bc

SKIDAMARINK

book_age16+
378
FOLLOW
2.2K
READ
HE
others
comedy
sweet
bxg
humorous
city
slice of life
twink
office lady
like
intro-logo
Blurb

Biasanya kisah romantis dimulai dari gadis biasa yang ketemu sama CEO tampan dan kaya raya, kombinasi sempurna untuk merebut hati wanita, lalu hidup bahagia selamanya. Tapi, kisah ini dimulai dengan seorang wanita karir yang garis hidupnya bersinggungan dengan seorang office boy. Jennie Clayrine, seorang wanita dengan karier cemerlang, wajah cantik dan populer yang membuat banyak orang iri, tapi balik kesempurnaannya di mata orang-orang, Jennie menyembunyikan sebuah rahasia kepahitan dalam hidupnya, yang membuatnya kapok jatuh cinta. Hingga suatu hari, pertemuan dan interaksinya dengan Beha, seorang office boy yang nggak pernah diperhitungkannya menyeret Jennie dalam babak baru kehidupan. Apakah kisah mereka akan berakhir bahagia, ataukah seorang office boy tidak akan pernah mampu menyanding wanita berkarier cemerlang? Bagaimana menurutmu?

chap-preview
Free preview
1. Officeboy Berwajah Boyband
"Dia itu imut lho...," ucap Sherly pada Lisa. "Masa lo ga liat sih, mukanya dia tuh bahkan bisa ngegeser ketampanan boyband Splash!" Sherly menambahkan dengan kelebayan yang menggebu-gebu. "Ya tapi masa lo mau ngegebet ob?" sahut Lisa, memutar matanya, meremehkan puja puji Sherly pada sosok tampan yang digadang bisa nyaingin ketampanan member boyband Splash yang lagi naik daun. "Buat cuci mata aja nggak apa-apa kali, mayan buat pemandangan...," balas Sherly lagi. "Cuci mata pake boorwater noh! Lagian lo, kalau liat cowok bening dikit aja langsung deh sinyal kuat, nggak kapok apa lo, kemarin macarin anak SMA, udahlah lo diporotin ama tuh bocah, masih dimaki-maki sama emaknya dibilang pedofil." "Nah bener, dengerin kek Sher...." Suzy menambahkan. "Cowok cakep buat pemandangan juga buat apa gitu? Mending juga liat pemandangan alam ketimbang liat muka cakep cakep level d**a tiarap gitu, tapi bikin kere." "Ngomongin siapa sih?" tanya Jennie ingin tahu saat melewati teman-temannya yang sedang mengobrol heboh di ruangan HRD, yang merupakan ruangan Lisa. "Kita lagi ngomongin ob...hehehe," jawab Sherly dengan tawa centilnya yang khas. "Ob? Maksudnya?" tanya Jennie tidak mengerti. "Office boy, J," jelas Suzy. "....?" Jennie masih tidak bisa mengerti. Iya, dia tahu OB adalah singkatan dari office boy, tapi ada apa dengan office boy sampai dibicarakan demikian heboh oleh Lisa, Suzy dan Sherly. "Lo tahu kan Beha? si ob yang suka dititipin makan siang?" ucap Lisa.  Jennie mengangguk. Dia tahu si office boy yang disebut Lisa, orangnya kalem dan mukanya emang cukup manis. "Menurut lo dia imut nggak? dia itu cakep, gemesin gimana gitu nggak sih?" tanya Sherly dengan semangat. "Ya cakep sih cakep, tapi please deh, hari gini masa gebetan lo OB? nggak banget Sher!" cela Suzy sambil melipat tangannya di depan d**a. Tatap mata Suzy seolah mengkritik habis Sherly yang selalu terpesona oleh sebuah ketampanan pria meski berakhir dengan nestapa. "Tapi tetep aja Suz, lo ngakuin juga kan kalo aa' Beha itu manis, kaya permen cup a cup,  imut-imut lagi. Dia tuh kayak bukan OB biasa gitu, tapi OB special!" "OB special pake keju?apa pake telor?" celetuk Lisa yang membuat Jennie dan Suzy tertawa. "Eim, pake keju, pake coklat, pake madu, manis gurihnya tumpah-tumpah! Tambahin lagi dah telor dua biji, puas lo?" balas Sherly, masih memuja seorang OB bernama Beha. "Lagian ya, kalian lihat nggak sih? Beha itu kulitnya bagus banget, glowing, shinning, shimmering, kayak rutin pake skincare." "Ah, lo emang pemuja Beha sih, jadi kulit biasa aja dibilang bagus banget," cibir Suzy. "Seriusan Suz, coba deh lo liat kalo dia lagi nganterin minum buat lo." "Eh tapi iya sih menurut gue, kulit Beha emang bagus, kayak kulit sehat, mending dia ikut casting aja, menurut gue mukanya dia mendukung jadi artis," ucap Lisa. "Mayan kan jafi artis pendukung sinetron gitu, mana tau laris dan lama-lama jadi bintang utama." "Tuh kan, Lisa aja bilang kulit Beha bagus." Jennie menggelengkan kepalanya mendengar percakapan sekaligus perdebatan tentang Beha si OB. "Itu orang apa pakaian dalem sih?"tanya Jennie geli karena menurutnya panggilan Beha sangat aneh. "Ya orang lah Je," jawab Lisa. "Lo masa belom pernah ketemu si Beha?dia kayaknya nganter minum buat semua karyawan di lantai dua belas kayaknya." Jennie mengedikkan bahunya, di tidak berminat dengan percakapan pembahasan soal OB bernama Beha karena ia masih harus mengejar target marketing bulan ini yang masih kurang. "Gue masih banyak kerjaan nih, ciao!" Jennie pamit meninggalkan teman-temannya yang masih seru membicarakan sosok Beha, ia kembali ke ruangannya dan menghempaskan tubuhnya ke kursi. Jennie duduk di depan komputer di meja kerjanya, hendak memulai pekerjaannya yang masih menumpuk, tapi, entah bagaimana ia justru terpengaruh oleh percakapan teman-temannya yang membahas soal Beha si office boy. Jennie tahu, Beha si OB itu memiliki wajah yang cukup tampan dan terkesan imut, dan  orangnya perhatian, atau mungkin memang itu jobdesk dia, memastikan semua karyawan mendapatkan asupan makanan dan minuman yang cukup dan membantu membelikan segala t***k bengek yang diminta karyawan. Tapi Jennie ingat, Beha beda dengan office boy yang lain. Kadang, tanpa disuruh, Beha mengantarkan minuman hangat saat cuaca buruk dan hujan deras untuk Jennie dan hal itu Jennie rasa cukup membantu semangatnya tetap terjaga untuk mengerjakan setumpuk pekerjaan kantor. Jennie teringat pertama kali bertemu Beha saat ia pindah ke kantor ini. Semula, Jennie bekerja di kantor cabang, tapi kemudian dimutasi dan pindah ke kantor pusat. Saat Jennie masuk ke gedung ini di hari pertamanya bekerja, Beha sedang membersihkan lantai, dan saat ia melihat Jennie masuk ke gedung, Beha tampak tidak bisa lepas menatap Jennie, lalu seolah semua menjadi gerakan slow motion dengan taburan confetti seperti di film-film. Seolah-olah saat mata Jennie bertemu mata Beha, udara segar masuk paru-paru Beha, meski mungkin bukan lagi jamannya romantis-romantisan seperti ABG umur belasan. Jennie masih ingat bahwa mereka sempat saling menatap, dan ia sebagai orang baru di kantor pusat, ia berusaha bersikap sopan kepada semua orang, tidak terkecuali pada office boy sekalipun. Jennie melontarkan senyum pada Beha yang menyingkir saat Jennie lewat agar langkah Jennie tidak terganggu peralatan pembersih lantai dan safety cone yang memperingatkan setiap orang yang lewat bahwa lantai dalam keadaan basah dan licin. Saat itu, Beha membalas senyumannya, dan membuat wajah Beha nampak semakin manis. "Kok gue malah jadi mikirin Beha sih!" gerutu Jennie, merasa aneh dengan dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepalanya gusar dan meneruskan pekerjaannya yang menumpuk. Tidak lama kemudian, ponsel Jennie berdering, menampilkan nama Lisa. Jennie mengangkat telpon dari Lisa tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer. "Apa?" tanya Jennie. "J, ntar malem clubbing yuk," ajak Lisa. "Di mana?" "X2." "Hm...kerjaan gue banyak nih." "Halah, kan pak Chandra naksir lo, ga bakalan dimarahin lo sama dia, walo kerjaan lo nggak selesai." "Ish! Ngarang, mana ada Chandra naksir gue, yang ada gue bakalan diomelin gara-gara kerjaan ga selesai, dia kan galak kalau masalah kerjaan." "Galak-galak tapi lo suka kan? Ganteng gitu dia," kata Lisa usil. "Enggak ya, bukan tipe gue dia." "Ah masa sih? mayan lho kalau dapetin dia, seengaknya lo auto jadi nyonya direktur." "Sorry, enggak minat." "Kok bisa sih lo ga minat sama Pak Chandra yang cakep, kaya, pokoknya high quality gitu? Pak Chandra tuh tipe CEO-CEO idaman para wanita. Gue jamin banyak cewek rela botak buat dapetin pak Chandra, lo malah ogah? Ga beres otak lo," rewel Lisa. "Ya udah, kalau gitu gue aja deh yang prospek cinta pak Chandra." Lisa meneruskan omongannya. "Silahkan," balas Jennie. "Ya udah nanti jam delapan abis selesai kantor, gue ikut deh," ucap Jennie lagi sebelum Lisa mulai membahas lagi soal Archandra Wistara, direktur mereka. "Nah, gitu dong sayang," balas Lisa senang dan ia menutup panggilan telpon. Jennie menghela nafas, akhirnya ia menyetujui ajakan Lisa untuk pergi ke club malam. Ia merasa perlu untuk refreshing, tiga bulan di kantor baru ini, Jennie hampir tidak pernah refreshing karena sibuk mengakomodasi nasabah besar. Pekerjaan di kantor pusat lebih banyak dan lebih menyita waktunya sebagai account officer. Jennie tidak ingin berlama-lama di posisi AO ini, ia ingin segera pindah posisi dan satu-satunya jalan agar ia bisa pindah unit kerja adalah dengan menunjukkan performa kerja yang bagus. Kalau performa kerjanya bagus kemungkinan Jennie akan direkomendasikan untuk menempati posisi yang lebih tinggi lagi. Tok tok tok. Terdengar suara pintu diketuk saat Jennie menyelesaikan lembar terakhir analisa kredit perusahaan pakan ternak yang sedang dikerjakannya. "Ya...?" jawab Jennie tanpa mengalihkan pandangan dari berkas yang dikerjakannya. "Hm...bu Jennie, mau makan siang apa? Sudah jam tiga sore dan bu Jennie belum makan siang." Sebuah suara menyapa Jennie dan membuatnya mengangkat wajah, memberi atensi pada seseorang yang mengajaknya bicara. Jennie sempat melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, dan ternyata benar, saat ini sudah jam tiga sore, ia melewatkan makan siang karena terlalu sibuk mengerjakan analis kredit yang menumpuk. Sebuah perasaan aneh menyapa Jennie, karena selama bertahun-tahun ia bekerja sebagai b***k korporat, baru kali ini ada orang yang peduli padanya, mengingatkannya untuk makan karena ia melewatkan makan siang. Jennie menatap Beha yang berdiri di pintu, menunggu Jennie memberi perintah untuk membawakan menu makan siang sesuai yang diinginkannya, Beha si OB yang tadi menjadi objek perbincangan teman-temannya. Beha yang menurut Sherly imut dan cute, membuat Jennie tanpa sadar mengamati Beha yang ada di hadapannya. Setelah menatap lebih teliti, Jennie merasa wajah Beha memang imut dan cute, mungkin jika seragam biru yang dipakainya diganti dengan jas, Beha bisa jadi kandidat CEO yang dikejar-kejar banyak perempuan. "Bu Jennie?" Beha memanggil Jennie dan membuat perempuan itu tersadar dari tatapannya yang sedari tadi menatap Beha. "Eh? Iya...," balas Jennie sambil mengerjapkan mata, merasa malu dan tidak enak hati karena ketahuan menatap Beha. "Ke...kenapa ya?" tanya Jennie lagi, yang membuat Jennie merasa malu atas pertanyaannya. Jelas-jelas Beha menanyakan soal makan siang dan Jennie masih bertanya lagi. Memalukan. "Mau pesen makan siang?" tanya Beha. "Hmm...nggak usah deh mas. Bentar lagi aku ke tempat nasabah kok, ntar sekalian makan siang di jalan aja," terang Jennie. "Oh, ya udah kalau gitu, saya permisi bu," balas Beha sopan. "Iya mas. Eh! mas!" Jennie memanggil Beha sebelum pria itu meninggalkan ruangannya. "Iya bu?" "Makasih ya...udah...nawarin makan." "Sama-sama, bu," jawab Beha kalem. "Permisi." Pria itu sedikit membungkuk dan keluar dari ruangan Jennie. Jennie memandang pintu ruangannya yang tertutup setelah sosok Beha menghilang di baliknya. Ada rasa aneh datang setelah Beha mengingatkan Jennie untuk makan siang dan menawarkan untuk membawakan makan siang sesuai selera Jennie. Jennie merasa ia diperhatikan, meski, Jennie tahu mungkin Beha hanya menjalankan tugasnya, tapi tetap saja, perhatian kecil Beha itu membuat Jennie merasa hatinya hangat. *** Suasana X2 sangat meriah, musik berdentum-dentum memekakkan telinga, sementara ruangan penuh dengan manusia-manusia berjoget penuh semangat di setiap sudut mengikuti irama. Jennie, Lisa, Sherly dan Suzy duduk di depan bartender, masing-masing memesan minuman favorit mereka. "Turun yuk!" ajak Sherly, mengajak teman-temannya ke lantai dansa. "Yuk!" sahut ketiganya semangat. Keempat gadis itu berjoget dengan semangat dan tertawa-tawa, sambil mengedarkan pandangan, siapa tahu ada pria tampan dan mapan yang bisa diajak kenalan. Biasanya, X2 adalah tempat para pekerja kantoran melepas penat dan mereka yang mampir di X2 biasanya memiliki posisi lumayan di kantor dengan gaji dua digit, selevel dengan mereka. "Eh, coba kalau Beha itu bukan OB, ketemu dia di sini, gue bakalan langsung ngajak kenalan," ucap Sherly di tengah keasyikan mereka berjoget. "Lo naksir Beha apa gimana sih Sher? Beha mulu dibahas!" keluh Suzy. "Ya mukanya tuh imut ganteng gitu, kayak artis Korea tauk! Oppa kiyowo saranghae...," seru Sherly heboh. "Ya udah Sher, embat aja dah si Beha! tapi kalau lo mau modalin sih ya, secara dia kan cuma OB," ucap Lisa menanggapi Sherly. "Dih, siapa tahu dia bukan OB biasa?" Sherly kukuh membela Beha. "Bukan OB biasa tuh yang kayak apa? bisa berubah jadi ranger pink?" Suzy menertawakan Sherly. "Udah lah Sher, mau secakep apapun tuh cowok, kalau nggak ada duitnya, hempas aja, pahit eim," tambahnya lagi. "Kalau Sherly mah kere nggak apa-apa yang penting ganteng," ledek Lisa. "Udah biasa dia diporotin cowok kere." Lisa terkikik meledek Sherly. "Yeu, emang kenapa? suka-suka gue lah. Ya nggak J? eh J kenapa lo diem? sariawan?" tanya Sherly saat menyadari Jennie hanya mendengarkan percakapan mereka tanpa menanggapi. "Nggak, gue cuma nggak denger kalian ngomong apa, suara musiknya kenceng banget!" balas Jennie, padahal ia sebenarnya mendengar semua percakapan teman-temannya, tapi memang malas menanggapi. Mereka berempat terus bergerak rancak mengikuti irama hype lagu yang diputar DJ hingga seorang pria tinggi mendekati mereka. "Halo, girls, have some fun?" sapa pria itu pada keempat perempuan yang sedang berjoget di lantai dansa. "Eh...pak Chandra...," sapa Lisa penuh keramahan pada sosok yang menghampiri mereka. "Sama siapa pak?" tanya Lisa lagi, sambil mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang kira-kira datang bersama Chandra. Ia tidak menyangka sosok direktur tampan di kantornya juga suka berkeliaran di tempat clubbing. "Sama temen. Kalian sering ke sini?" tanya Chandra lagi. Archandra Wiryawan adalah direktur pemasaran yang menjadi atasan Jennie di kantor. Pria yang disebut tampan, kaya dan high quality oleh Lisa, tapi disebut galak oleh Jennie. "Nggak sering sih, Pak. Bapak sering ya ke sini?" tanya Sherly centil. "Sama temen apa temen nih Pak? Sama pacar ya Pak?" tanya Sherly, kepo. "Nggak, saya datang ama temen cowok kok. Tuh mereka." Chandra menunjuk beberapa pria yang sedang mengobrol dan tertawa di sudut ruangan dengan dagunya. Sherly, Lisa dan Suzy asyik mencari perhatian Chandra, siapa tahu direktur muda ini bisa dijadikan calon suami, karena secara fisik dan finansial, Chandra memang sangat menjanjikan, tapi semua kualitas pada diri Chandra tidak membuat Jennie betah berdekatan dengan Chandra seperti ketiga temannya. Jennie malah segera menjauh dari obrolan ketiga temannya dengan Chandra. Jennie tidak terlalu menyukai Chandra, tidak saja karena Chandra sangat over disiplin soal pekerjaan tapi juga karena masa lalu dirinya dan Chandra. Jennie bekerja keras agar ia bisa segera pindah divisi kerja, agar tidak terlalu sering bertemu Chandra. Jujur saja, jika bukan karena uang, dia enggan bertemu Chandra dan bekerja bersama Chandra. Jennie meninggalkan lantai dansa, kembali ke kursi tinggi di depan bartender dan memesan tequila. Jennie jarang minum tequila, tapi malam ini ia ingin mencoba varian minuman itu. Saat tequila diantar bartender, seseorang duduk di sebelah Jennie. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook