudah menarik perhatian Alexandro lewat media, ada baiknya kalau kaulah yang akan mendekatinya untuk mengorek informasi tersebut. Kau dan Jonathan akan menyamar dan menyelidiki Alexandro di pesta itu." "Benar," kata Jonathan sambil tersenyum, "Kau tidak keberatan kan, Ellena?" Continued__

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook