bc

JIKA KAU JADI ISTRIKU

book_age0+
2.8K
FOLLOW
32.8K
READ
love after marriage
sadistic
arrogant
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

21+

[ KONTEN DEWASA. PRIVAT CHAPTER ]

Karena hutang yang semakin menumpuk Niki harus merelakan istrinya, Sisi untuk menikah lagi dengan seorang konglomerat.

Untuk melunasi semua hutangnya Sisi rela membagi tubuhnya dengan orang yang sama sekali tak di cintainya. Semua demi Niki.

Aldigo Fahrezi, konglomerat berhati dingin dan suka seenaknya sendiri. Merasa berkuasa karena memiliki segalanya. Tapi hanya satu yang tidak bisa Ia beli selama hidupnya. Kebahagiaan.

Kehadiran Sisi dalam kehidupannya perlahan merubah semua persepsi Digo tentang cinta. Cinta itu tulus dan hangat bukan kejam dan egois.

*Aldigo Fahrezi

*Prisi Revalina

*Niki Abimanyu

chap-preview
Free preview
JKJI 1
*** Di dalam ruangan Rumah Sakit tampak berbeda. Ruangan itu terlihat sedikit ramai. Tidak seperti kamar lain yang tenang dan sepi. Beberapa orang tampak berlalu. Satu suster dipindahkan sambil membawa Al-Qur'an di dekapannya. Satu lagi yang membawa perlengkapan perlengkapan shalat. Lalu tak lama kemudian seorang wanita setengah baya tampak menuntun seorang gadis cantik membuka ruangan rawat inap. Gadis itu tersenyum manis. Lesung di bawah ini menunjukkan begitu kentara dan menambah kesan diutamakan. Langkah berdua menghampiri seorang pria yang terlihat terbaring di atas ranjang rumah sakit. Laki-laki itu tersenyum menyambut pengantinnya. Ya Mereka akan melangsungkan pernikahan. Di dalam kamar sebuah Rumah Sakit. Di sebelah kanan laki-laki itu berdiri di penghulu yang siap menikahkan mereka. "Lepaskan. Karena semuanya sudah siap. Apa yang bisa kita mulai sekarang?" Penghulu itu melebarkan pandangannya, memandang satu persatu orang-orang yang ada di dalam ruangan itu. "Sudah Pak Penghulu. Silakan di mulai." sahut seorang wanita yang berdiri jauh dari si gadis. "Dikembalikan. Mari jabat tangan saya. Saya nikahkan dan kawinkan ditunda Niki Abimanyu bin Wijaya Putra dengan Ananda Prisi Revalina binti Revan dengan mas kawin seperangkat alat shalat Al-Qur'an di bayar tunai!". "Saya --- terima nikahnya Prisi Revalina Binti Revan dengan mas kawin tersebut tunai." sahut laki-laki yang bernama Niki itu. "Sah?" tanya penghulu sambil mengedarkan pandangannya. "SAH." "Alhamdulillah." Selesai membaca doa beberapa saksi termasuk suster dan Dokter tampak menyalami pengantin baru. "Selamat ya. Semoga hidup rukun." "Selamat ya. Semoga cepet dapet momongan." "Selamat ya. Semoga Sakinah Mawadah Warohmah." "Selamat ya. Semoga sampe kakek nenek." "Selamat ya sayang. Mama berdoa semoga rumah tangga kamu penuhi dengan kebahagiaan. Sehat wal afiat. Banyak rejekinya dan semua kebaikan untuk kalian berdua." Sisi, sapaan akrab Prisi tampak memeluk wanita di panggil. "Aamiin. Makasih ya Ma buat doanya." sahutnya seraya mengurai pelukannya. "Sama-sama sayang. Mama mau keluar sebentar ya." Sisi mengangguk dan biarkan Lani, Miarkan saja mereka berdua. Setelah yakin sosok Lani menghilang dari pandangannya, mata Sisi beralih menatap laki-laki yang baru saja menikah disetujui. Sisi tampak tersenyum sumringah. Beda dengan Niki yang hanya tersenyum tipis. Sisi mendekat ke ranjang Niki, meraih tangan Niki dan mencium punggung dikembalikan. "Seharusnya kamu nggak perlu lakuin ini, Si," gumam Niki lirih. "Kamu bisa bahagia di luar sana tanpa harus suka ini." "Bahagiaku bersamamu, Nik. Aku tidak mungkin bisa tersenyum tanpa kamu di sampingku." Niki terdiam. Matanya berbicara setiap inci Wajah Sisi, berbicara. Tangannya terulur menghadap wajah mulus milik Nan Putih. "Nggak ada yang bisa kamu harapkan dari aku." Sisi menggeleng pelan. "Harapanku hanya satu. Bersamamu." Sahut Sisi sambil menggenggam jemari Niki yang menyusuri dialog. Senyum Niki mengembang melalui airmata yang melewati kedua pelipisnya. "Aku akan selalu di sini. Kita akan hadapi ini bersama. Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan umatNya. Yakin dan sabar menerima kuncinya." Tangan Niki meraih sisi sisi dan menariknya perlahan. Sisi kecurangan lembut mendarat di Sisi. "Semoga aku bisa menjadi Imam yang bisa membuat keluarga kita." Sisi tersenyum dan langsung memeluk Niki. Tak ada yang tau, kapan saja maut akan menjemput Niki. Baik Sisi maupun Niki sangat takut akan hal itu. Hal yang membuat mereka berpisah. Suatu saat nanti. *** Malam pertama bagi mereka. Bukan di kamar pengantin melainkan hotel. Hanya di dalam kamar rawat inap Rumah Sakit. Sisi masih saja menekur di kursinya sementara mata Niki sudah terpejam sejak beberapa jam yang lalu. Mata sayu Sisi menatap wajah pucat Niki. Tanpa sadar airmatanya mengalir. Sisi dengan cepat menyekanya. Sisi menoleh cepat ke Arah daun pintu saat seseorang membukanya. Dengan punggung dikembalikan, Sisi menyeka kedua pipinya yang basah. "Kok nggak tidur sayang?" tanya Lani yang baru masuk dan menghampiri Sisi yang duduk di sebelah tempat tidur Niki. Sisi tersenyum tipis dan menggeleng pelan. Lani bisa melihat pancaran kesedihan di dalam Mata Sisi. Hari ini harusnya bukan airmata yang menghiasi wajah Sisi, disambut senyum kebahagiaan. Tapi bagaimana mungkin sisi tersenyum jika Niki, pulih terbaring lemah di sini. Lani mengusap lembut pucuk kepala Sisi. Menenangkan putri tunggalnya. "Allah mengeluarkanmu di tempat yang sekarang bukan karena transisi. Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan dan kenyamanan. Mereka menciptakan melalui kesesuaian, tantangan hidup dan airmata." Sisi mendongak dan kembali menatap Lani, membiarkan airmatanya jatuh berderai. "Allah memberimu ujian seperti ini karena Dia, kamu mengumpulkan yang kuat dan sabar." Airmata Sisi semakin deras menghabiskan. Ia sudah tak sanggup lagi menahan isak tangisnya. Lani langsung memberikan pelukan hangat untuk Sisi, pelukan ibu yang selalu bisa membuat Sisi tenang. 2 bulan lamanya Niki berjuang dan selama itu tak ada hasil yang membuat Niki sedikit membaik. Semua sama saja. Sebaliknya kemoterapi yang Niki jalani hanya akan menghambat proses penyebaran penyakitnya. Mata Sisi terpejam rapat, siapkan airmatanya terus mengalir deras. Kenangan saat pertama kali bertemu dengan Niki terlintas dalam benaknya. Pertemuan tak terduga yang akhirnya membuat mereka bisa sedekat ini. Pertemanan mereka berubah menjadi hubungan. Hubungan antar laki-laki dan perempuan pada umumnya. Walau baru mengenal Niki tapi Sisi yakin, Niki orang yang selama ini Ia cari. Perhatian dan kasih sayang Niki begitu tulus. Bukan seperti laki-laki pada umumnya, lebih memilih kata-kata dalam mengungkapkan isi kemenangan. Tapi Niki tidak, melalui sikap dan perilaku Ia menunjukkan bahwa Ia sangat menghargai Sisi. Semuanya terlewat begitu indah hingga tanpa sadar Sisi tersenyum dalam dekapan Lani. Ingat kepingan kenangan bersama Niki. Dan dari semua rentetan kenangan yang melintas di Sisi Benak. Ada 1 hari dimana Ia harus menerima kenyataan bahwa Niki tak mungkin bisa bersama dirinya, selamanya. *** *** *** "Uhuk! Uhuk!" Ada sebercak darah yang keluar dari mulut Niki. Niki dibuka. Matanya terbelalak saat mendapati telapak diundang penuh dengan darah. Niki menutup telapak dikembalikan dan menyeka sudut bibirnya saat sudut pandang sudut datang menghampirinya. "Maaf nunggu lama. Tadi masih antri." jelas Sisi lalu duduk di sebelah Niki. Niki tersenyum tipis dan menggeleng. Mati-matian Ia membangkitkan rasa sakit yang tiba-tiba menyerangnya. "Kamu kenapa? Kok ketuk gitu?" tanya Sisi lagi saat mendapati wajah Niki yang sedikit pucat. Tangan Sisi terulur memutar pipi Niki. "Aku nggak apa-apa." jelas Niki mencoba meyakinkan. Sisi memandang seekor bola mata milik Niki lalu melihat pemandangan ada sesuatu yang janggal. Sisi mengernyit dan sedikit sudut pandang saat ia melihat ada bercak darah di sudut bibir Niki. "Ini kenapa berdarah? Kamu rusak ya?" jemari Sisi mengakhiri ujung bibir Niki dan menyekanya. Niki refleks memegang tangan Sisi yang berusaha menyeka sudut bibirnya. "Beneran nggak apa-apa kok." katakan Niki dengan nada lembutnya. Sisi terdiam dengan mata masih menatap tajam ke wajah Niki. Ia mengatur sesuatu. "Kamu nggak bohongin aku kan?" Niki tersenyum lalu menggeleng. "Aku nggak mungkin bisa bohongin kamu. Aku beneran nggak apa-apa." Sisi mengangguk lemah. Masih sedikit ragu dengan jawaban yang diberikan Niki. "Mm, ya udah deh. Jalan lagi yuk!" Niki mengangguk lalu bangun dari tempat duduknya. Malam ini mereka menghabiskan waktu untuk jalan-jalan di Mall di Surabaya. Rencananya mereka akan nonton dan makan seperti biasanya. Sisi bergerak pelan sementara Niki berjalan di belakang Sisi. Sesekali Niki meringis menahan rasa sakit yang terus menyerangnya. Kepalanya terasa berat dan keluar dari darahnya. Sisi melambatkan langkahnya. Itu menyenangkan ada yang aneh. Biasanya Niki akan berjalan di sebelahnya, digenggam tanpa merangkul pundaknya tapi malam ini tak ada sentuhan yang disediakan Niki. Saat Sisi menoleh ke Arah Niki, saat itu pula Sisi tau keadaan Niki yang jauh dari kata baik-baik saja. "NIKI!" teriak Sisi saat tubuh Niki ambruk dan jatuh ke lantai. Semua orang langsung mengerubunginya. Mereka dianggap penasaran dengan apa yang terjadi. Sisi memangku kepala Niki. Sementara mendesak menepuk-nepuk pipi Niki, mencoba membangunkan Niki. Sisi terus berteriak memanggil nama Niki. Mata Niki semakin terpejam rapat membuat Sisi Ngerga dan terus menggoncangkan tubuh. *** *** *** "NIKI !!" teriak Sisi setengah sadar. Lani membuka pelukannya dan menatap wajah Sisi yang di penuhi airmata. Hati Lani sangat teriris melihat luka di dalam mata Sisi. Jika saja bisa, Lani ingin menukar nyawanya untuk kesembuhan Niki. Agar senyum kebahagiaan Sisi bisa kembali. Agar airmata kesedihan tidak mengalir lagi. Lani akan melakukan apapun asalkan dapat melihat Sisi kembali seperti dulu lagi. Tapi Kuasa Tuhan tak ada yang bisa menolaknya. Tak ada yang bisa menukarnya walau dengan nyawa. *** Sby, 10-02-2020

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

T E A R S

read
312.7K
bc

Rujuk

read
909.0K
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.7K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

Pengganti

read
301.7K
bc

Turun Ranjang

read
578.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook